Kamis, 12 Januari 2017

ASKEP DVT


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Thrombosis adalah terbentuknya dari unsur darah di dalam pembuluh darah vena atau arteri pada makhluk hidup. Thrombosis merupakan istilah yang umum dipakai untuk sumbata pembuluh darah, baik arteri maupun vena. Thrombosis hemotaesis yang bersifat sel-limited dan terlokalisisr untuk mencegah hilangnya darah yang berlebihan merupakan respon normal tubuh terhadap trauma akut vskuler, sedangkan thrombosis patologis seperti vena dalam (TVD), emboli paru, thrombosis arteri coroner yang menimbulkan infark miokard, dan oklusi trombotik pada serebro vaskuler merupakan respon tubuh yang tidak diharapkan terhadap gangguan akut dan kronik pada pembuluh darah. Ahli bedah vaskuler berperan untuk mengeluarkan thrombus yang sudah terbentuk yaitu dengan melakukan konsep thrombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada tahun 1856 dengan dianjurkanya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai triad of vichow yaitu terdiri dari abnormalitas dinding pembuluh darah, perubahan komposisi darah, dan ganguan aliran darah. Ketiganya merupakan faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam patofisiologi thrombosis.  Trombektomi dikenal dua macam thrombosis yaitu thrombosis arteri dan thrombosis vena.

Angka kejadian VTE mendekati 1 per 1000 populasi setiap tahunnya  Pada satu pertiga kasus, bermanifestasi sebagai emboli paru, sedangkan dua pertiga lainnya hanya sebatas DVT. Pada beberapa penelitian juga didapatkan bahwa kejadian VTE meningkat sesuai umur, dengan angka kejadian 1 per 10.000 – 20.000 populasi pada umur dibawah 15 tahun, dan meningkat secara eksponensial sesuai dengan umur hingga 1 per 1000 kasus pada usia diatas 80 tahun.  Insidensi VTE pada ras Asia dan Hispanic dilaporkan  lebih rendah dibandingkan dengan ras Kaukasians, Afrika-Amerika, Latin, dan Asia Pasifik. Angka insidensi yang lebih rendah ini masih belum dapat dijelaskan, namun diduga berkaitan dengan rendahnya prevalensi faktor predisposisi genetik, seperti faktor V Leiden. Tidak ada perbedaan insidensi antara pria dan wanita, walaupun penggunaan kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon post menopause merupakan faktor resiko terjadinya VTE. Insiden DVT di Amerika Serikat adalah 159 per 100 ribu atau sekitar 398 ribu per tahun. Tingkat fatalitas TVD yang sebagian besar diakibatkan oleh emboli pulmonal sebesar 1% pada pasien muda hingga 10% pada pasien yang lebih tua 16. Tanpa profilaksis, insidensi TVD yang diperoleh di rumah sakit adalah 10-40% pada pasien medikal dan surgikal dan 40-60% pada operasi ortopedik mayor. Dari sekitar 7 juta pasien yang selesai dirawat di 944 rumah sakit di Amerika, tromboemboli vena adalah komplikasi medis kedua terbanyak, penyebab peningkatan lama rawatan, dan penyebab kematian ketiga terbanyak.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Anatomi Fisiologi
2.       Apa saja Etiologi  (Deep Vein Thrombosis)
3.      Apa yang dimaksud dengan Trombrosis Vena Dalam (Deep Vein Thrombosis)
4.      Apa saja asuhan keperawatan yang diberikan
5.      Apa saja tindakan yang dilakukan perawat pada pasien yang mengalami Trombrosis Vena Dalam

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui apa saja anatomi fisiologi Trombrosis Vena Dalam
2.      Mengetahui etiologi yang terjadi pada (Deep Vein Thrombosis)
3.      Memahami pengertian Trombrosis Vena Dalam (Deep Vein Thrombosis)
4.      Memahami asuhan keperawatan pada thrombosis vena dalam
5.      Mengetahui diagnose thrombosis vena dalam
6.      Dapat memberikan tindakan keperawatan pada pasien Trombrosis Vena DalaM

D.    Sistematika penulisan
Bab l    : terdiri dari pendahuluan latar belakang, tujuan, sistematika penulisan
Bab ll   : terdiri dari tinjauan teoritis, pengertisn Deep Vein Trombrosit, etiologi dan patofisiologi, maniftasi klinis
Bab lll  : Asuhan Keperawatan pada Deep Vein Trombosit
Bab lV terdiri dari penutup     : kesimpulan, saran, daftar pustaka







BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Anatomi Fisiologi
Vena merupakan pembuluh darah yang dilewati sirkulasi darah kembali menuju jantung sehingga disebut juga pembuluh darah balik. Dibandingkan dengan arteri, dinding vena lebih tipis dan mudah melebar. Sama seperti arteri, vena memiliki 3 lapis dinding yaitu tunika intima, tunika media dan tunika adventitia. Pada arteri lapisan yang tebal adalah tunika media sedangkan lapisan tebal pada vena adalah tunika adventitia , yang juga dikenal sebagai externa tunika. Ini adalah lapisan terluar dari pembuluh darah, yang menyediakan stabilitas struktural mirip lapisan tunika media di arteri. Sementara darah bergerak melalui arteri oleh aktivitas tunika media, pada vena menggunakan mekanisme yang berbeda yang disebut “pompa otot rangka”. Dalam pompa otot rangka, darah bergerak secara pasif melalui pembuluh darah oleh kontraksi otot rangka seluruh tubuh, yang memaksa darah untuk bergerak ke atas menuju jantung bukan penyatuan dalam tubuh extremeties rendah (tangan dan kaki). Kurang lebih 70% volume darah berada dalam sirkuit vena dengan tekanan yang relatif rendah. Kapasitas dan volume sirkuit vena ini merupakan faktor penentu penting dari curah jantung karena volume darah yang diejeksi oleh jantung tergantung pada alir balik vena.

Trombosit atau platelet merupakan bagian dari bagian sel darah yang sangat penting dalam proses pembekuan darah. Normalnya pembekuan darah dan lisis darah tergantung pada ke utuhan pembuluh darah, adekuatnya jumlah fungsional trombrosit. (Tarwoto dkk, 2008)

Trombosit sebenarnya fragmen dari sel-sel pada sumsum tulang, yang disebut megakariosit. Dirangsang oleh hormon thrombopoietin, trombosit pecah pada megakariosit dan memasuki aliran darah, di mana mereka beredar selama sekitar 10 hari sebelum berakhir masa pendek mereka di limpa. Dalam tubuh yang sehat, thrombopoietin akan membantu untuk mempertahankan jumlah trombosit pada tingkat normal, yang sekitar 4,2-6.100.000 sel-sel kecil di 200/1000 dari satu sendok teh (1UL) darah.

Kebanyakan trombosit dikenal dengan kemampuan darah untuk menggumpal ketika seseorang mendapat luka atau memar. Secara khusus, trombosit memberikan hormon yang diperlukan dan protein untuk koagulasi. Kolagen dilepaskan ketika lapisan pembuluh darah rusak. Trombosit mengenali kolagen dan mulai bekerja pada koagulasi darah dengan membentuk semacam penyumbat, sehingga kerusakan lebih lanjut untuk pembuluh darah dapat dicegah.
a)      Fungsi utama trombosit
Pembekuan sumbatan mekanik selama respon hemostatis normal terhadap cedera vascular. Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi trombosit berupa adehesi, sekresi, ageregasi dan fusi serta aktivitas prokoagulannya sangat penting untuk fugsinya.
(A.V Hoffbrand dkk, 2005)
b)      Proses pembekuan darah
Koagulasi darah atau pembekuan darah adalah transformasi darah dari cairan menjadi gel padat. Pembentukan suatu pembekuan (clot) pada sumbat trombosit memperkuat dan menunjang sum-bat, memperkuat tambalan yang menutupi lubang dipembuluh darah. Selain itu, sering dengan memadatnya darah di sekitar defek pembuluh, darah tidak lagi mengalir. Koagulasi merupakan mekanisme hemostatic tubuh yang paling kuat dan hal ini diperlukan untuk menghentikan pendarahan.





B.   Pengertian Trombrosis Vena Dalam (Deep Vein Thrombosis)
Thrombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem kardiovaskuler termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan mikrosirkulasi. Menurut Robert Virchow, terjadinya thrombosis adalah sebgai akibat kelainan pada pembuluh darah, aliran darah, komponen pembekuan darah.
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam vena akibat flebitis (inflamasi dinding vena) atau akibat obstruksi parsial vena. Pada umumnya bekuan tersebut berhubungan dengan (1) statis darah (2) cedera dinding pembuluh darah (3) perubahan koagulasi darah (triad Virchow).(Sandra M.Nettina, 2002)
Thrombosis vena profunda (DVT) adalah trombosit vena dalam, bukan vena superfisial. Vena dalam pada ekstremitas bawah merupakan vena yang paling sering terkena.
Flebitis adalah inflamasi dinding vena. Istilah ini digunakan secara klinis untuk menunjukan kondisi superfisial dan terlokalisir yang dapat diobati dengan kompres hangat.
Gambar 1.1 : deep vein trombosis


Thrombosis vena dapat terjadi akibat berbagai kondusi, seperti statis vena ( setelah operasi, melahirkan, atau tirah baring atau duduk yang terlalu lama); trauma langsung pada vena akibat injeksi IV atau kateter indwelling; perluasan infeksi vena;komplikasi varises vena; tekanan yang terus menerus pada pembuluh darah seperti akibat tumor, aneorisma atau kehamilan berat; aktivitas yang tidak biasa pada seorang yang tidak dinamis; hiperkoagulabilitas yang berhubungan dengan penyakit maligna, atau diskariasis darah. Komplikasi yang terjadi mencakup embolisme pulmoner dan syndrome pasca phlebitis.

Tromboflebitis dapat terjadi pada vena mana saja tetapi paling umun pada vena (ileofemoral, popliteal, atau vena betis) dan vena-vena superfisial (safena) dari kaki. Thrombosis vena dalam membawa risiko paling besar dari embolisme pulmonal. Untuk alasan ini, pasien memerlukan perawatan dirumah sakit dan terapi agresif. Pada awalnya pasien diberikan hamper selama kira-kira 5-7 hari. Selama 2-3hari terakhir tarapi heparin, warfarin (Coumadin) diberikan dalam hubunganya dengan heparin karena ini memerlukan kira-kira tiga hari untuk Coumadin dimulai berkerja. Komplikasi utama dihubungkan dengan terapi antikoagunal adalah perdarahan.
RLP untuk  klifikasi KDB dari tromboflebitis adalah 7,4 hari (lorenze, 1991).

Pasien dengan thrombosis vena dalam sering dipulangkan dengan terapi Coumadin selama kira-kira 1 ½ sampai 3 bulan. Pengguna terapi antikoagulan permanen dapat diperlukan bila pasien mempunyai kondisi kronis yang menyertai yang secara umum berkenaan dengan fromboflebitis (sindrom pascaflebotik, penyakit jantung).
Thrombosis vena dalam mungkin lebih sulit untuk mendektesi tromboflebitis superfisia; banyak pasien dengan thrombosis vena dalam tidak menunjukan gejala tipikal tetapi dapat mengalami manifestasi atipikal seperti perubahan tiba-tiba pada tekanan darah tampa perubahan penyerta dapat dilihat dan diraba.
Bila orang beresiko tinggi di rumah sakit, tindakan-tindakan pencegahan terhadap tromboflebitis harus dimulai. Tindakan-tindakan ini meliputi terapi heparin dosis rendah, aspirin, ambulasi pascaoperasi awal, dekstran berat molekul rendah, stoking antiemolisme, latihan rentan gerak utuk psien terbaring, atau penggunaan alat kompresi tungkai eksternal.
Trombosis vena juga dapat muncul di pembuluh darah vena lainnya, seperti lengan dan dapat menyebar hingga ke paru-paru. DVT yang menyerang paru-paru ini dapat menyumbat separuh atau seluruh bagian dari arteri paru dan menyebabkan timbulnya komplikasi berbahaya bernama emboli paru (pulmonary embolism/PE) dan venous thromboembolism (VTE).

C. Etiologi
Penyebab utama thrombosis vena belum jelas, tetapi ada 3 faktor yang dianggap berperan penting dalam pembekuannya. Statis darah, cedera dinding pembuluh darah dan gangguan pembekuan darah. Adanya paling tidak 2 faktor tersebut penting untuk terjadinya thrombosis.
Statis vena terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal jantung/syok; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat dan bila kontraksi otot sekrental berkurang seperti pada istirahat lama, paralisis ekstermitas atau anesthesia. Tirah baring terbukti memperhambat aliran darah tungkai sebesar 50%.

Kerusakan lapisan intima pembuluh darah menciptakan tempat pembekuan darah. Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur atau dislokasi, penyakit vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan intravena, semuanya dapat merusak vena.
Kenaikan koagulabilitas terjadi paling sering pada pasien dengan penghentian obat antikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas.

Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat stasis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan, maka proses ini dinamakan flebotrombosis. Thrombosis vena dapat terjadi pada semua vena, namun paling sering terjadi pada vena ekstremitas. Gangguan ini dapat menyerang vena superfisial maupun vena dalam tungkai. Pada vena superfisial, vena safena adalah yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang sering terkena adalah vena iliofemoral, popliteal dan betis.

Thrombus vena tersusun atas trombosit yang menempel pada dinding vena, di sepanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel darah merah. “ekor” dapat tumbuh membesar atau memanjang sesuai aliran darah akibat terbentuknya lapisan bekuan darah. Thrombosis vena yang terus tumbuh ini sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh darah paru. Fragmentasi thrombus dapat terjadi spontan karena bekuan darah secara alamiah bisa larut, atau dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan tekanan vena, seperti saat berdiri tiba-tiba atau melakukan aktivitas otot setelah lama istirahat.

Semua pasien bedah beresiko mengalami thrombosis vena dalam (DVT). Berbagai penelitian telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk mencatat insidensi DVT dan manfaat profilaktik sebagai tindakan pencegahan

D.  Patofisiologi
Statis aliran darah vena terjadi bila aliran darah melambat,seperti pada gagal jantung dan syok,ketika vena berdilatasi sebagai akibat terapi obat dan bila kontraksi otot skeletal berkurang seperti pada istirahat yang lama,paralysis ekstremitas atau anastesi .
Tirah baring terbukti memperlambat aliran darah tungkai sebesar 50%.
Kerusakan lapisan intim pembuluh darah menciptakan tempat pembentukan bekuan darah. Trauma langsung pada pembuluh darah, seperti pada traktur atau dislokasi,penyakit vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan intravena, semuanya dapat merusak vena.
Kenaikan koagulabilitas terjadi paling pada pasien dengan penghentian obat anti- koagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas.
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah. Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat stasis atau hiper kongulabilitas, tanpa disertai peradangan, maka proses ini dinamakan flebotrombosis. Thrombosis vena dapat terjadi pada semua vena, namun paling sering terjadi pada vena ekstremitas. Gangguan ini dapat menyerang baik vena superficial maupun vena dalam tungkai. Pada vena superficial, vena safena adalah yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang paling sering terkena adalahvena iliofemoral, popliteal dan betis.
Thrombus vena tersusun atas agregat trombosit yang menempel pada dinding vena, di spanjang bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel darah merah. “ Ekor” dapat tumbuh membesar atau memanjang sesuai aliran darah akibat terbentuknya lapisan bekuan darah. Thrombosis vena dapat terus tumbuh ini sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan mengakibatkan oklusi emboli pada pembuluh darah paru.(Smeltzer &  Brenda. 2002)

A.    Manisfestasi klinis (Brunner&Suddarth)
Sebanyak  50%  pasien dengan thrombosis vena ektremitas bawah tidak menunjukan gejala, sedangkan yang lain, menunjukan gejala yang bervariasi dan biasanya tidak khas tromboflebitis.  Namun meskupun bermacam-macam setiap tanda klinis harus di selidiki dengan cermat.

Vena dalam obstruksi vena dalam tungkai menyebabkan edema dan menyebabkan ektremitas karena aliran darah tersumbat. Besarnya pembengkakan dapat ditentukan dengan mengukur keliling tungkai sebelahnya pada berbagai tingkat denga pita pengukur. Suatu tungkai dibandingkan dengan tungkai lainnya untuk menentukan perbedaan ukurannya. Apabila kedua tungkai bengkok, sulit diketahui perbedaan ukurannya. Tungkai yang terkena terasa lebih hangat dan vena superfisialnya lebih menonjol nyeri tekan biasanya terjadi kemudian adalah akibat dari implamasi dinding vena dan dapat diteksi dengan palpasi lembut pada tungkai. Tanda human (nyeri pada betis ketika kaki di-dorosfleksikan secara mendadak) tidak spesifik untuk thrombosis vena dalam karena bisa ditimbulnya oleh berbagai kondusi nyeri pada betis. Pada beberapa kasus emboli paru merupakan tanda pertama thrombosis vena dalam.

Vena superfisial. Thrombosis vena superfisial mengakibatkan nyeri atau nyeri tekan, kemerahan dan hangat pada daerah yang terkena. Resiko terjadinya fragmentasi thrombus menjadi emboli pada vena superfisial sangat jarang karena thrombus dapat larut secara spontan jadi kondisi ini disini dapat ditangani dirumah dengan tirah baring, peninggian tungkai, analgetik dan obat anti radang. Perbandingan tromboflebitis superfisial. (brunner&suddarth, 2001).

B.     Perawatan penunjang (Sandra M.nettina, 2001)
a)      Tinggikan tungkai pasien sesuai dengan instruksi untuk meningkatkan drainase vena, mengurangi pembengkakan dan mengurangi nyeri
b)      Beri kompres hangat atau bantalan panas sesuai dengan instruksi untuk meningkatkan sirkulasi dan mengurangi nyeri
c)      Memberikan analgetik sesuai dengan instruksi dan sesuai kebutuhan. Hindari penggunaan aspirin dan produk-produk yang mengandung NSAID selama terapi antikoagulan untuk mencegah resiko lebih lanjut terjadinya pendarahan
d)     Cegah statis vena dengan posisi yang tepat ditempat tidur. Topan seluruh panjang tungkai pada saat di tinggikan.
e)      Lakukan latihan aktif, kecuali jika di kontraindikasikan, maka gunakan latihan pasif.
f)       Anjurkan asupan cairan yang adekuat, seringnya berubah posisi, batuk efektif dan latihan pernafasan dalam untuk mencegah komplikasi tirah baring
g)      setelah fase akut (5-7 hari) pakaikan stocking elastis, sesuai instruksi. Lepas 2 kali sehari dan periksa adanya peruabahan kulit dan nyeri tekan pada betis
h)      anjurkan ambulansi jika sudah di izinkan (biasanya setelah 5-7 hari ketika bekuan sudah melekat sepenuhnya ke dinding pembuluh darah).
C.    Penatalaksanaan
a)      Tujuan penatalaksanan medis tromboflebitis adalah mencegah perkembangan dan pecahnya thrombus beserta resikonya yaitu embilisme paru dan mencegah tromboemboli kambuh.
Tetapi antikoagulan dapat mencapai kedua tujuan itu hampir yang diberikan selama 10-12 hari dengan infus intermiter intavena atau infus berkelanjutan, dapat mencegah perkembanganya bekuan darah dan tumbuhnya bekuan baru. Dosis pengoatan diatur dengan mematau waktu tomboplastin parsial (PPT).
4-7hari sebalum terapi hamper intra vena berakhir, pasin diberikan antikoagulan oral. Pasin mendapat antikoagulan oral 3 bulan atau lebih untuk pencegahan jangka panjang. Tidak seperti heparin, pada 50% pasien, tetapi trombolik (fibrinolitk), menyebabkan bekuan mengalami dekomposisi dan larut. Tetapi trombolitik diberikan dalam 3hari pertama setelah oklusi akut, dengan pemberian steptikinase , mikinase atau ativatir plasminogen jenis jaringan (t-PA=tissue type plasminogen activator). Kelebihan terapi litik adalah tetap utunya kutup vena dan mengurangi insiden sindrom pasca flebotik dan insufensial kronik. Namun terapi tombolitik mengakibatkan insidens pendarahan sekitar sekitar 3 kali lipat dibandingkan heparin. PPT, waktu protombil, hemoglobin,  hematokrik, hitung trombosit dan tingkat fribnogen pasien harus sering dipantau, diperkuat observasi yang ketat untuk mendektesi adanya pendarahan. Apabila terjadi pendarahan dan tidak dapat dihentikan, maka bahan trombolik harus dihentikan.
b)      Penatalaksanaan bedah. Pembedahan thrombosis vana dalam diperkuat bila (1)ada kontraindikasi terapi antikoagula atau tromboslitik (2)ada bahaya emboli paru yang jelas (3)aliran vena sangat tergantung yang dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada ekstremitas. Trombektomi (mengangkatan thrombosis) merupakan penanaganan pilihan bila diperlukan pembedahan. Filter vena kava harus dipasang pada saat dilakukan trombotomi, untuk menangkap emboli besar dan mencegah emboli paru.
c)      Penatalaksanaan keperawatan. Titah baring, peninggian ekstermitas yang terkena, stoking elastis dan analgetik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi ini. Biasanya dipelukan titah baring 5- 7 hari setelah terjadi thrombosis vena dalam. Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu ini yang diperlukan thrombus melekat pada dinding vena, sehingga menjadi emboli. Ketika pasien mulai berjalan, harus dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik dari pada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan kai, juga dianjurkan.

Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena dapat mengurangi ketidak nyamanan sehubungan dengan thrombosis vena dalam. Analgetik ringan untuk mengontrol nyeri, sesui resep, akan menambah rasa nyaman.
D.    Faktor Risiko
1.      Bersifat idiopatik
2.      Tirah baring lama
3.      Trauma
4.      Pembedahan
5.      Kehamilan
6.      Obesitas
7.      Merokok
8.      Statis vena
9.      Neoplasma
10.  Venulitis

E.   Komplikasi
Yang akan terjadi apabila thrombus timbul di dalam vena betis yang letaknya dalam adalah vena tersebut akan tersumbat total, sehingga darah tidak bisa melewatinya secara otomatis. Namun, keadaan ini tidak terlalu mengkhawatirkan terhadap sirkulasi darah untuk dapat bisa kembali ke jantung, sebab disana selalu ada vena-vena kecil yang berjalan parallel dengan vena yang tersumbat dan memberi jalan bagi darah untuk kembali kearah jantung. Vena-vena kecil ini disebut vena kolateral.
Vena-vena kolateral memberi tahan yang lebih besar terhadap aliran darah daripada vena yang mengalami oklusi. Karena tekanan vena serta kapiler yang menuju ke atas meninggi, maka terjadi pengisian vena yang berlebihan, sehingga pembengkakan pada kaki pasti terjadi. Hal ini tentunya akan diikuti oleh timbulnya edema yang membuat sumuran.  Efek terjadinya thrombosis pada betis dalam ini adalah kaki bagian bawah pasti akan mengalami pembengkakan dan terasa keras karena tekanan vena meninggi. Selain itu juga akan terjadi edema, karena darah yang datang kembali dari kaki harus melalui vena-vena kecil kulit sehinga kulit tungkai tersebut menjadi sianosis dan teraba lebih hangat akibatya banyaknya darah di dalamnya. Hal yang juga diperlu diperhatikan pada penyakit ini adalah dengan melihat seorang penderita yang berbaring lama dengan keluhan sakit pada salah satu kaki, maka lakukanlah pemeriksaan kaki tersebut dengan sangat teliti. Vena yang mengalami thrombosis ditekan dengan hati-hati maka akan timbul rasa nyeri yang hebat. Nyeri ini mungkin akibat spasme otot polos oleh rangsangan serotonin yang berasal dari thrombosis (trombosit).

























0 komentar:

Posting Komentar