Makalah Keperawatan Maternitas
Asuhan Keperawatan pada Abortus
Kelompok 1
1.
Ainun
Nurhasanah (15001)
2.
Kinta
Vernendy Putri (15022)
AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Kami
panjatkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah “Asuhan Keperawatan pada
Abortus ” Selesainya penyusunan ini
berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat :
1. Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan
Harum Jakarta
2. Ibu
Ns. Ari Susiani, MKep selaku wali kelas tingkat II.
3. Ibu
Nina Sunarti.S.Kep selaku koordinasi mata ajar Maternitas.
4. Rekan-rekan
semua angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
5. Secara
khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar
kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami
menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi
perbaikan dimana mendatang. Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan saya berharap agar makalah ini bermanfaat
bagi semua pihak yang mmebutuhkan.
Jakarta,
Maret 2017
Kelompok
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.......................................................................................................
|
i
|
DAFTAR ISI
......................................................................................................................
|
ii
|
BAB I PENDAHULUAN
|
|
A.
Latar
Belakang .................................................................................................
|
1
|
B.
Tujuan
Penulisan ..............................................................................................
|
3
|
C.
Sistematika
Penulisan .......................................................................................
|
3
|
BAB II TINJAUAN TEORITIS
|
|
A.
Konsep Dasar
...................................................................................................
|
4
|
B.
Etiologi .............................................................................................................
|
5
|
C.
Patofisiologi
.....................................................................................................
|
6
|
D.
Klasifikasi .........................................................................................................
|
8
|
E.
Komplikasi
medis yang dapat timbul pada ibu ................................................
|
10
|
F.
Penatalaksanaan
...............................................................................................
|
12
|
G.
Asuhan
Keperawatan
|
|
1.
Pengkajian .................................................................................................
|
14
|
2.
Diagnosa
Keperawatan ..............................................................................
|
16
|
3.
Perencanaan
Keperawatan .........................................................................
|
16
|
BAB III PENUTUP
|
|
A.
Kesimpulan ....................................................................................................
|
17
|
B.
Saran ..............................................................................................................
|
17
|
DAFTAR PUSTAKA
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Baru-baru ini negeri kita dihebohkan dengan berita
bahwanya di jakarta selatan telah ditemukan tempat tindakan aborsi milik ibu
atun yang sudah berpraktek sekitar dua belas tahun dan baru diekspose secara
besar-besaran di media cetak maupun televisi dalam agenda bulan februari 2009.
Bila kita amati, sebenarnya berita itu bukanlah merupakan hal yang baru. Kasus
aborsi sebagaiman tiupan semilir angin, kasus tersebut selalu ada, namun tidak
pernah mengemukan dan ditangani secara serius. Data dari WHO menyebutkan setiap
tahun terjadi sekitar 20 juta aborsi
tidak aman, dimana menimbulkan kematian 70 ribu perempuan tiap tahunnya. Pada
kenyataannya di negara-negara maju, baik karena pelayanan kesehatannya lebih
baik maupun telah legalnya aborsi. Aborsi tidak aman (Aborsi Provocarius
Criminalis) memiliki 100-500 kali lebih beresiko dibandingkan aborsi aman
(Aborsi Provocarius Medicinalis) kematian akibat aborsi ini adalah 1 diantara
3700 aborsi. Sementara untuk negara berkembangnya dimana pelayanaan kesehatan
untuk perempuan hamil hanya 50 persennya saja, angka kematian akibat aborsi ini
lebih tinggi satu untuk 250 aborsi diseluruh dunia dan hamir 75% negara telah
mengijinkan aborsi. Untuk indonesia meski tidak ada angka resmi mengenai kejadian
aborsi tapi hasil pengamatan Rudi Utomo Es, diperkirakan dari dari 100
kehamilan, sebnayak 30 akan terakhir dengan keguguran atau pengguguran. Dari
IPPF (International Planed Parenihood Federation) mengatakan dari 1000
peremopuan ada 32-46 kejadian aborsi. Dan menurut WHO 15% dari kehamilan akan
diakhiri dengan pengguguran sengaja. Konon di jakarta saja setiap harinya
sekitar 50-70 permintaan pengguguran janin dan di surabaya. Satu klinik yang
dikelola oleh dua orang dokter terungkap, gara-gara praktek mereka diajukan ke
pengadilan antara tahun 1987 hingga pertengahan 1988 terjadi 300 pengguguran
janin di klinik tersebut. Kajian tentang tindakan aborsi ini bertujuan untuk
memahami makna dari aborsi, pandanga umum tentang tindakan aborsi dan juga pandangan
hukum islam terhadap tindakan aborsi. Setelah itu, harapan yang diinginkan
selanjutnya adalah selain lebih memahami hal-hal yang diperbolehkan dan
dilarang melakukan aborsi juga diharakan agar tindakan aborsi tidak lagi
dilakukan semena-mena, bila tidak ditemukan alasan yang tepat untuk
melakukannya misalnya untuk menyelamatkan nyawa sang ibu.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan umum
a.
Menjelaskan
definisi Abortus
b.
Menjelaskan
etiologi dan klasifikasi Abortus
c.
Menjelaskan
patofisiologi Aborsi
d.
Menjelaskan asuhan
keperawatan pada pasien Abortus
2.
Tujuan khusus
a.
Pembaca dapat
memahami definisi, etiologi, klasifikasi serta patofisiologi Abortus
b.
Pembaca khususnya
mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan terhadap pasien Abortus
Perawat
dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan Abortus
C.
Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini terdiri dari :
1. Bab
I : Berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan
2. Bab
II : Berisi pengertian, Tujuan, Strategi, faktor dari
proses belajar, prinsip dari belajar mengajar.
3. Bab
III : Berisi Kesimpulan dan saran.
4. Daftar
Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Konsep dasar
1.
Definisi
Aborsi
dari bahasa inggris yaitu abortion yaitu penghentian dini suatu proses alami
atau penyakit, pengeluaran hasil konsepsi dari uterus sebelum janin viabel (daniel
santana, 2007:8). Dalam bahasa arab disebut isqatu al-hamli al-ijhad),
sedangkan secara terminologis, menurut sardkin gina putra aborsi ialah
pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum hasil konsepsi dapat lahir secara
alamiah dengan adanya kehendak merusak hasil konsepsi tersebut dan menurut nani
soedo,SH, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan pada waktu janin masih
sedemikian kecilnya sehingga janin tidak dapat hidup.
Abortus adalah
berakir suatu kehamilan oleh akibat-akiba tertentu pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu/buah kehamilan belum mampu untuk menghidup di luar
kandungan dengan berta badan dari 1000 gram atau umur hamil kurang dari 28
minggu.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai
viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya
kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Terdapat beberapa
macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus
spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena
kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi
sebuah janin. Menariknya
pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat masih
merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu,
pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang
dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca
pokok bahasan ini.
B.
Etiologi
Pada kehamilan
muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya pada kemahamilan lanjut, biasanya janin
dikeluarkan dalam keadaan masih hiudp. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi juga
dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat dapat menyebabkan
kematian maudigah pada hamil muda.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kelainan dalam pertumbuhan
1.
Kelainan kromosom
Gangguan terjadi
sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom sel.
2.
Lingkungan kurang
sempurna
a.
Endometrium belum siap
untuk menerima implantasi hasil konsepsi
b. Gizi
ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3. Pengaruh
dari luar
a. Infeksi
endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
b. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan
hasil konsepsi terganggu.
4. Kelainan
pada plasenta
a. Infeksi
pada plasenta dengan berbagai sebeb sehingga plasenta tidak dapat berfungsi
b. Gangguan
pembulu darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus (DM)
c. Hipertensi menyebabkan gangguan perdarahan darah plasenta sehingga menimbulkan
keguguran.
5. Penyakit
ibu
Penyakit
mendadak seperti pneumonia, tifus abdominali, pielonefritis, malaria, dan
lain-lain yang dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian
janin, kemudian terjadilah abortus
6. Kelainan
traktus genitalis
Retroversio
uteri, mioma uteri atau kelainana bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.
Sebab lain dalam trimester II adalah serviks inkompeten yang dapat disebabkan
oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi
amputasi atau robekan serviks luas yang tidak dijahit
C.
Patofisiologi
Pada awal
abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya, hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagaian
atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keaadan ini
menyebabkan uterus berkontrasi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena
vilikoliarialis belum menembus desidua secara lebih dalam dan umumnya plasenta
tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan 14 mingu ke atas, umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah
adalah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta perdarahan tidak banyak
jika plasenta segera terlepas dengan lengkap peristiwa abortus ini menyerupai persalinan
dalam bentuk miatur.
Hasil konssepsi
pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong
amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan
mungkin pula janin apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang
cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isis uterus dinamakan
mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi
organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging, dalam hal ini amnion tampak
berbenjol-benjol karena terjadi hematoma natra amnion dan korion
Pada janin yang telah
meninggal dan tidak dikelurakan dapat terjadi proses mumifikasi dimana janin
mengering dan karena cairan amnion berkerung maka ia jadi gopeng (fetus
kompressus) dalam tingkat lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen
(fetus papiraseus) kemungkinan lain pada janin mati yang tidka segera
dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, ttengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna
kemerah-merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang
terjadi sudah berlangsung lama (Liliy Yulaikahah, 2008
A.
Klasifikasi
Klasifikasi
abortus digolongkan menjadi 2 yaitu
1. Abortus
spontaneos yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-fakto
mekanisme atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah, aspek klinis abortus
spontaneus meliputi:
a. Abortus
iminens
Terjadi
pendarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masuh mungkin berlanjut
dipertahankan
b.
Abortus insipiens
perdarahan
ringan hingga sedang pada kehamilan muda dengan hasil konsepsi yang masih
berada pada kavum uteri. Konidisi menunjukkan proses abortus sedang berlangsung
dan akan berlanjut menjadi abortus inkompler atau kompler
c. Abortus
inkomplet
Perdarahan dari
uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai keluarnya sebagian hasi
konsepsi (sebagian tertinggal da dalam uterus) dan dapat menimbulkan perdarahan
yang kadang-kadang menyebabkan syok.
d. Abortus
komplet
Suatu keadaan
keluarnya hasil konsepsi secara keseluruhan pada kehamilan kurang dari 20
minggu dan biasanya ostium uteri internum sudah menutup serta uterus jauh
mengecil. Ntuk memastikan hal ini, kita dapat melihat hasil konsepsi yang sudah
kelar untuk menilai lengkap atau tidaknya.
e. Abortus
habitualis
Keadaan kegugura
yang dialami wanita berturut-turut 3 kali atau lebih.
f. Missed
abortion
Keadaan janin
yang sudah mati, namun tetep berada dalam rahim dan tidak dikelurkan selama 8
minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui tetepai diduga
pengaruh hormone progesterone. Pemakaian hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan misse abortion
2. Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/ dilakukan,
yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan
apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang
dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000
gram dapat terus hidup.
a. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus,
Abortus yang dilakukan dengan
disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik
adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.
b. Abortus Provokatus Kriminalis
Aborsi yang sengaja dilakukan tanpa
adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obat tertentu.Abortus provokatus kriminalis sering terjadi
pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada beberapa alasan wanita tidak
menginginkan kehamilannya
1) Alasan
kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2) Alasan
psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk
punya anak lagi
3) Kehamilan di
luar nikah
4) Masalah
ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
5) Masalah
sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
6) Kehamilan
yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
7) Selain itu
tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan
kehamilan yang tidak diinginkan.
B.
Komplikasi
medis yang dapat timbul pada ibu
1.
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan
harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat
menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab
itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal
tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh
digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan
dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan
tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi
peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan
umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan
keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya,
sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan
dengan segera. Luka pada serviks uteri Apabila jaringan serviks keras dan
dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu
dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang
segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks
dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent
cerviks. Pelekatan pada kavum uteri Melakukan kerokan secara sempurna
memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi
jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan
terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa
jaringan tidak begitu lembut lagi.Perdarahan Kerokan pada kehamilan yang sudah
agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya perdarahan.
Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya
dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam
uterus dan vagina. [sunting] Infeksi Apabila syarat asepsis dan antisepsis
tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang
terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan
kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan
abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat
mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
2.
Luka pada
serviks uteri
3.
Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna
memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi
jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya
perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila
pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4.
Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah
agak tua atau pada mola
hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh
sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi
darah dan sesudah itu, dimasukkan
tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
5.
Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang
terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan
kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi
pada saluran
telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak
bisa terjadi kehamilan lagi.
6.
Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul
dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh
darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah.
7.
Komplikasi
yang Dapat Timbul Pada Janin
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu
ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus
kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan
abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.
C.
Penatalaksanaan
1.
Abortus immines
a.
Tirah baring total
b.
Jangan melakukan aktifitas fisik
berlebihan atau hubungan seksual
c.
Jika perdarahan berhenti, lakukan
asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
Jika perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi janin (uji kehamilan atau
USG). Jiak perdarahan berlanjut, khususnya jika diteukan uterus yang lebih
besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
2.
Abortus insipen
a.
Jika usia kehamilan kurang 16 minggu,
lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat
, segera berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15
menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapatdiulang sesudah 4 jam
bila perlu) kemudian segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi
diri uterus.
b.
Jika usia kehamilan kurang 16
minggu, tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
konsepsi, jika perlu lakukan onfus 20 unit oksiton dalam 500 ml cairan intravena
(garama fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3.
Abortus inkomplit
a.
Jika perdarhaan tidak seberapa
banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital
atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
seviks. Jika perdarahan berhenri, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau
misoprostol 400 mcg per oral.
b.
Jika perdarhan banyak atau terus
beralnsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi
dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika apirasi vakum manual tidak tersedia. Jika evakuasi belu dapat
dilakukan segera . beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15
menit bial perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4
jam bila perlu).
4.
Abortus komplit
a.
Tidak perlu evaluasi lagi
b.
Observasi untuk melihat adanya
perdarhan
c.
Apabila terdapat anemia sedang,
berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu jika anemia
berat berikan transfusi darah.
5.
Abortus terapeutik
Menurut sastrawinata (2005) abortus terapeutik dapat
dilakukan dengan cara:
a.
Kimiawi pemberian secara
ekstrauterin atau intrauterin obat abortus seperti, prostagladin,
antiprogesteron atau oksitosin
b.
Mekanisme
c.
Pemasangan batang laminaria atau
dilapan akan membuka srviks secara perlahan dan ttidak traumatis sebelum
kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret tajm atau vakum
d.
Dilatasi serviks dilanjutkan dengan
evakuasi, dipakai dilator hegar dilanjutkan dengan kuretasi
e.
Histerotomi/histerektomi
6.
Discharge planing
a.
Dianjurkan melakukan pemeriksaan
TORCH (cytomegalovirus, toxoplasma, rubella, dan herpes virus)
b.
Dianjurkan memakai konrasepsi
c.
Banyak istirahat berbaring
d.
Banyak konsumsi makanan yang bergizi
dan olah raga secara teratur.
e.
Sampaikan informasi pada pasangan
yang bersangkutan bahwa janin mati tak membahayakan kehidupan wanita tersebut
sampai 3 minggu setelah kematian janin
f.
Pemeliharan cara persalinan apakah
akan persalinan ditunggu secara spontan atau segera dilahirkan dengan induksi
persalinan harus dibahas dengan baik
g.
Induksi persalinan dapat dilakukan
dengan misoprostal 100-200 dd 1 selama 2 hari
h.
Bila pasien menghendaki agar
persalinan berlangsung secara spontan, maka harus sering dilakukan pemeriksaan
faal hemostasis dan kadar fibrinogen
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun
hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
b.
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang.
c.
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
1)
Riwayat
kesehatan sekarang
yaitu keluhan sampai saat
klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
2)
Riwayat
kesehatan masa lalu
d.
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami
oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung
e.
Riwayat penyakit yang
pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary
, penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
f.
Riwayat kesehatan
keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
g.
Riwayat kesehatan reproduksi. Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
h.
Riwayat kehamilan ,
persalinan dan nifas : Kaji
bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i.
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k.
Pola aktivitas
sehari-hari : Kaji mengenai
nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
l.
Pemeriksaan fisik,
meliputi :
1)
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang
tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran
dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap
warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2)
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar
tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
3)
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ
atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
4)
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan
bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39).
5)
Pemeriksaan laboratorium:
Darah dan urine serta
pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana :
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
6)
Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan
pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.
7)
Data
psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.Status
sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien.
8)
Data spiritual :
Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang
biasa dilakukan.
2. Diagnosa
Keperawatan
a. Defisit volume cairan hubungan dengan
perdarahan.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan, penurunan sirkulasi.
c. Nyeri akut hubungan dengan kerusakan
jaringan intra uteri.
d. Resiko infeksi hubungan dengan kondisi
vulva lembab.
e. Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan.
3. Rencana
Keperawatan
a.
Devisit Volume Cairan berhubungan
dengan Perdarahan
Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan,
seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1)
Kaji kondisi
status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
2)
Ukur pengeluaran
harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3)
Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan
massif
4)
Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui
pemeriksaan fisik.
b.
Gangguan Aktivitas berhubungan
dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan: Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1)
Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2)
Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan
pulsasi organ reproduksi
3)
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4)
Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/
kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,
istirahat mutlak sangat diperlukan
5)
Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien
c.
Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1)
Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun dsekripsi.
2)
Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
3)
Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
d.
Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva
lembab
Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1)
Kaji kondisi keluaran/dischart
yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar.
Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi
2)
Terangkan pada
klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital
yang lebih luar
3)
Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4)
Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat
dapat menyebabkan infeksi.
5)
Terangkan pada
klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik
infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6)
Anjurkan pada
suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu;
senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi
ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
e.
Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan: Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap
penyakit meningkat
Intervensi :
1)
Kaji tingkat
pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2)
Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
penialaian objektif klien tentang penyakit.
3)
Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran
diri klien
4)
Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi
menurunkan kecemasan
5)
Terangkan
hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk
meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk
mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus
adalah berakir suatu kehamilan oleh akibat-akiba tertentu pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu/buah kehamilan belum mampu untuk menghidup
di luar kandungan dengan berta badan dari 1000 gram atau umur hamil kurang dari
28 minggu. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai
viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya
kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Baru-baru
ini negeri kita dihebohkan dengan berita bahwanya di jakarta selatan telah
ditemukan tempat tindakan aborsi milik ibu atun yang sudah berpraktek sekitar
dua belas tahun dan baru diekspose secara besar-besaran di media cetak maupun
televisi dalam agenda bulan februari 2009. Bila kita amati, sebenarnya berita
itu bukanlah merupakan hal yang baru. Kasus aborsi sebagaiman tiupan semilir
angin, kasus tersebut selalu ada, namun tidak pernah mengemukan dan ditangani
secara serius. Data dari WHO menyebutkan setiap tahun terjadi sekitar 20 juta aborsi tidak aman,
dimana menimbulkan kematian 70 ribu perempuan tiap tahunnya. Pada kenyataannya
di negara-negara maju, baik karena pelayanan kesehatannya lebih baik maupun
telah legalnya aborsi. Aborsi tidak aman (Aborsi Provocarius Criminalis)
memiliki 100-500 kali lebih beresiko dibandingkan aborsi aman (Aborsi
Provocarius Medicinalis) kematian akibat aborsi ini adalah 1 diantara 3700
aborsi. Sementara untuk negara berkembangnya dimana pelayanaan kesehatan untuk
perempuan hamil hanya 50 persennya saja, angka kematian akibat aborsi ini lebih
tinggi satu untuk 250 aborsi diseluruh dunia dan hamir 75% negara telah mengijinkan
aborsi.
B. Saran
1. Untuk
Institusi
Agar
dijadikan referensi, sehingga mahasiswa dapat menekankan supervisi dalam
manajemen keperawatan.
2. Untuk
Mahasiswa.
Agar mahasiswa mampu
menerapkan supervisi dalam manajemen keperawatan. Dan memahami manfaat, tujuan,
prinsip supervisi dalam manajemen keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jakarta.EGC
Ben-Zion Taber,M.D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan
Obstetri dan Ginekologi.Jakarta.EGC
Carpenito, Lynda.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Dr.C.Dolto,Dr A.Schiffman & P.Bello.1991.Mencegah dan Merencanakan
Kehamilan.Jakarta.EGC
Lilis Lisnawati,S.ST.,M.Keb.2013.Asuhan Kebidanan
terkini Kegawatdaruratan Maternal & neonatal.Jakarta.CV.Trans Info Media.
Lily Yulaikhah,S.Si.T.2008.Seri Asuhan Kebidanan
Kehamilan.Jakarta.EGC.
Mansjoer, Arif, dkk.
2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta.
Rismalinda,SST,M.Kes.2015.Buku ajar Asuhan Kebidanan
Kehamilan.Jakarta. CV.Trans Info Media