Jumat, 20 Januari 2017
Kamis, 12 Januari 2017
ASKEP DVT
02.18
No comments
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Thrombosis
adalah terbentuknya dari unsur darah di dalam pembuluh darah vena atau arteri
pada makhluk hidup. Thrombosis merupakan istilah yang umum dipakai untuk
sumbata pembuluh darah, baik arteri maupun vena. Thrombosis hemotaesis yang
bersifat sel-limited dan terlokalisisr untuk mencegah hilangnya darah yang
berlebihan merupakan respon normal tubuh terhadap trauma akut vskuler,
sedangkan thrombosis patologis seperti vena dalam (TVD), emboli paru, thrombosis
arteri coroner yang menimbulkan infark miokard, dan oklusi trombotik pada
serebro vaskuler merupakan respon tubuh yang tidak diharapkan terhadap gangguan
akut dan kronik pada pembuluh darah. Ahli bedah vaskuler berperan untuk
mengeluarkan thrombus yang sudah terbentuk yaitu dengan melakukan konsep
thrombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada tahun 1856 dengan
dianjurkanya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai triad of vichow yaitu
terdiri dari abnormalitas dinding pembuluh darah, perubahan komposisi darah,
dan ganguan aliran darah. Ketiganya merupakan faktor-faktor yang memegang
peranan penting dalam patofisiologi thrombosis.
Trombektomi dikenal dua macam thrombosis yaitu thrombosis arteri dan thrombosis
vena.
Angka
kejadian VTE mendekati 1 per 1000 populasi setiap tahunnya Pada satu pertiga kasus, bermanifestasi
sebagai emboli paru, sedangkan dua pertiga lainnya hanya sebatas DVT. Pada
beberapa penelitian juga didapatkan bahwa kejadian VTE meningkat sesuai umur,
dengan angka kejadian 1 per 10.000 – 20.000 populasi pada umur dibawah 15
tahun, dan meningkat secara eksponensial sesuai dengan umur hingga 1 per 1000
kasus pada usia diatas 80 tahun. Insidensi VTE pada ras Asia dan Hispanic
dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan ras Kaukasians,
Afrika-Amerika, Latin, dan Asia Pasifik. Angka insidensi yang lebih
rendah ini masih belum dapat dijelaskan, namun diduga berkaitan dengan
rendahnya prevalensi faktor predisposisi genetik, seperti faktor V Leiden.
Tidak ada perbedaan insidensi antara pria dan wanita, walaupun penggunaan
kontrasepsi oral dan terapi sulih hormon post menopause merupakan faktor resiko
terjadinya VTE. Insiden DVT di Amerika Serikat adalah 159 per 100 ribu atau
sekitar 398 ribu per tahun. Tingkat fatalitas TVD yang sebagian besar
diakibatkan oleh emboli pulmonal sebesar 1% pada pasien muda hingga 10% pada
pasien yang lebih tua 16. Tanpa profilaksis, insidensi TVD yang diperoleh di
rumah sakit adalah 10-40% pada pasien medikal dan surgikal dan 40-60% pada
operasi ortopedik mayor. Dari
sekitar 7 juta pasien yang selesai dirawat di 944 rumah sakit di Amerika, tromboemboli
vena adalah komplikasi medis kedua terbanyak, penyebab peningkatan lama
rawatan, dan penyebab kematian ketiga terbanyak.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Anatomi Fisiologi
2. Apa saja Etiologi (Deep Vein Thrombosis)
3. Apa
yang dimaksud dengan Trombrosis Vena Dalam (Deep Vein Thrombosis)
4. Apa
saja asuhan keperawatan yang diberikan
5. Apa
saja tindakan yang dilakukan perawat pada pasien yang mengalami Trombrosis Vena
Dalam
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
apa saja anatomi fisiologi Trombrosis Vena Dalam
2. Mengetahui
etiologi yang terjadi pada (Deep Vein Thrombosis)
3. Memahami
pengertian Trombrosis Vena Dalam (Deep Vein Thrombosis)
4. Memahami
asuhan keperawatan pada thrombosis vena dalam
5. Mengetahui
diagnose thrombosis vena dalam
6. Dapat
memberikan tindakan keperawatan pada pasien Trombrosis Vena DalaM
D.
Sistematika
penulisan
Bab
l : terdiri dari pendahuluan latar
belakang, tujuan, sistematika penulisan
Bab
ll : terdiri dari tinjauan teoritis,
pengertisn Deep Vein Trombrosit, etiologi dan patofisiologi, maniftasi klinis
Bab
lll : Asuhan Keperawatan pada Deep Vein
Trombosit
Bab
lV terdiri dari penutup : kesimpulan, saran, daftar pustaka
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Anatomi
Fisiologi
Vena merupakan pembuluh darah yang dilewati sirkulasi
darah kembali menuju jantung sehingga disebut juga pembuluh darah balik.
Dibandingkan dengan arteri, dinding vena lebih tipis dan mudah melebar. Sama
seperti arteri, vena memiliki 3 lapis dinding yaitu tunika intima, tunika media
dan tunika adventitia. Pada arteri lapisan yang tebal adalah tunika media
sedangkan lapisan tebal pada vena adalah tunika adventitia , yang juga dikenal
sebagai externa tunika. Ini adalah lapisan terluar dari pembuluh darah, yang
menyediakan stabilitas struktural mirip lapisan tunika media di arteri.
Sementara darah bergerak melalui arteri oleh aktivitas tunika media, pada vena
menggunakan mekanisme yang berbeda yang disebut “pompa otot rangka”. Dalam pompa
otot rangka, darah bergerak secara pasif melalui pembuluh darah oleh kontraksi
otot rangka seluruh tubuh, yang memaksa darah untuk bergerak ke atas menuju
jantung bukan penyatuan dalam tubuh extremeties rendah (tangan dan kaki).
Kurang lebih 70% volume darah berada dalam sirkuit vena dengan tekanan yang
relatif rendah. Kapasitas dan volume sirkuit vena ini merupakan faktor penentu
penting dari curah jantung karena volume darah yang diejeksi oleh jantung
tergantung pada alir balik vena.
Trombosit
atau platelet merupakan bagian dari bagian sel darah yang sangat penting dalam
proses pembekuan darah. Normalnya pembekuan darah dan lisis darah tergantung
pada ke utuhan pembuluh darah, adekuatnya jumlah fungsional trombrosit.
(Tarwoto dkk, 2008)
Trombosit
sebenarnya fragmen dari sel-sel pada sumsum tulang, yang disebut megakariosit.
Dirangsang oleh hormon thrombopoietin, trombosit pecah pada megakariosit dan
memasuki aliran darah, di mana mereka beredar selama sekitar 10 hari sebelum
berakhir masa pendek mereka di limpa. Dalam tubuh yang sehat, thrombopoietin
akan membantu untuk mempertahankan jumlah trombosit pada tingkat normal, yang
sekitar 4,2-6.100.000 sel-sel kecil di 200/1000 dari satu sendok teh (1UL)
darah.
Kebanyakan
trombosit dikenal dengan kemampuan darah untuk menggumpal ketika seseorang
mendapat luka atau memar. Secara khusus, trombosit memberikan hormon yang
diperlukan dan protein untuk koagulasi. Kolagen dilepaskan ketika lapisan
pembuluh darah rusak. Trombosit mengenali kolagen dan mulai bekerja pada
koagulasi darah dengan membentuk semacam penyumbat, sehingga kerusakan lebih
lanjut untuk pembuluh darah dapat dicegah.
a) Fungsi
utama trombosit
Pembekuan
sumbatan mekanik selama respon hemostatis normal terhadap cedera vascular.
Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah
kecil. Reaksi trombosit berupa adehesi, sekresi, ageregasi dan fusi serta
aktivitas prokoagulannya sangat penting untuk fugsinya.
(A.V
Hoffbrand dkk, 2005)
b) Proses
pembekuan darah
Koagulasi
darah atau pembekuan darah adalah transformasi darah dari cairan menjadi gel
padat. Pembentukan suatu pembekuan (clot) pada sumbat trombosit memperkuat dan
menunjang sum-bat, memperkuat tambalan yang menutupi lubang dipembuluh darah.
Selain itu, sering dengan memadatnya darah di sekitar defek pembuluh, darah
tidak lagi mengalir. Koagulasi merupakan mekanisme hemostatic tubuh yang paling
kuat dan hal ini diperlukan untuk menghentikan pendarahan.
B. Pengertian Trombrosis Vena Dalam (Deep Vein
Thrombosis)
Thrombosis adalah terjadinya bekuan
darah di dalam sistem kardiovaskuler termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan
mikrosirkulasi. Menurut Robert Virchow, terjadinya thrombosis adalah sebgai
akibat kelainan pada pembuluh darah, aliran darah, komponen pembekuan darah.
Tromboflebitis adalah kondisi
dimana terbentuk bekuan dalam vena akibat flebitis (inflamasi dinding vena)
atau akibat obstruksi parsial vena. Pada umumnya bekuan tersebut berhubungan
dengan (1) statis darah (2) cedera dinding pembuluh darah (3) perubahan
koagulasi darah (triad Virchow).(Sandra M.Nettina, 2002)
Thrombosis vena profunda (DVT)
adalah trombosit vena dalam, bukan vena superfisial. Vena dalam pada
ekstremitas bawah merupakan vena yang paling sering terkena.
Flebitis adalah inflamasi dinding vena.
Istilah ini digunakan secara klinis untuk menunjukan kondisi superfisial dan
terlokalisir yang dapat diobati dengan kompres hangat.
Gambar
1.1 : deep vein trombosis
Thrombosis
vena dapat terjadi akibat berbagai kondusi, seperti statis vena ( setelah
operasi, melahirkan, atau tirah baring atau duduk yang terlalu lama); trauma
langsung pada vena akibat injeksi IV atau kateter indwelling; perluasan infeksi
vena;komplikasi varises vena; tekanan yang terus menerus pada pembuluh darah
seperti akibat tumor, aneorisma atau kehamilan berat; aktivitas yang tidak
biasa pada seorang yang tidak dinamis; hiperkoagulabilitas yang berhubungan
dengan penyakit maligna, atau diskariasis darah. Komplikasi yang terjadi
mencakup embolisme pulmoner dan syndrome pasca phlebitis.
Tromboflebitis
dapat terjadi pada vena mana saja tetapi paling umun pada vena (ileofemoral,
popliteal, atau vena betis) dan vena-vena superfisial (safena) dari kaki. Thrombosis
vena dalam membawa risiko paling besar dari embolisme pulmonal. Untuk alasan
ini, pasien memerlukan perawatan dirumah sakit dan terapi agresif. Pada awalnya
pasien diberikan hamper selama kira-kira 5-7 hari. Selama 2-3hari terakhir
tarapi heparin, warfarin (Coumadin) diberikan dalam hubunganya dengan heparin
karena ini memerlukan kira-kira tiga hari untuk Coumadin dimulai berkerja.
Komplikasi utama dihubungkan dengan terapi antikoagunal adalah perdarahan.
RLP
untuk klifikasi KDB dari tromboflebitis
adalah 7,4 hari (lorenze, 1991).
Pasien
dengan thrombosis vena dalam sering dipulangkan dengan terapi Coumadin selama
kira-kira 1 ½ sampai 3 bulan. Pengguna terapi antikoagulan permanen dapat
diperlukan bila pasien mempunyai kondisi kronis yang menyertai yang secara umum
berkenaan dengan fromboflebitis (sindrom pascaflebotik, penyakit jantung).
Thrombosis
vena dalam mungkin lebih sulit untuk mendektesi tromboflebitis superfisia;
banyak pasien dengan thrombosis vena dalam tidak menunjukan gejala tipikal
tetapi dapat mengalami manifestasi atipikal seperti perubahan tiba-tiba pada tekanan
darah tampa perubahan penyerta dapat dilihat dan diraba.
Bila
orang beresiko tinggi di rumah sakit, tindakan-tindakan pencegahan terhadap
tromboflebitis harus dimulai. Tindakan-tindakan ini meliputi terapi heparin
dosis rendah, aspirin, ambulasi pascaoperasi awal, dekstran berat molekul
rendah, stoking antiemolisme, latihan rentan gerak utuk psien terbaring, atau
penggunaan alat kompresi tungkai eksternal.
Trombosis
vena juga dapat muncul di pembuluh darah vena lainnya, seperti lengan dan dapat
menyebar hingga ke paru-paru. DVT yang menyerang paru-paru ini dapat menyumbat
separuh atau seluruh bagian dari arteri paru dan menyebabkan timbulnya
komplikasi berbahaya bernama emboli paru (pulmonary embolism/PE) dan venous
thromboembolism (VTE).
C. Etiologi
Penyebab
utama thrombosis vena belum jelas, tetapi ada 3 faktor yang dianggap berperan
penting dalam pembekuannya. Statis darah, cedera dinding pembuluh darah dan
gangguan pembekuan darah. Adanya paling tidak 2 faktor tersebut penting untuk
terjadinya thrombosis.
Statis
vena terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal jantung/syok;
ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat dan bila kontraksi otot
sekrental berkurang seperti pada istirahat lama, paralisis ekstermitas atau
anesthesia. Tirah baring terbukti memperhambat aliran darah tungkai sebesar
50%.
Kerusakan
lapisan intima pembuluh darah menciptakan tempat pembekuan darah. Trauma
langsung pada pembuluh darah, seperti pada fraktur atau dislokasi, penyakit
vena dan iritasi bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan
intravena, semuanya dapat merusak vena.
Kenaikan
koagulabilitas terjadi paling sering pada pasien dengan penghentian obat
antikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar diskrasia
dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas.
Tromboflebitis
adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah.
Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat stasis atau
hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan, maka proses ini dinamakan
flebotrombosis. Thrombosis vena dapat terjadi pada semua vena, namun paling
sering terjadi pada vena ekstremitas. Gangguan ini dapat menyerang vena
superfisial maupun vena dalam tungkai. Pada vena superfisial, vena safena
adalah yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai, yang sering terkena
adalah vena iliofemoral, popliteal dan betis.
Thrombus
vena tersusun atas trombosit yang menempel pada dinding vena, di sepanjang
bangunan tambahan seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel
darah merah. “ekor” dapat tumbuh membesar atau memanjang sesuai aliran darah
akibat terbentuknya lapisan bekuan darah. Thrombosis vena yang terus tumbuh ini
sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan mengakibatkan oklusi
emboli pada pembuluh darah paru. Fragmentasi thrombus dapat terjadi spontan
karena bekuan darah secara alamiah bisa larut, atau dapat terjadi sehubungan
dengan peningkatan tekanan vena, seperti saat berdiri tiba-tiba atau melakukan
aktivitas otot setelah lama istirahat.
Semua
pasien bedah beresiko mengalami thrombosis vena dalam (DVT). Berbagai
penelitian telah dilakukan selama bertahun-tahun untuk mencatat insidensi DVT
dan manfaat profilaktik sebagai tindakan pencegahan
D. Patofisiologi
Statis aliran
darah vena terjadi bila aliran darah melambat,seperti pada gagal jantung dan
syok,ketika vena berdilatasi sebagai akibat terapi obat dan bila kontraksi otot
skeletal berkurang seperti pada istirahat yang lama,paralysis ekstremitas atau
anastesi .
Tirah baring terbukti memperlambat
aliran darah tungkai sebesar 50%.
Kerusakan lapisan intim pembuluh
darah menciptakan tempat pembentukan bekuan darah. Trauma langsung pada
pembuluh darah, seperti pada traktur atau dislokasi,penyakit vena dan iritasi
bahan kimia terhadap vena, baik akibat obat atau larutan intravena, semuanya
dapat merusak vena.
Kenaikan koagulabilitas terjadi
paling pada pasien dengan penghentian obat anti- koagulan secara mendadak.
Kontrasepsi oral dan sejumlah besar diskrasia dapat menyebabkan
hiperkoagulabilitas.
Tromboflebitis adalah peradangan
dinding vena dan biasanya disertai pembentukan bekuan darah. Ketika pertama
kali terjadi bekuan pada vena akibat stasis atau hiper kongulabilitas, tanpa
disertai peradangan, maka proses ini dinamakan flebotrombosis. Thrombosis vena dapat terjadi pada
semua vena, namun paling sering terjadi pada vena ekstremitas. Gangguan ini
dapat menyerang baik vena superficial maupun vena dalam tungkai. Pada vena
superficial, vena safena adalah yang paling sering terkena. Pada vena dalam tungkai,
yang paling sering terkena adalahvena iliofemoral, popliteal dan betis.
Thrombus vena tersusun atas agregat
trombosit yang menempel pada dinding vena, di spanjang bangunan tambahan
seperti ekor yang mengandung fibrin, sel darah putih dan sel darah merah. “
Ekor” dapat tumbuh membesar atau memanjang sesuai aliran darah akibat
terbentuknya lapisan bekuan darah. Thrombosis vena dapat terus tumbuh ini
sangat berbahaya karena sebagian bekuan dapat terlepas dan mengakibatkan oklusi
emboli pada pembuluh darah paru.(Smeltzer &
Brenda. 2002)
A.
Manisfestasi
klinis (Brunner&Suddarth)
Sebanyak
50% pasien dengan thrombosis vena
ektremitas bawah tidak menunjukan gejala, sedangkan yang lain, menunjukan
gejala yang bervariasi dan biasanya tidak khas tromboflebitis. Namun meskupun bermacam-macam setiap tanda
klinis harus di selidiki dengan cermat.
Vena dalam obstruksi vena dalam tungkai
menyebabkan edema dan menyebabkan ektremitas karena aliran darah tersumbat.
Besarnya pembengkakan dapat ditentukan dengan mengukur keliling tungkai
sebelahnya pada berbagai tingkat denga pita pengukur. Suatu tungkai
dibandingkan dengan tungkai lainnya untuk menentukan perbedaan ukurannya.
Apabila kedua tungkai bengkok, sulit diketahui perbedaan ukurannya. Tungkai
yang terkena terasa lebih hangat dan vena superfisialnya lebih menonjol nyeri
tekan biasanya terjadi kemudian adalah akibat dari implamasi dinding vena dan
dapat diteksi dengan palpasi lembut pada tungkai. Tanda human (nyeri pada betis
ketika kaki di-dorosfleksikan secara mendadak) tidak spesifik untuk thrombosis
vena dalam karena bisa ditimbulnya oleh berbagai kondusi nyeri pada betis. Pada
beberapa kasus emboli paru merupakan tanda pertama thrombosis vena dalam.
Vena superfisial. Thrombosis vena
superfisial mengakibatkan nyeri atau nyeri tekan, kemerahan dan hangat pada
daerah yang terkena. Resiko terjadinya fragmentasi thrombus menjadi emboli pada
vena superfisial sangat jarang karena thrombus dapat larut secara spontan jadi
kondisi ini disini dapat ditangani dirumah dengan tirah baring, peninggian
tungkai, analgetik dan obat anti radang. Perbandingan tromboflebitis
superfisial. (brunner&suddarth, 2001).
B.
Perawatan
penunjang (Sandra M.nettina, 2001)
a) Tinggikan
tungkai pasien sesuai dengan instruksi untuk meningkatkan drainase vena,
mengurangi pembengkakan dan mengurangi nyeri
b) Beri
kompres hangat atau bantalan panas sesuai dengan instruksi untuk meningkatkan
sirkulasi dan mengurangi nyeri
c) Memberikan
analgetik sesuai dengan instruksi dan sesuai kebutuhan. Hindari penggunaan
aspirin dan produk-produk yang mengandung NSAID selama terapi antikoagulan
untuk mencegah resiko lebih lanjut terjadinya pendarahan
d) Cegah
statis vena dengan posisi yang tepat ditempat tidur. Topan seluruh panjang
tungkai pada saat di tinggikan.
e) Lakukan
latihan aktif, kecuali jika di kontraindikasikan, maka gunakan latihan pasif.
f) Anjurkan
asupan cairan yang adekuat, seringnya berubah posisi, batuk efektif dan latihan
pernafasan dalam untuk mencegah komplikasi tirah baring
g) setelah
fase akut (5-7 hari) pakaikan stocking elastis, sesuai instruksi. Lepas 2 kali
sehari dan periksa adanya peruabahan kulit dan nyeri tekan pada betis
h) anjurkan
ambulansi jika sudah di izinkan (biasanya setelah 5-7 hari ketika bekuan sudah
melekat sepenuhnya ke dinding pembuluh darah).
C.
Penatalaksanaan
a) Tujuan
penatalaksanan medis tromboflebitis adalah mencegah perkembangan dan pecahnya
thrombus beserta resikonya yaitu embilisme paru dan mencegah tromboemboli
kambuh.
Tetapi
antikoagulan dapat mencapai kedua tujuan itu hampir yang diberikan selama 10-12
hari dengan infus intermiter intavena atau infus berkelanjutan, dapat mencegah
perkembanganya bekuan darah dan tumbuhnya bekuan baru. Dosis pengoatan diatur
dengan mematau waktu tomboplastin parsial (PPT).
4-7hari
sebalum terapi hamper intra vena berakhir, pasin diberikan antikoagulan oral.
Pasin mendapat antikoagulan oral 3 bulan atau lebih untuk pencegahan jangka
panjang. Tidak seperti heparin, pada 50% pasien, tetapi trombolik
(fibrinolitk), menyebabkan bekuan mengalami dekomposisi dan larut. Tetapi
trombolitik diberikan dalam 3hari pertama setelah oklusi akut, dengan pemberian
steptikinase , mikinase atau ativatir plasminogen jenis jaringan (t-PA=tissue
type plasminogen activator). Kelebihan terapi litik adalah tetap utunya kutup
vena dan mengurangi insiden sindrom pasca flebotik dan insufensial kronik.
Namun terapi tombolitik mengakibatkan insidens pendarahan sekitar sekitar 3
kali lipat dibandingkan heparin. PPT, waktu protombil, hemoglobin, hematokrik, hitung trombosit dan tingkat
fribnogen pasien harus sering dipantau, diperkuat observasi yang ketat untuk mendektesi
adanya pendarahan. Apabila terjadi pendarahan dan tidak dapat dihentikan, maka
bahan trombolik harus dihentikan.
b) Penatalaksanaan
bedah. Pembedahan thrombosis vana dalam diperkuat bila (1)ada kontraindikasi
terapi antikoagula atau tromboslitik (2)ada bahaya emboli paru yang jelas
(3)aliran vena sangat tergantung yang dapat mengakibatkan kerusakan permanen
pada ekstremitas. Trombektomi (mengangkatan thrombosis) merupakan penanaganan
pilihan bila diperlukan pembedahan. Filter vena kava harus dipasang pada saat
dilakukan trombotomi, untuk menangkap emboli besar dan mencegah emboli paru.
c) Penatalaksanaan
keperawatan. Titah baring, peninggian ekstermitas yang terkena, stoking elastis
dan analgetik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi ini. Biasanya
dipelukan titah baring 5- 7 hari setelah terjadi thrombosis vena dalam. Waktu
ini kurang lebih sama dengan waktu ini yang diperlukan thrombus melekat pada
dinding vena, sehingga menjadi emboli. Ketika pasien mulai berjalan, harus
dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik dari pada berdiri atau
duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan
kai, juga dianjurkan.
Kompres
hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena dapat mengurangi ketidak
nyamanan sehubungan dengan thrombosis vena dalam. Analgetik ringan untuk
mengontrol nyeri, sesui resep, akan menambah rasa nyaman.
D.
Faktor
Risiko
1. Bersifat
idiopatik
2. Tirah
baring lama
3. Trauma
4. Pembedahan
5. Kehamilan
6. Obesitas
7. Merokok
8. Statis
vena
9. Neoplasma
10. Venulitis
E. Komplikasi
Yang
akan terjadi apabila thrombus timbul di dalam vena betis yang letaknya dalam
adalah vena tersebut akan tersumbat total, sehingga darah tidak bisa
melewatinya secara otomatis. Namun, keadaan ini tidak terlalu mengkhawatirkan
terhadap sirkulasi darah untuk dapat bisa kembali ke jantung, sebab disana
selalu ada vena-vena kecil yang berjalan parallel dengan vena yang tersumbat
dan memberi jalan bagi darah untuk kembali kearah jantung. Vena-vena kecil ini
disebut vena kolateral.
Vena-vena
kolateral memberi tahan yang lebih besar terhadap aliran darah daripada vena
yang mengalami oklusi. Karena tekanan vena serta kapiler yang menuju ke atas
meninggi, maka terjadi pengisian vena yang berlebihan, sehingga pembengkakan
pada kaki pasti terjadi. Hal ini tentunya akan diikuti oleh timbulnya edema yang
membuat sumuran. Efek terjadinya
thrombosis pada betis dalam ini adalah kaki bagian bawah pasti akan mengalami
pembengkakan dan terasa keras karena tekanan vena meninggi. Selain itu juga
akan terjadi edema, karena darah yang datang kembali dari kaki harus melalui
vena-vena kecil kulit sehinga kulit tungkai tersebut menjadi sianosis dan
teraba lebih hangat akibatya banyaknya darah di dalamnya. Hal yang juga diperlu
diperhatikan pada penyakit ini adalah dengan melihat seorang penderita yang
berbaring lama dengan keluhan sakit pada salah satu kaki, maka lakukanlah
pemeriksaan kaki tersebut dengan sangat teliti. Vena yang mengalami thrombosis
ditekan dengan hati-hati maka akan timbul rasa nyeri yang hebat. Nyeri ini
mungkin akibat spasme otot polos oleh rangsangan serotonin yang berasal dari
thrombosis (trombosit).
Rabu, 04 Januari 2017
Askep Angina Pektoris
19.54
No comments
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
...............................................................................................i
DAFTAR
ISI
.............................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
......................................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah
.................................................................................................
2
C. Tujuan
....................................................................................................................3
BAB
II TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi
Fisiologi
..................................................................................................
4
B. Pengertian
Angina Pektoris ...................................................................................
7
C. Etiologi
..................................................................................................................
8
D. Patofisiologi
...........................................................................................................
9
E. Manifestasi
Klinis .................................................................................................
12
F. Komplikasi
............................................................................................................
12
G. Pemeriksaan
Diagnostik
........................................................................................
13
H. Penatalaksanaan
....................................................................................................
14
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
.............................................................................................................
15
B. Diagnosa
Keperawatan
..........................................................................................
17
C. Perencanaan
...........................................................................................................
18
D. Implementasi
.........................................................................................................
28
E. Evaluasi
.................................................................................................................
30
BAB
IV PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................................................
31
B. Saran
......................................................................................................................
31
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jantung adalah pompa sederhana namun terpercaya. Ia
memompa darah ke seluruh tubuh di sepanjang saluran berbentuk pipa yang disebut
pembuluh darah. Darah adalah cairan merah yang membawa sari makanan dan oksigen
yang vital ke setiap sel tubuh yang jumlahnya milyaran dan membuang kotorannya.
Tanpa pasokan dan pembuangan kotoran setiap menitnya ini, semua sel-sel dan
tubuh akan mati. Itulah sebbanya mengapa jantung harus terus memompa tanpa
henti. Darah juga berperanan penting dalam menyembuhkan luka dan mencegah
penyakit. Jika kulit kita teriris dan berdarah, secara automatis darah akan
menutup luka terbuka itu untuk menghentikan aliran darah. Dan ketika darah
beredar dalam tubuh,sel-sel khusus dalam darah berjaga-jaga terhadap dan
menghadapi bakteri virus, dan kuman lain yang bisa membuat kita sakit.
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan kelompok
penyakit jantung yang terutama disebabkan penyempitan arteri koronaria akibat
proses aterosklorosis atau spasme koroner. Secara statistik, angka kejadian
penyakit jantung koroner di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di
negara berkembang maupun di negara maju. Di Eropa 40.000 dari 1 juta orang juga
menderita penyakit jantung koroner. Di indonesia penyebab kematian mulai
bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular. Secara keseluruhan,
jumlah kematian akibat PJK di seluruh dunia adalah sekitar 15juta per tahun
atau 30% dari seluruh kematian dengan berbagai sebab. Manifestasi klinik PJK
yang klasik adalah Angina Pektoris. Walaupun telah banyak kemajuan dalam
penatalaksanaanya , penyakit jantung koroner (PJK) sampai saat ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup penting. Di negara-negara
maju dan beberapa negara berkembang seperti indonesia, PJK merupakan penyebab
kematian utama. Di amerika serikat didaptkan bahwa kurang lebih 50% dari
penderita PJK. mempunyai manifestasi awal angina pektoris stabil (APS). Jumlah
pasti penderita angina pektoris ini sulit diketahui. Dilaporkan bahwa insiden
angina pektoris pertahun pada penderita diatas usia 30 tahun sebesar 213
penderita per 100.000 penduduk. Asosiasi jantung amerika memperkirakan ada
6.200.000 penderita APS ini di amerika serikat. Tapi data ini nampaknya sangat
kecil bila dibandingkan dengan laporan dari dua studi besar dari Olmsted
Country dan Framingham, yang mendapatkan bahwa kejadian infark miokard akut
sebesar 3% sampai 3,5% dari penderita APS pertahun, atau kurang lebih 30
penderita. APS untuk setiap penderita infark miokard akut.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi angina
pektoris ?
2.
Apa etiologi dan klasifikasi
angina pektoris ?
3.
Bagaimana patofisiologi
dan komplikasi angina pektoris ?
4.
Bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien dengan angina pektoris ?
C. Tujuan penulisan
a.
Tujuan umum
1.
Menjelaskan definisi
angina pektoris
2.
Menjelaskan etiologi
dan klasifikasi angina pektoris
3.
Menjelaskan patofisiologi
angina pektoris
4.
Menjelaskan asuhan
keperawatan pada pasien angina pektoris
b.
Tujuan khusus
1.
Pembaca dapat
memahami definisi, etiologi, klasifikasi serta patofisiologi angina pektoris
2.
Pembaca khususnya
mahasiswa ilmu keperawatan dapat memahami asuhan keperawatan terhadap pasien
angina pektoris
3.
Perawat dapat
menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan angina pektoris
D. Sistematika penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
a.
Bab I : Berisi Latar Belakang, Rumusan
Masalah, dan Tujuan Penulisan
b.
Bab II : Berisi Konsep Dasar, Patofisiologi, Faktor
resiko, Penatalaksanaa
c.
Bab III : Berisi Proses Keperawatan
d.
Bab IV : Berisi Kesimpulan dan Saran
e.
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
ANATOMI FISIOLOGI
Jantung adalah organ otot yang berongga yang berbentuk
kerucut. Jangan terletak dirongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara
sternum (tulang dada) disebelum anterior dan vertebra (tulang punggung)
disebelah posterior. Jantung memiliki pangkal yang lebar disebelah atas dan
meruncing membentuk ujung yang disebut apeks didasar. Siklus jantung terdiri
dari periode sistole dan diastole (relaksasi dan mengisian jantung). Atrium dan
ventrikel mengalami siklus sistole dan diastole yang terpisah. Kontraksi
terjadi akibat penyebaran eksitasi keseluruh jantung. Sedangkan relaksasi
timbul setelah repolarisasi otot jantung. Selama diastol ventrikel dini, atrium
juga masih berada dalam keadaan distol. Karena aliran darah masuk secara
kontinu dari sistem vena ke dalam atrium, tekanan atrium melebihi tekanan
ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena perbedaan tekanan ini
katup AV terbuka, dan darah mengalir langsung ke dalam atrium ke ventrikel
selama diastol ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel meningkat. Sedangkan
sebelum berkontraksi. Pada akhir diastol ventrikel, nodus SA mencapai ambang
dan membentuk pontensial. Impuls menyebar keseluruh atrium. Depolarisasi atrium
menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih banyak darah ke dalam
ventrikel , sehingga menjadi peningkatan. Kurva tekanan atrium. Peningkatan
tekanan ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan dan peningkatan atrium
disebabkan oleh penambahan volume darah ke ventrikel oleh kontraksi atrium.
Selam kontraksi atrium, tekanan atrium sedikit lebih tinggi daripada tekanan
ventrikel.
Dua
Sirkulasi Sistem Kardiovaskular :
Sisi
kiri jantung memompa darah ke seluruh sel tubuh kecuali sel-sel yang berperan
dalam pertukaran gas di paru.Ini disebut sirkulasi sistemik.Sisi kanan jantung
meompa darah ke paru untuk mendapat oksigen.Ini disebut sirkulasi paru
(pulmoner).
1.
Sirkulasi Sistemik
Darah
masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Darah di atrium kiri mengalir ke dalam
ventrikel kiri melalui katup atrioventrikel (AV), yang terletak di sambungan
atrium dan vertikel.Katup ini sebut katup mitralis.Semua katup jantung membuka
ketika tekanan dalam ruang janung atau pembuluh yang berada di atasnya melebihi
tekanan di dalam ruang atau pembuluh yang ada di bawah.Aliran keluar darah dari
vertikel kiri adalah menuju ke sebuah arteri besar berotot, yang disebut
aorta.Darah mengalir dari vertikel kiri ke aorta melalui katup aorta.Darah di
aorta disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik, melalui arteri, arteriol, dan
kapiler, yang kemudian menyatu kembali untuk membentuk vena-vena.Vena kava
inferior.Vena dari bagian atas tubuh mengambalikan darah ke vena kava
superior.Kedua vena kava bermuara di atrium kanan.
2. Sirkulasi
Paru
Darah di atrium kanan
mengalir ke vertikel kanan melalui katup AV lainya, yang disebut katup
semilunaris (atau trikuspidalis).Darah keluar dari vertikel kanan dan mengalir
melewati katup keempat, katup pulmonaris, ke dalam arteri pulmonaris.Arteri
pulmonaris bercabang-cabang menjadi arteri pulmonaris kanan dan kiri yang
masing-masing mengalir ke paru kanan dan kiri.Di paru, arteri-arteri pulmonaris
bercabang-cabang berkali-kali menjadi arteriol dan kemudian kapiler.Setiap
kapiler memberi perfusi kepada satuan pernapasan, melalui sebuah alveolus.Semua
kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena.Vena-vena
menyatu untuk membentuk vena pulmonaris yang besar.
B.
Fisiologi Jantung
Secara
fisiologis, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya
dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Kerja jantung melalui mekanisme
berulang dan terus menerus yang juga dikenal sebagai siklus jantung sehingga
secara visual melihat atau di kenal sebagai denyut jantung. Melalui mekanisme
berselang, jantung berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan bersantai
untuk mengisi dengan darah. Dengan kata lain apabila fungsi jantung mengalami
gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainnya terutama
ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang
memompa darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi
kelangsungan hidup. Aktivits listrik jantung terjadi akibat ion bermuatan
seperti natrium, kalium dan kalsium bergerak menembus membran sel. Perbedaan
muatan listrik yang tercatat dalam sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan
potensial aksi jantung. Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam
keadaan terpolarisasi, artinya terdapat perbedaan muatan listrik antara bagian
dalam membran yang bermuatan negatif dan bagian luar yang bermuatan positif.
C.
Pengertian Angina Pektoris
Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang
ditandai dengan episode atau paroksima nyeri atau perasaan tertekan di dada
depan. Penyebabnya diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan
suplai oksigen ke jantung tidak adekuat, atau dengan kata lain, suplai
kebutuhan oksigen jantung meningkat. Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit
jantung aterosklerotik dan hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri
koroner utama. (Brunner & Sudarth)
Angina pektoris merupakan sindrom klinis yang biasanya
memiliki karakteristik dengan adanya nyeri atau perasaan, tertekan pada dada.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh penurunan aliran darah koroner. Hal
tersebut membuat suplai oksigen tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan otot
jantung sebagai respons terhadap aktivitas fisik atau psiksis. Keparahan atau berat
ringannya angina dipengaruhi oleh aktivitas pemicu dampaknya terhadap aktivitas
harian. ( Dr. Lyndon S )
Angina pektoris adalah nyeri hebat yang berasal dari
jantung dan terjadi sebagai respons terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat
ke sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung,
ke rahang, atau ke daerah abdomen. Pada saat beban kerja suatu jaringan
meningkat, kebutuhan oksigennya juga meningkat. Apabila kebutuhan oksigen
meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan
mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke ototo jantung. Akan tetapi,
apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis
dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen, dan kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan
sel-sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi
kebutuhan energinya. ( Elizabeth J. Corwin )
D.
Klasifikasi ( Brunner
& Suddarth )
1.
Angina Non
stabil ( Angina Prainfark , Angina
Kresendo)
Frekuensi,
intensitas, dan durasi serangan angina meningkat secara progresif
2.
Angina Stabil
Kronis
Dapat
diramal, konsisten, terjadi saat latihan dan hilang dengan istirahat
3.
Angina Nokturnal
Nyeriterjadi
saat malam hari, biasanya saat tidur, dapat dikurangi dengan duduk tegak.
Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
4.
Angina Prinzmental
Nyeri
angina yang bersifat spontan disertai elevasi segmen-ST pada EKG. Diduga
disebabkan oleh spasme arteri koroner, berhubungan dengan risiko tinggi
terjadinya infark.
E.
Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit angina pektoris menurut
NANDA-1 2015-2017
Angina pektoris dapat disebabkan oleh banyak hal antara
lain gangguan arteri koroner, insufisiensi aorta, dan anemia berat.
a.
Penyakit arteri
koroner
Penyakit
arteri koroner yang dapat memicu angina pektoirs diantaranya arterosklorosis
dan spasme arteri koroner. Aterosklerosis membuat dinding arteri mengalami
penyempitan sehingga mengganggu suplai darah ke area tersebut dalam hal ini
jantung. Selain itu aterosklerosis menyebabkan kekakuan pada dinding pembuluh
darah sehingga meningkatkan resistensi pembuluh darah. Peningkatan resistensi
pembuluh darah menyebabkan aliran darah menjadi berkurang dan memicu angina
pektoris.
b.
Insufisiensi Aorta
Insufisiensi
aorta adalah kondisi ketika katup aorta tidak menutup secara efisien sehingga
memungkinkan darah bocor kembali ke ruang jantung ventrikel kiri. Hal ini
menyebabkan penurunan volume sekuncup dan curah jantung. Penurunan curah
jantung ini dapat menurunkan aliran darah ke arteri koroner sehingga memicu
terjadinya angina.
c.
Anemia Berat
Anemia
merupakan kondisi ketika kandungan Hb seseorang dibawah kadar normal. Fungsi
dari Hb sendiri adalah sebagai pengangkut oksigen yng terdapat pada sel darah
merah. Semakin sedikit kadar Hb, maka semakin sedikit oksigen oksigen yang
dapat diangkut. Kondisi ini merupakan salah satu pemicu iskemia pada berbagai
jaringan dan organ tubuh manusia, termasuk dalam hal ini jantung. Saat terjadi
peningkatan aktivitas jantung, sedangkan darah tidak mampu memberikan oksigen
yang adekuat, angina pektoris dapat terjadi.
F.
Patofisiologi
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada
ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena
kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis
koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab aterosklerosis, namun
jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakir arteri koroner yang paling
sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka
kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada
jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak
darah dan oksigen ke otot jantung.Namun apabila arteri koroner mengalami
kekauan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium. Berkurangnya kadar oksigen
memaksa miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerobik menjadi
metabolisme yang anaerobik. Metabolisme anaerobik dengan perantaraan lintasan
glikolitik jauh lebih tdak efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme
aerobik melalui fosforilasi oksidatif dan siklus Kreb.Pembentukan fosfat
berenergi tinggi mengalami penurunan yang cukup besar. Hasil akhir metabolisme
anaerobik ini, yaitu asam laktat, akan tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan
menimbulkan nyeri.Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah energi yang
tersedia serta asidosis menyebabkan gangguan fungsi ventrikel kiri.Kekuatan
kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang; serabut-serabutnya
memendek sehingga kekuatan dan kecepatannya berkurng. Selain itu, gerakan
dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal; bagian tersebut akan
menonjol keluar setiap kali ventrikel berkontraksi.Berkurangya daya kontraksi
dan gangguan gerakan jantung mengubah hemodinamika.Respon hemodinamika dapat
berubah-ubah, sesuai dengan ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat
respon refleks kompensasi oleh system saraf otonom.Berkurangnya fungsi
ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan mengurangi volume sekuncup
(jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).
Angina
pectoris adalah rasa sakit dada yang berkaitan dengan iskemia
miokardium.Mekanismenya yang tepat bagaimana iskemi menimbulkan rasa sakit
masih belum jelas.Agaknya reseptor saraf rasa sakit terangsang oleh metabolik
yang tertimbun atau oleh suatu zat kimia antara yang belum diketahui atau oleh
sters mekanik lokal akibat kontraksi miokardium yang abnormal.Jadi secara khas
rasa sakit digambarkan sebgai suatu tekanan substernal, kadang-kadang menyebar
turun kesisi medial lengan kiri.Tetapi banyak pasien tak pernah mengalami
angina yang pas; rasa sakit angina dapat menyerupai rasa sakit karena
maldigesti atau sakit gigi. Pada dasarnya angina dipercepat oleh aktivitas yang
meningkatkan miokardium akan oksigen, seperti latihan fisik. Sedangkan angina
akan hilang dalam beberapa menit dengan istirahat atau nitrogliserin.
A.
Manifestasi klinis
Iskemia otot jantung akan menyebabkan nyeri dengan
derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan pada dada atas sampai nyeri
hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan menjelang ajal. Nyeri
sangat terasa pada dada di daerah belakang sternum ketiga tengah (restornal).
Meskipun rasa nyeri biasanya terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar
ke leher, dagu, bahu, dan aspek dalam ekstremitas atas. Pasien biasanya
memperlihatkan rasa sesak, tercekik dengan kualitas yang terus menerus. Rasa
lemah atau baal di lengan atas, pergelangan tangan dan tangan akan menyertai
rasa nyeri. Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin merasa akan segera
meninggal. Karaterikstik utama nyeri angina adalah nyeri tersebut akan
berkurang apabila faktor presipitasinya dihilangkan. (Brunner&Suddarth)
B.
Komplikasi
Komplikasi
yang dapat terjadi pada Angina Pectoris, yaitu :
1.
Infraksi miokardium yang akut
2.
Takikardia dan
fibrilasi ventrikel
3.
Kematian jantung secara tiba-tiba
4.
Menurunnya nadi perifer
5.
Gangguan kontraktilitas
6.
Abnormalitas sirkulasi
7.
Disritmia ventrikuler berat
8.
Dekompensasi jantung atau komplikasi
paru dan dispnea
C.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Elektrokardografi (EKG)
Pemeriksaan EKG
sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi risiko pasien angina
takstabil.Adanya depresi segemen ST yang baru menunjukan kemungkinan adanya
iskemia akut.Gelombang T negatif juga salah satu tanda iskemia atau NSTEMI.
Perubahan gelombang ST dan T yang nonspesifik seperti depresi segmen ST kurang
dari 0,5mm dan gelombang T negatif kurang dari 2 mm. Tidak spesfik untuk
iskemia dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada angina tak stabil 4%
mempunyai EKG normal, dan pada NSTEMI 1-6% EKG juga normal.
b.
Uji Latih
Pasien yang
telah stabil dengan terapi medikamentosa dan menunjukan tanda resiko tinggi
perlu pemeriksaan exercise test dengan alat treadmill. Bila hasilnya negatif
maka pronosis baik. Sedangkan bila hasilnya positif, lebih-lebih bila
didapatkan depresi segemen ST yang dalam, dianjurkan untuk dilakukan
pemeriksaan angiografi koroner, untuk menilai keadaan pembuluh koronernya
apakah perlu tindakan revaskularisasi (PCT atau CABG) karena risiko terjadinya
komplikasi kardiovaskuler dalam waktu mendatang cukup besar.
c. Ekokardiografi
Pemeriksaan
ekokardiografi tidak memberikan data untuk diagnosis angina tak stabil secara
langsung.Tetapi bula tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, adanya insufisiensi
mitral abnormalitas gerakan dinding regional jantung, menandakan prognosis
kurang baik. Ekokardiografi stress juga dapat membantu menegakkan adanya
kenaikan miokardium.
d. Pemeriksaan
laboraturium
Pemeriksaan
troponin T atau I dan pemeriksaan CK-MB telah diterima sebagai petanda paling
penting dalam diagnosis SKA.Menurut Eouropean siciety of cardiology (ESC) dan
acc dianggap ada mionekrosis bila tropin T atau I positif sampai 2
minggu.Risiko kematian bertambah dengan tingkat kenaikkan troponin.
D.
Penatalaksanaan
Tujuan
penalaksanaan medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung
dan untuk meningkatkan supply oksigen. Secara medis tujuan dicapai melalui
terapi formakologi dan control terhadap factor risiko. Secara bedah tujuan ini
dicapai melalui revaskularisasi supply darah jantung melalui bedah pintas artri
koroner atau angioplesti koroner transluminal perkutan, (PTCA = percutaneus
transluminal coronaryangioplasty) biasanya diterapkan kombinasi antara terapi
medis dan pembedahan. ( Brunner& Suddarth )
Dua
teknik utama yang menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup penggunaan alat
intiakoroner untuk meningkatkan aliran darah.
a. Penggunaan
laser untuk menguapkan plak dan enderterektomi koroner perkutan untuk
mengangkat obstruksi.
b. Melalui
bedah pintas koroner dan PTCA ( Brunner & Suddarth)
Prinsip
penatalaksanaan symptom dan frekuensi sertaberedarnya iskemia dengan demikian
meningkatkan kualitas hidup.Prinsip
penatalaksanaan angina pectoris adalahmeningkatkan pemberian oksigen (dengan
meningkatkan aliran darah koroner) dan menurunkan kebutuhan oksigen (dengan
mengurangi kerja jantung).
Terapi farmakologis untuk
anti angina dan anti iskemia : ( Brunner & Suddarth)
a. Penyekat
Beta
Obat
ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung,
kontraktilitas, tekanan di arteri dan pegangan pada dinding ventrikel kiri.efek
samping biasanya muncul brodikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat
penyekat beta antara lain, atenolol, metoprolol, propanal. (brunner dan sudd
b. Nitrogliserin
Adalah
bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan baik vena maupun arteria sehingga
mempengaruhi system sirkulasi perifer dengan peleboran vena terjadi pengumpulan
darah dari seluruh tubuh nitroyl : sering biasanya diletakan dibawah lidah
(sublingual) atau pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia
dalam 3 menit. Penyekat atau antagonis kalsium memiliki sifat yang sangat
berpengaruh pada kebutuhan dan supply oksigen jantung, jadi berguna untuk
mengenai angina, secara fisiologis, ion kalsium berperan ditingkatkan sel,
mempengaruhi kontraksi semua jaringan otot dan berperan dalam stimulasi listrik
pada jantung.( Brunner& Suddarth)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian (Doengos, Marilynn E)
1.
Pengkajian Data
Dasar
a.
Aktivitas /
istirahat
Gejala : Pola hidup monoton, Kelelahan, perasaan tidak
berdaya setelah latihan, nyeri dada bila kerja, Menjadi terbangun bila nyeri
dada.
Tanda : Dispnea saat kerja
b.
Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung, Hipertensi,
kegemukan
Tanda:Takikardia, disritmia, Tekanan darah normal,
meningkat, atau menurun, Bunyi jantung mungkin normal ; S4 lambat atau murmur
sistolik transien lambat ( disfungsi otot papilaris) mungkin saat nyeri, Kulit
membran mukosa lembab,dingin atau pucat pada adanya vasokontriksi.
c.
Makanan / cairan
Gejala : Mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat
makan, Diet tinggi kolestrol, garam, kafein, minuman keras.
Tanda : Ikat pinggang sesak, distensi gaster
d.
Integritas Ego
Gejala : Stressor kerja, keluarga, lain-lain
Tanda : Ketakutan , mudah marah.
e.
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada subternal, anterior yang menyebar ke
rahang,leher, bahu, dan ektremitas atas, Kualitas macam; ringan sampai sedang,
tekanan berat, tertekan, terjepit, terbakar, Durasi; biasanya kurang dari 15
menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit, Faktor penetus ; nyeri sehubungan
dengan kerja fisik atau emosi besar, seperti marah atau hasrat seksual,
olahraga pada suhu ekstrem, atau mungkin tak dapat diperkirakan dan/atau
terjadi selama istirahat, Faktor penghilang; nyeri mungkin responsif terhadap
mekanisme penghilang tertentu, contoh : istirahat, obat antiangina, Nyeri dada
baru atau terus menerus yang telah berubah frekuensi, durasinya, karakter atau
dapat diperkirakan, contoh : tidak stabil, bervariasi, prinzmental.
Tanda : Wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan
pada midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot, gelisah, Respons otomatis
contoh : Takikardi, perubahan TD.
f.
Pernafasan
Gejala : Dispnea saat kerja
Tanda : meningkat pada frekuensi/irama dan gangguan
kedalaman.
g.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga sakit jantung,
hipertensi, stroke, diabetes. Penggunaan/kesalahan penggunaan obat jantung,
hipertensi atau obat yang dijual bebas, Penggunaan alkohol teratur, obat narkotik,
contoh : kokain, amfetamin, Rencana pemulangan : perubahan pada penggunaan/
terapi obat, Bantuan/pemeliharaan tugas dengan perawat dirumah, Perubahan pada
susunan fisik rumah.
2.
Pemeriksaan
Diagnostik ( Brunner & Suddarth)
a.
Pemeriksaan Fisik :
1.
Inspeksi
a)
Menekan daerah yang
sakit
b)
Wajah menyeringai
2.
Auskultasi : Bising
sistolik selama nyeri
b.
Pemeriksaan
penunjang
1.
ECG :
a)
Pasien tenang hasil
ECG normal
b)
Saat serangan ST
segmen elevasi
c)
Depresi ST tanpa
nyeri menunjukkan ischemic
2.
Thorax foto :
Biasanya normal
3.
Laboratorium :
a)
Kolestrol meningkat
b)
PCO2 meningkat
c)
LDH, CPK meningkat
4.
Pacu stress
takikardi atrial: perubahan segmen ST
5.
Pencitraan nuklir :
thalium 201 : tampak area ischemic sebagai area pengambilan thalium yang
menurun
6.
Multigated imaging
: mengevaluasi penampilan ventrikel
7.
Injeksi ergonovine
: pasien yang mengalami angina saat istirahat menunjukkan hiperspastik pembuluh
koroner.
B.
Diagnosa Keperawatan (Doengos, Marilynn E)
Berdasarkan dari data pengkajian, diagnosis keperawatan
untuk klien ini adalah :
a.
Nyeri akut
berhubungan dengan laporan nyeri dengan berbagai frekuensi, durasi, dan
intensitas
b.
Curah jantung
menurun berhubungan dengan perubahan inotropik
c.
Ansietas
berhubungan dengan krisis situasi
d.
Kurang pengetahuan
mengenai kondisi kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan.
A.
Perencanaan
a.
Diagnosa
keperawatan nyeri yang berhubungan dengan berbagai frekuensi, durasi, dan
intensitas nyeri.
Tujuan
:Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien teratasi
Kriteria hasil : Menyatakan atau menunjukkan nyeri
hilang. Melaporkan episode angina menurun dalam frekuensi, durasi, dan
beratnya.
Tindakan / intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Anjurkan pasien
untuk memberitahu perawat dengan cepat
bila terjadi nyeri dada.
Kaji dan catat
respons pasien/ efek obat.
Identifikasi
terjadinya pencetus, bila ada : frekuensi, durasinya, intensitas, dan lokasi
nyeri.
Observasi gejala
yang berhubungan, contoh dispnea, mual/ muntah, pusing, palpitasi, keinginan
berkemih.
Evaluasi laporan
nyeri pada rahang leher, bahu, tangan, atau lengan ( khususnya pada sisi kiri
).
Letakan pasien
pada istirahat total selama episode angina.
Tinggikan kepala
tempat tidur bila pasien napas pendek
Pantau kecepatan
/ irama jantung.
Pantau tanda
vital tiap 5 menit selama serangan angina
Tinggal dengan
pasien yang mengalami nyeri atau tampak cemas.
Pertahankan
tenang, lingkungan nyaman, batasi pengujung bila perlu.
Berikan makanan
lembut. Biarkan pasien istirahat selama I jam setelah makan.
Kolaborasi
Berikan
antiangina sesuai indikasi :
Nitrogliresin :
sublingual (nitrost, bukal atau tablet oral, sprei sublingual)
Lanjutkan tablet,
kaplet, salep transmukosal, tablet kunyah (kerja panjang) contoh Nitro-Dur,
Transdern Nitro, (isosorbid, Sorbitrate).
Penyekat beta,
contoh atenolol (Tenormin); nadolol (corgard); metroprol (Lopressor),
propanolol (Inderal) Analgesik, contoh asetaminofen (Tylenol).
Morfin sulfat
Pantau perubahan
seri EKG
|
Nyeri dan
penuruan curaah jantung dapat merangsang sistem saraf simpatis untuk
mengeluarkan sejumlah besar norepinefrin, yang meningkatkan agresi trombosit
dan mengeluarkan tromboxane A2. Ini vasokontraktor proses yang menyebabkan
spasme arteri koroner yang dapat mencetus, mengkomplikasikan dan / atau
memperlama serangan angina memanjang. Nyeri tak bisa ditahan menyebabkan
respons vasogonal, menurunkan TD dan frekuensi jantung.
Memberikan
informasi tentang kemajuan penyakit. Atau dalam evaluasi keefektifan
intervensi dan dapat menunjukan kebutuhan perubahan program pengobatan.
Membantu
membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi
angina tdak stabil ( angina stabil biasanya berakhir 3-5 menit sementara
angina tidak stabil lebih lama dan
dapat berakhir lebih dari 45 menit ).
Penurunan curah
jantung ( yang terjadi selama episode iskemia miokard ) merangsang sistem
saraf simpati / parasimpatis, menyebabkan berbagai rasa sakit/ sensasi dimana
pasien tidak dapat mengidentifikasi apakah berhubungan dengan episode angina.
Nyeri jantung
dapat menyebar, contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi oleh
tingkat saraf spinal yang sama.
Menurunkan
kebutuhan oksigen miokard untuk meminimalkan risiko cedera jaringan/
nekrosis.
Memudahkan
pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang
Pasien angina
tidak stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup ssecara
akut, yang terjadi pada respons terhadap iskemia dan/ atau stres.
TD dapat
meningkat secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun
bila curah jantung dipengaruhi, takikardi juga terjadi pada respons terhadap
rangsangan simpatis dan dapat berlanjut sebagai kompensasi bila curah jantung
turun.
Cemas
mengeluarkan katekolamin yang meningkatkan kerja miokard dan dapat memanjangkan
nyeri iskemi. Adanya perawat dapat menunjukan rasa takut dan
ketidakberdayaan.
Stress mental/
emosi meningkatkan kerja miokard
Menurunkan kerja
miokard sehubungan dengan kerja pencernaan, menurunkan risiko serangan angina
Nitrogliserin
mempunyai standar untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina selama lebih
dari 100 tahun. Kini masih digunakan terapi antiangina cornerstone. Efek cepat vasodilator berakhir 10-30 menit dan
dapat digunakan secara profilaksis untuk mencegah serangan angina. Contoh :
dapat meningkatkan angina vasospastik.
Menurunkan
frekuensi dan beratnya serangan dengan menghasilkan vasodilatasi
panjang/kontinu. Dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, sakit kepala karena
sinar, gejala yang biasanya cepat hilang. Bila sakit kepala tidak dapat
ditolerasi ubah dosis atau hentikan obat bila perlu.
Menurunkan angina
dengan menurunkan kerja jantung (rujuk pada DK: Curah Jantung, menurun
dibawah ini) biasanya analgesik ampuh untuk menghilangkan sakit kepala yang
disebabkan oleh dilatasi pembuluh serebral pada respons terhadap nitrat.
Analgesik
narkotok poten yang telah banyak memberikan efek menguntungkan, contoh
menyebabkan vasodilatasi perifer dan menurunkan kerja miokard; mempunyai efek
sedatif untuk menghasilkan relaksasi; menghentikan aliran katekolamin
vasokonstriksi dan selanjutkan efektif menghilangkan nyeri dada berat. MS
dierikan IV untuk kerja cepat dan karena penurunan curah jantung mempengaruhi
absorpsi jaringan perifer.
Iskeima selama
serangan angina dapat menyebabkan depresi segmen ST atau peninggian dan
inversi gelombang T. Seri gambaran perubahan iskemia yang hilang bila pasien
bebas nyeri dan juga dasar yang membandingkan pola perubahan selanjutnya.
|
a.
Diagnosa
keperawatan Curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan inotropik.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan
curah jantung
Kriteria hasil
: melaporkan penurunan episode dispena, angina dan disritmia menunjukkan
peningkatan toleransi aktivitas. Berpartisipasi pada perilaku atau aktivitas
yang menurunkan kerja jantung.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Pantau tanda
vital, conth frekuensi jantung, disorientasi.
Evaluasi status
mental, catat terjadinya bingung, disorientasi.
Catat warna kulit
dan adanya/ kualitas nadi
Auskultasi bunyi
napas jantung. Dengarkan mur-mur.
Mempertahankan
tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut.
Berikan periode
istirahat adekuat. Bantu dalam/ melakukan aktivitas perawatan diri, sesuai
indikasi.
Tekankan
pentingnya mebhindari regangan/ angkat berat, khususnya selama defekasi.
Dorong pelaporan
cepat adanya nyeri untuk upaya pengobatan sesuai indikasi.
Pantau dan catat
efek/ kerugian respons obat, catat TD, frekuensi jantung dan irama (
khususnya bila memberikan kimbinasi antagonis kalsium, beta bloker, dan
nitras ).
Kaji tanda-tanda
dan gejala GJK
Memberikan
oksigen tambahan sesuai kebutuhan
|
Takikardi dapat
terjadi karena nyeri, cemas, hipoksemia dan menurunnya curah jantung
perubahan juga dapat terjadi pada TD ( hipertensi atau hipotensi ) karena
respons jantung.
Menurunkan
perfusi otak dapat menghasilkan perubahan sensorium.
Sirkulasi perifer
menurun bila curah jantung turun. Membuat kulit pucat atau warna abu-abu (
tergantung tingkat hipoksia ) dan menurunnya kekuatan nadi perifer.
S3, S4 atau
terjadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat ( khususnya penyakit
beta ). Terjadinya murmur dapat menunjukan katup karena nyeri dada, contoh
stenosis aorta, stenosis mitral, atau ruptur otot papilar.
Menurunya
konsumsi oksigen/ kebutuhan menurunkan kerja miokard dan resiko dekompensasi.
Penghematan
energi, menurunkan kerja jantung.
Manuver valsava
menyebabkan rangsang vagal, menurunkan frekuensi jantung yang diikuti oleh
takikardi, keduanya mungkin mengganggu curah jantung.
Intervensi sesuai
waktu menurunkan konsumsi oksigen dan kerja jantung dan mencegah/
meminimalkan komplikasi jantung.
Efek yang
diinginkan untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan
stress ventikuler. Obat dengan kandungan inotropik negatif dapat menurunkan
perfusi terhadap iskemik miokardium.
Angina hanya
gejala patologis yaang disebabkan oleh iskemia miokard. Penyakit yang
mempengaruhi fungsi jantung menjadi dekompensasi.
Meningkatnya
sediaaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk memperbaiki kontraktilitas,
menurunkan iskemia dan kadar asam laktat.
|
b.
Diagnosa
keperawatan Ansietas berhubungan dengan krisis situasi
Tujuan
: Setelah diberikan tindakan
keperawatan diharapkan ansietas klien turun sampai tingkat yang dapat diatasi
Kriteria hasil : Melaporkan ansietas menurun
sampai tingkat yang dapat di atasi. Menyatakan masalah tentang efek penyakit
pada pola hidup, posisi dalam keluarga dan masyarakat. Menunjukkan strategi
koping efektif atau keterampilan pemecahan masalah.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Jelaskan tujuan tes dan prosedur, contoh tes stress.
Tingkatan ekspresi perasaan daan akut, contoh menolak,
depresi dan marah. Biarkan pasien/ orang terdekat mengetahui ini sebagai
reaksi normal.
Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien
seperti sebelumnya.
Beritahu pasien program medis yaang telah dibuat untuk
menurunkan/ membatasi serangan akan datang dan meningkatkan stabilitas
jantung
|
Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan
prognosis.
Perasaan tidak dieksspresikan dapat menimbulkan
kekacauan internal dan efek gambaran diri pernyataan masalah menurunkan
tegangan, mengklarifikasi tingkat koping, dan memudahkan pemahaman perasaan.
Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja
tidak berubah.
Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai
secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat.
|
c.
Diagnosa
keperawatan Kurang pengetahuan mengenai kondisi kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemajanan.
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan klien bertambah
Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam proses
belajar. Mengasumsi tanggung jawab untuk belajar, mencari informasi dan
menanyakan pertanyaan. Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan
pengobatan. Berpartisipasi dalam program pengobatan. Melakukan perubahan pola
hidup.
Tindakan / Intervensi
|
Rasional
|
Kaji ulang
patofisiologi kondisi. Tekankan perlunya mencegah serangan angina.
Dorong untuk
menghindari factor/situasi yang sebagai pencetus episode angina, contoh
stress emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpanjan pada
suhu lingkungan ekstrem.
Kaji pentingnya
control berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet, dan olah raga.
Dorong pasien
untuk mengikuti program yang ditentukan; pencegahan untuk menghindari
kelelahan.
Diskusikan dampak
penyakit sesuai pola hidupyang
diinginkan dan aktivitas, termasuk kerja, menyetir, aktivitas seksual, dan
hobi. Memberikan informasi, privasi, atau konsultasi sesuai indikasi.
Tunjukkan/dorong
pasien untuk mematau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas
sederhana, hindari regangan.
Diskusikan
langkah yang diambil bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan
aktivitas, pemberian obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi.
Kaji ulang obat
yang diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan angina.
Tekankan
pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual
bebas.
Diskusikan ASA
sesuai indikasi.
Kaji ulang gejala
yang dilaporkan pada dokter, contoh peningkatan frekuensi/lamanya serangan,
perubahan respons pada obat.
Diskusikan
pentingnya mengikuti perjanjian
|
Pasien dengan angina membutuhkan belajar mengapa hal
itu terjadi, dan apakah dapat dikontrol, ini adalah focus manajemen
terapeutik supaya menurunkan infark miokard.
Langkah penting pembatasan/mencegah serangan angina
Pengetahuan factor risiko penting memberikan pasien
kesempatan untuk membuat perubahan kebutuhan.
Takut terhadap pencetus serangan dapat menyebabkan
pasien menghindari partisipasi pada aktivitas yang telah dibuat untuk
meningkatkan perbaikan (meningkatkan kekuatan miokard dan membentuk sirkulasi
kolateral
Pasien enggan melakukan atau melanjutkan aktivitas
biasanya karena takut serangan angina/kematian. Pasien harus menggunakan
nitrogliserin secara profilaktik sebelum beraktivitas yang diketahui sebagai
pencetus angina.
Memberikan pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
dapat dimodifikasi untuk menghindari stres
jantung dan tetap dibawah ambang angina.
Menyiapkan pasien pada kejadian untuk menghilangkan takut
yang mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan.
Angina adalah kondisi rumit yang sering memerlukan
penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja jantung, memperbaiki sirkulasi
coroner, dan mengontrol terjadinya serangan.
Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan.
Mungkin diberikan secara profilaksis harian untuk
menurunkan agregasi trobosit dan memperbaiki sirkulasi koroner.
Pengetahuan tentang apa yang akan terjadi dapat
menghindari masalah yang tak perlu terjadi untuk alasan yang tidak penting
atau menunda tindakan terhadap gejala penting.
Angina adalah gejala penyakit arteri coroner progrestif
yang harus dipantau dan memerlukan keputusan program penting obatan.
|
A.
Implementasi
menurunkan
kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan supplay oksigen. Secara medis
tujuan dicapai melalui terapi formakologi dan control terhadap factor risiko.
Secara bedah tujuan ini dicapai melalui revaskularisasi supply darah jantung
melalui bedah pintas artri koroner atau angioplesti koroner transluminal
perkutan, (PTCA = percutaneus transluminal coronaryangioplasty) biasanya
diterapkan kombinasi antara terapi medis dan pembedahan.
Terapi farmakologis untuk
anti angina dan anti iskemia : ( Brunner & Suddarth)
a. Penyekat
Beta
Obat
ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekuensi denyut jantung,
kontraktilitas, tekanan di arteri dan pegangan pada dinding ventrikel kiri.efek
samping biasanya muncul brodikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat
penyekat beta antara lain, atenolol, metoprolol, propanal. (brunner dan sudd
b. Nitrogliserin
Adalah
bahan vasoaktif yang berfungsi melebarkan baik vena maupun arteria sehingga
mempengaruhi system sirkulasi perifer dengan peleboran vena terjadi pengumpulan
darah dari seluruh tubuh nitroyl : sering biasanya diletakan dibawah lidah
(sublingual) atau pipi (kantong bukal) dan akan menghilangkan nyeri iskemia
dalam 3 menit. Penyekat atau antagonis kalsium memiliki sifat yang sangat
berpengaruh pada kebutuhan dan supply oksigen jantung, jadi berguna untuk
mengenai angina, secara fisiologis, ion kalsium berperan ditingkatkan sel,
mempengaruhi kontraksi semua jaringan otot dan berperan dalam stimulasi listrik
pada jantung.( Brunner& Suddarth)
c.
Antagonis Ion
Kalsium/penyekat kanal
Memiliki
sifat yang sangat berpengaruh pada kebutuhan dan suplai oksigen jantung, jadi
berguna untuk menangani angina. Secara fisiologis, ion kalsium berperan
ditingkat sel mempengaruhi kontraksi semua jaringan otot dan berperan dalam
stimulasi listrik pada jantung. Penyekat ion kalsium meningkatkan suplai oksigen
jantung, dengan cara melebarkan dinding otot polos arterior koroner dan
mengurangi kebutuhan jantung dengan menurunkan tekanan arteri siskemik dan
demikian juga beban kerja ventrikel kiri. Penyekat kalsium harus digunakan
dengan sangat hati-hati pada pasien gagal jantung karena obat ini akan menyekat
kalsium yang mendukung kontraktilitas. Hipotensi dapat terjadi pada pemberian
intra vena ( IV ). Efek samping lain yang bisa terjadi adalah konstipasi,
distres lambung, pusing, atau sakit kepala. Penyekat kalsium biasanya diberikan
tiap 6-12 jam. Untuk setiap individu dosis terapeutiknya berbeda.
B.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
a.
Menyatakan nyeri
berkurang atau hilang
b.
Melaporkan episode
angina menurun durasi, frekuensi dan beratnya
c.
Berpartisipasi pada
kegiatan yang menurunkan kerja jantung
d.
Melaporkan
kecemasan menurun, sampai tingkat yang dapat diatasi
e.
Menunjukkan
strategi koping efektif
f.
Menyatakan masalah
tentang efek penyakit pada pola hidup, posisi dalam masyarakat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Angina
pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksima nyeri atau perasaan tertekan di dada depan. Penyebabnya diperkirakan
berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak
adekuat, atau dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung
meningkat.Angina biasanya diakibatkan oleh penyakit jantung aterosklerotik dan
hampir selalu berhubungan dengan sumbatan arteri koroner utama. (Brunner &
Sudarth)
Pengkajian
pada penderita angina pektoris yaitu meliputi pengkajian data dasar aktivitas,
sirkulasi, makanan, integritas ego, nyeri, pernafasan, dan penyuluhan.Diagnosa
keperawatan pada penderita angina pektoris adalah nyeri akut berhubungan dengan
laporan nyeri dengan berbagai frekuensi, Curah jantung menurun berhubungan
dengan perubahan inotropik, Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, Kurang
pengetahuan mengenai kondisi kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan.
B. Saran
Perawat
harus selalu sigap dalam penanganan penyakit angina pektoris, karena akan
menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat juga harus mampu
memberikan pendidikan kesehatan non farmakologis pada keluarga dan klien yang
menderita angina pektoris antara lain, klien harus berhenti merokok karena
merokok mengakibatkan takikardia naiknya tekanan darah sehingga memaksa jantung
bekerja keras, Orang obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat badan untuk
mengurangi kerja jantung, mengurangi stress
untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh
darah, pengontrolan gula darah.
DAFTAR
PUSTAKA
David
C. Sabiston. 1994. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Dr.
Lyndon Saputra. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
Elizabeth
J. Cworwin. 2009. Patofisiologi Buku Saku. Jakarta : EGC
Harrisaon.
2000. Prinsip-prinsip Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Lynda
Juall, Carpenito. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Marlyn
E, Doengoes. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Pearce
C. Evelyn. Anatomi dan fisiologi.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Smeltzer C. Suzanne, Brunner&
Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.jakarta : EGC
Sumber internet