This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Selasa, 04 April 2017

Makalah Keperawatan Maternitas Abortus

Makalah Keperawatan Maternitas
Asuhan Keperawatan pada Abortus




Kelompok 1

1.      Ainun Nurhasanah         (15001)
2.      Kinta Vernendy Putri     (15022)







AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN 2017




KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah “Asuhan Keperawatan pada Abortus ” Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat :

1.      Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur  Akademi Keperawatan Harum Jakarta
2.      Ibu Ns. Ari Susiani, MKep selaku wali kelas tingkat II.
3.      Ibu Nina Sunarti.S.Kep selaku koordinasi mata ajar Maternitas.
4.      Rekan-rekan semua angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
5.      Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan dimana mendatang. Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang mmebutuhkan.

Jakarta, Maret 2017


Kelompok 1



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang .................................................................................................
1
B.     Tujuan Penulisan ..............................................................................................
3
C.     Sistematika Penulisan .......................................................................................
3
BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.    Konsep Dasar ...................................................................................................
4
B.     Etiologi .............................................................................................................
5
C.     Patofisiologi .....................................................................................................
6
D.    Klasifikasi .........................................................................................................
8
E.     Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu ................................................
10
F.      Penatalaksanaan ...............................................................................................
12
G.    Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian .................................................................................................
14
2.      Diagnosa Keperawatan ..............................................................................
16
3.      Perencanaan Keperawatan .........................................................................
16
BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan ....................................................................................................
 17
B.     Saran ..............................................................................................................
 17
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Baru-baru ini negeri kita dihebohkan dengan berita bahwanya di jakarta selatan telah ditemukan tempat tindakan aborsi milik ibu atun yang sudah berpraktek sekitar dua belas tahun dan baru diekspose secara besar-besaran di media cetak maupun televisi dalam agenda bulan februari 2009. Bila kita amati, sebenarnya berita itu bukanlah merupakan hal yang baru. Kasus aborsi sebagaiman tiupan semilir angin, kasus tersebut selalu ada, namun tidak pernah mengemukan dan ditangani secara serius. Data dari WHO menyebutkan setiap tahun  terjadi sekitar 20 juta aborsi tidak aman, dimana menimbulkan kematian 70 ribu perempuan tiap tahunnya. Pada kenyataannya di negara-negara maju, baik karena pelayanan kesehatannya lebih baik maupun telah legalnya aborsi. Aborsi tidak aman (Aborsi Provocarius Criminalis) memiliki 100-500 kali lebih beresiko dibandingkan aborsi aman (Aborsi Provocarius Medicinalis) kematian akibat aborsi ini adalah 1 diantara 3700 aborsi. Sementara untuk negara berkembangnya dimana pelayanaan kesehatan untuk perempuan hamil hanya 50 persennya saja, angka kematian akibat aborsi ini lebih tinggi satu untuk 250 aborsi diseluruh dunia dan hamir 75% negara telah mengijinkan aborsi. Untuk indonesia meski tidak ada angka resmi mengenai kejadian aborsi tapi hasil pengamatan Rudi Utomo Es, diperkirakan dari dari 100 kehamilan, sebnayak 30 akan terakhir dengan keguguran atau pengguguran. Dari IPPF (International Planed Parenihood Federation) mengatakan dari 1000 peremopuan ada 32-46 kejadian aborsi. Dan menurut WHO 15% dari kehamilan akan diakhiri dengan pengguguran sengaja. Konon di jakarta saja setiap harinya sekitar 50-70 permintaan pengguguran janin dan di surabaya. Satu klinik yang dikelola oleh dua orang dokter terungkap, gara-gara praktek mereka diajukan ke pengadilan antara tahun 1987 hingga pertengahan 1988 terjadi 300 pengguguran janin di klinik tersebut. Kajian tentang tindakan aborsi ini bertujuan untuk memahami makna dari aborsi, pandanga umum tentang tindakan aborsi dan juga pandangan hukum islam terhadap tindakan aborsi. Setelah itu, harapan yang diinginkan selanjutnya adalah selain lebih memahami hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang melakukan aborsi juga diharakan agar tindakan aborsi tidak lagi dilakukan semena-mena, bila tidak ditemukan alasan yang tepat untuk melakukannya misalnya untuk menyelamatkan nyawa sang ibu.
                       
B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
a.       Menjelaskan definisi Abortus
b.      Menjelaskan etiologi dan klasifikasi Abortus
c.       Menjelaskan patofisiologi Aborsi
d.      Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien Abortus
2.      Tujuan khusus
a.       Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, klasifikasi serta patofisiologi Abortus
b.      Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan terhadap pasien Abortus
Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan Abortus

C.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
1.      Bab I : Berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan
2.      Bab II : Berisi pengertian, Tujuan, Strategi, faktor dari proses belajar, prinsip dari belajar mengajar.
3.      Bab III : Berisi Kesimpulan dan saran.
4.      Daftar Pustaka




BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep dasar
1.      Definisi
Aborsi dari bahasa inggris yaitu abortion yaitu penghentian dini suatu proses alami atau penyakit, pengeluaran hasil konsepsi dari uterus sebelum janin viabel (daniel santana, 2007:8). Dalam bahasa arab disebut isqatu al-hamli al-ijhad), sedangkan secara terminologis, menurut sardkin gina putra aborsi ialah pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum hasil konsepsi dapat lahir secara alamiah dengan adanya kehendak merusak hasil konsepsi tersebut dan menurut nani soedo,SH, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan pada waktu janin masih sedemikian kecilnya sehingga janin tidak dapat hidup.
Abortus adalah berakir suatu kehamilan oleh akibat-akiba tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu/buah kehamilan belum mampu untuk menghidup di luar kandungan dengan berta badan dari 1000 gram atau umur hamil kurang dari 28 minggu.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.

B.     Etiologi
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian      mudigah. Sebaliknya pada kemahamilan lanjut, biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hiudp. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi juga dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Kelainan berat dapat menyebabkan kematian maudigah pada hamil muda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelainan dalam pertumbuhan
1.      Kelainan kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom sel.
2.      Lingkungan kurang sempurna
a.      Endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi
b.      Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.

3.      Pengaruh dari luar
a.       Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
b.      Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.

4.      Kelainan pada plasenta
a.       Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebeb sehingga plasenta tidak dapat berfungsi
b.      Gangguan pembulu darah plasenta, diantaranya pada diabetes melitus (DM)
c.       Hipertensi menyebabkan gangguan perdarahan darah plasenta sehingga menimbulkan keguguran.

5.      Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominali, pielonefritis, malaria, dan lain-lain yang dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadilah abortus

6.      Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri atau kelainana bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Sebab lain dalam trimester II adalah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi amputasi atau robekan serviks luas yang tidak dijahit

C.    Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagaian atau seluruhnya sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keaadan ini menyebabkan uterus berkontrasi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vilikoliarialis belum menembus desidua secara lebih dalam dan umumnya plasenta tidak dilepaskan dengan sempurna sehingga dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 mingu ke atas, umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miatur.
Hasil konssepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isis uterus dinamakan mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma natra amnion dan korion

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikelurakan dapat terjadi proses mumifikasi dimana janin mengering dan karena cairan amnion berkerung maka ia jadi gopeng (fetus kompressus) dalam tingkat lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus) kemungkinan lain pada janin mati yang tidka segera dikeluarkan adalah terjadinya maserasi, kulit terkupas, ttengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama (Liliy Yulaikahah, 2008

A.    Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu
1.      Abortus spontaneos yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-fakto mekanisme atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah, aspek klinis abortus spontaneus meliputi:
a.       Abortus iminens
Terjadi pendarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini, kehamilan masuh mungkin berlanjut dipertahankan

b.      Abortus insipiens
perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dengan hasil konsepsi yang masih berada pada kavum uteri. Konidisi menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkompler atau kompler

c.       Abortus inkomplet
Perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu disertai keluarnya sebagian hasi konsepsi (sebagian tertinggal da dalam uterus) dan dapat menimbulkan perdarahan yang kadang-kadang menyebabkan syok.

d.      Abortus komplet
Suatu keadaan keluarnya hasil konsepsi secara keseluruhan pada kehamilan kurang dari 20 minggu dan biasanya ostium uteri internum sudah menutup serta uterus jauh mengecil. Ntuk memastikan hal ini, kita dapat melihat hasil konsepsi yang sudah kelar untuk menilai lengkap atau tidaknya.
  
e.       Abortus habitualis
Keadaan kegugura yang dialami wanita berturut-turut 3 kali atau lebih.

f.       Missed abortion
Keadaan janin yang sudah mati, namun tetep berada dalam rahim dan tidak dikelurkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui tetepai diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan misse abortion

2.      Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/ dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
a.       Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus,
Abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.

b.      Abortus Provokatus Kriminalis
Aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya
1)      Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2)      Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk
punya anak lagi
3)      Kehamilan di luar nikah
4)      Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
5)      Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
6)      Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
7)      Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

B.     Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu
1.      Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera. Luka pada serviks uteri Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks. Pelekatan pada kavum uteri Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.Perdarahan Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya perdarahan.

Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina. [sunting] Infeksi Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.

2.      Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.

3.      Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

4.      Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.

5.      Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.

6.      Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah.

7.      Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik.

C.     Penatalaksanaan
1.      Abortus immines
a.       Tirah baring total
b.      Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
c.       Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Jiak perdarahan berlanjut, khususnya jika diteukan uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.

2.      Abortus insipen
a.       Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat , segera berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapatdiulang sesudah 4 jam bila perlu) kemudian segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi diri uterus.

b.      Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa konsepsi, jika perlu lakukan onfus 20 unit oksiton dalam 500 ml cairan intravena (garama fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

3.      Abortus inkomplit
a.       Jika perdarhaan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui seviks. Jika perdarahan berhenri, beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.

b.      Jika perdarhan banyak atau terus beralnsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika apirasi vakum manual tidak tersedia. Jika evakuasi belu dapat dilakukan segera . beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bial perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

4.      Abortus komplit
a.       Tidak perlu evaluasi lagi
b.      Observasi untuk melihat adanya perdarhan
c.       Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu jika anemia berat berikan transfusi darah.

5.      Abortus terapeutik
Menurut sastrawinata (2005) abortus terapeutik dapat dilakukan dengan cara:
a.       Kimiawi pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin obat abortus seperti, prostagladin, antiprogesteron atau oksitosin
b.      Mekanisme
c.       Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka srviks secara perlahan dan ttidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret tajm atau vakum
d.      Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator hegar dilanjutkan dengan kuretasi
e.       Histerotomi/histerektomi

6.      Discharge planing
a.       Dianjurkan melakukan pemeriksaan TORCH (cytomegalovirus, toxoplasma, rubella, dan herpes virus)
b.      Dianjurkan memakai konrasepsi
c.       Banyak istirahat berbaring
d.      Banyak konsumsi makanan yang bergizi dan  olah raga secara teratur.
e.       Sampaikan informasi pada pasangan yang bersangkutan bahwa janin mati tak membahayakan kehidupan wanita tersebut sampai 3 minggu setelah kematian janin
f.       Pemeliharan cara persalinan apakah akan persalinan ditunggu secara spontan atau segera dilahirkan dengan induksi persalinan harus dibahas dengan baik
g.      Induksi persalinan dapat dilakukan dengan misoprostal 100-200 dd 1 selama 2 hari
h.      Bila pasien menghendaki agar persalinan berlangsung secara spontan, maka harus sering dilakukan pemeriksaan faal hemostasis dan kadar fibrinogen

D.    Asuhan Keperawatan
1.      Pengkajian
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a.      Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b.      Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang.
c.       Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
1)      Riwayat kesehatan sekarang
yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2)      Riwayat kesehatan masa lalu

d.      Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung
e.       Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
f.       Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
g.      Riwayat kesehatan reproduksi. Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
h.      Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i.        Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j.        Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k.      Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
l.        Pemeriksaan fisik, meliputi :
1)      Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2)      Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
3)      Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
4)      Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39).
5)      Pemeriksaan laboratorium:
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
6)      Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.
7)      Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien.

8)      Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.      Defisit volume cairan hubungan dengan perdarahan.
b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi.
c.       Nyeri akut hubungan dengan kerusakan jaringan intra uteri.
d.      Resiko infeksi hubungan dengan kondisi vulva lembab.
e.       Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

3.      Rencana Keperawatan
a.       Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
1)      Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
2)      Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3)      Berikan sejumlah cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4)      Evaluasi status hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.

b.      Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan: Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi : 
1)      Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2)      Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3)      Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4)      Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/ kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
5)      Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien

c.       Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi : 
1)      Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2)      Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3)      Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
                                                                   
d.      Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1)      Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2)      Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3)      Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4)      Lakukan perawatan vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5)      Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6)      Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.

e.       Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan: Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
1)      Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2)      Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit.
3)      Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4)      Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
5)      Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
  



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Abortus adalah berakir suatu kehamilan oleh akibat-akiba tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu/buah kehamilan belum mampu untuk menghidup di luar kandungan dengan berta badan dari 1000 gram atau umur hamil kurang dari 28 minggu. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Baru-baru ini negeri kita dihebohkan dengan berita bahwanya di jakarta selatan telah ditemukan tempat tindakan aborsi milik ibu atun yang sudah berpraktek sekitar dua belas tahun dan baru diekspose secara besar-besaran di media cetak maupun televisi dalam agenda bulan februari 2009. Bila kita amati, sebenarnya berita itu bukanlah merupakan hal yang baru. Kasus aborsi sebagaiman tiupan semilir angin, kasus tersebut selalu ada, namun tidak pernah mengemukan dan ditangani secara serius. Data dari WHO menyebutkan setiap tahun  terjadi sekitar 20 juta aborsi tidak aman, dimana menimbulkan kematian 70 ribu perempuan tiap tahunnya. Pada kenyataannya di negara-negara maju, baik karena pelayanan kesehatannya lebih baik maupun telah legalnya aborsi. Aborsi tidak aman (Aborsi Provocarius Criminalis) memiliki 100-500 kali lebih beresiko dibandingkan aborsi aman (Aborsi Provocarius Medicinalis) kematian akibat aborsi ini adalah 1 diantara 3700 aborsi. Sementara untuk negara berkembangnya dimana pelayanaan kesehatan untuk perempuan hamil hanya 50 persennya saja, angka kematian akibat aborsi ini lebih tinggi satu untuk 250 aborsi diseluruh dunia dan hamir 75% negara telah mengijinkan aborsi.

B.     Saran
1.      Untuk Institusi
Agar dijadikan referensi, sehingga mahasiswa dapat menekankan supervisi dalam manajemen keperawatan.
2.      Untuk Mahasiswa.
Agar mahasiswa mampu menerapkan supervisi dalam manajemen keperawatan. Dan memahami manfaat, tujuan, prinsip supervisi dalam manajemen keperawatan



DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jakarta.EGC

Ben-Zion Taber,M.D.1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Jakarta.EGC

Carpenito, Lynda.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC

Dr.C.Dolto,Dr A.Schiffman & P.Bello.1991.Mencegah dan Merencanakan Kehamilan.Jakarta.EGC

Lilis Lisnawati,S.ST.,M.Keb.2013.Asuhan Kebidanan terkini Kegawatdaruratan Maternal & neonatal.Jakarta.CV.Trans Info Media.

Lily Yulaikhah,S.Si.T.2008.Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan.Jakarta.EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.

Rismalinda,SST,M.Kes.2015.Buku ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan.Jakarta. CV.Trans Info Media