Rabu, 23 November 2016

Kardiomiopati

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jantung merupakan organ paling penting dalam tubuh, jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh,oleh karena itu kita harus senantiasa memperhatikan kesehatan jantung kita, selain itu penyakit jantung merupaka penyakit maut yang mematikan diseluruh dunia. Salah satunya yaitu kardiomiopati, yang akhir-akhir ini semakin meningkat freuensinya. Dibeberapa Negara, meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan Negara Eropa Timur.  Kardiomiopati merupakan penyebab kematian sampai sebesar 30%. Kardiomiopati merupakan suatu kelompok penyakit yang langsung mengenai otot jantung (miokard) yang menyebabkan otot jantung menjadi lemah.

Kardiomiopati  pada anak masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Konsekuensi jangka panjang utama miokarditis adalah terjadinya kardiomiopati dilatasi/Dilated Cardiomyopathies dengan gagal jantung. Insidensi kardiomiopati dilatasi diperkirakan 2 – 8 kasus per 100.000 anak, dengan prevalensi 36 per 100.000. Hampir separuh dari kasus kardiomiopati dilatasi pada anak disebabkan oleh miokarditis. Setiap tahun di Amerika Serikat lebih dari 750.000 kasus gagal jantung yang dilaporkan, dengan kematian 250.000, miokarditis dan kardiomiopati dilatasi merupakan penyebab 25%kasus ini. Insidensi miokarditis pada anak tidak diketahui pasti karena banyak kasus miokarditis pada anak tidak menunjukkan gejala. Gejala penyakit juga menunjukkan variasi yang luas, mulai dari gagal jantung kongestif yang timbul perlahan sampai syok kardiogenik. Selain itu, diagnosis miokarditis seringkali sulit karena gambaran klinisnya tidak jelas, dapat menyerupai gejala penyakit lain. Kardiomiopati atau lemah jantung dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera didiagnosis dan ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat timbul, di antaranya penggumpalan darah hingga terhambatnya aliran ke organ tubuh lain,katup jantung yang tidak menutup sempurna hingga berisiko menjadi penyebab aliran darah mengarah kembali ke jantung, atau gagal jantung yang dapat berujung kepada kematian mendadak. Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan sebelum kondisi kesehatan bertambah parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu pasien dengan penyakit jantung kardiomiopati yaitu perawat dapat melakukan penyuluhan mengenai bagaimana cara menghindari penyakit kardiomiopati dengan cara menjaga gaya hidup, pola makan dan lain – lain, perawat juga dapat memberitahu klien atau pasien bagaimana cara mencegah atau mengobati penyakit kardiomiopati, perawat juga dapat berperan sebagai pengobatan dengan cara melkukan tindakan pemberian obat yang telah diberi dokter untuk klien dengan penyakit kardiomiopati disini perawat dapat mengontol apakah obat yang diberikan diminum sesuai dengan instruksi yang diberi kan okter dan yang terakhir perawat berperan sebagai rehabilitative agar pengobatan ini berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan dan proses penyembuhan dapat lebih cepat. Dan disini juga kelompok memiliki alasan kenapa membahas penyakit ini. Alasan nya membahas penyakit jantung kardiomiopati yaitu tidak lain untuk mengetahui apa penyebab penyakit kardiomioapti, kenapa bisa terjadi, apa saja komplikasi nya bagaimana cara penanganan nya dan pengobatan bila penyakit ini sudah berkelanjutan. Dan apakah penyakit ini disebabkn oleh factor genetic atau bukan, ini lah alasan kelompok mengangkat masalah penyakit kardiomiopati.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi kardiomiopati?
2.      Apa etiologi dan faktor resiko kardiomiopati?
3.      Bagaimana patofisiologi kardiomiopati?
4.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kardiomiopati?

C.    Tujuan Penulisan
a.       Tujuan Umum
1.      Menjelaskan definisi kardiomiopati
2.      Menjelaskan etiologi dan faktor resiko penyakit kardiomiopati
3.      Menjelaskan patofisiologi serta gejala manifestasi klinis kardiomiopati
4.      Menjelaskan asuhan eperawatan pada pasien kardiomiopati
b.      Tujuan Khusus
1.      Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor resiko serta patifiologi   kardiomiopati
2.      Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawtan dapat memahami asuhan keperawtan terhadap pasien kardiomiopati
3.      Perawat daat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan kardiomiopati

D.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
a.       Bab I : Berisi  Latar Belakang, Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan
b.      Bab II : Berisi Konsep Dasar, Patofisiologi, Manifestasi klinis, Factor resiko, Evaluasi Diagnostik, Penatalaksanaan, Proses Keperawatan
c.      Bab III : Berisi Kesimpulan dan saran
d.      Daftar Pustaka


















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Anatomi Fisiologi

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah.Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri.Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.Jantung dibentk oleh organ-organ muskuler, Apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta vertikl kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm.berat jantung sekitar 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa priode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 darah.Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tenagah-tengah dada, berumpu pada digraphraghma thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas processus ximphoideus. Pada tepi kanan cranial berada di tepi cranialis pars cartilaginis costa IIIdextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang inter costalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea midiocelavicularus .selaput yang membungkus jantung di sebut prikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavung pericardii berisis 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium ( Menurut Suamiati, dkk)

Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan myocardium dimana lapisa ini adalah lapisan yang paling tebal.Lapisan terakhir adalah lapisan endocardium. Ada 4 ruangan dalam jantung di mana 2 dari ruang itu disebut atrium dan sisa nya ventrikel apa orang awam atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dengan bilik.Diantra atrium kanan dan ventrkel kanan nada katuk yang memisahkan keduanya yaitu katup tricuspid, sedangkan apa atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.  Jatung kiri berfungsi untuk memompa daral bersih yang kaya akan oksigen/zat keseluruh tubuh sedangkan jantung kanan berfungsi nemampung darah kotor yang rendah oksigen, kaya karbondioksida/zat atau zat asam arang, yang kemudian di alirkan ke paru-paru untuk dibersihkan. Jantung normal besar nya segenggam tangan kiri pemiliknya. Jantung berdenyut 60-80 kalipermenit, denyutan bertambah cepat pada saat aktivitas atau emosi, agar kebutuhan tubuh akan energy dan terpenuhi. Andaikan bdenyutan jantung 70 kali per menit, aka dala 1 jam jantung terdenyut 4200 kali atau 100.800 kali sehari semalam. Tiap kali berdenyut dipompakan darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah sebanyak kira-kira 7000 liter. Untuk memenuhi kebutuhan energy otot jantung, tersedia pembuluh darah/arteri koroner yang mengalirkan darah sarat nutrisi pembuluh darah ini keluar dari pangkal pembuluh darah utama/aorta, ada dua yakni arteri coroner kiri (LCA) dan arteri koroner kanan (RCA). Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah. Arteri coroner  itu lebih spesifiknya memberikan oksigen-oksigen yang terdapat di dalam ke otot-otot jantung yang terdapat di dinding jantung. Hal ini sangat perlu dipertahankan agar seseorang dapat bertahan hidup karena oksigen-oksigen ini akan digunakan untuk respirasi otot jantung agar jantung dapat terus memompa darah ke seluruh tubuh. Jika oksigen-oksigen ini tidak dapat disalurkan denagn baik ke otot –otot jantung, maka jantung akan menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah keseluruh tubuh. Hasilnya, orang tersebut akan meninggalkan karena proses-proses biologis di dalam dirinya tidak apat dilalukan karena oran-organ tubuh tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen dari darah ( Menurut Sumiati, dkk).

B.     Pengertian Kardiomiopati

Miopati merupakan penyakit otot, kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium.Kardiomiopati digolongkan berdasar patologi, fisiologi dan tanda klinisnya, penyakit ini dikelompokkan menjadi (1) kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif ; (2) kardimiopati hiprtrofik ; (3) kardiomiopati restriktif. Tanpa memperhatikan kategori dan penyebabnya, penyakit ini dapat meyebabkan gagal jantung berat dan menyebabkan kematian.Kardimiopati dilatasi atau kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang paling sering terjadi.Ditandai dengan adanya dilasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan enipisan dinding otot, pembesaran arium kiri, dan stasis darah dalam ventrikel.pada pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah elemen kontraktil serat otot.Konsumsi alkohol yang berlebihan sering berakibat kardiomiopati jenis ini. Kardiomiopati hipertrofi jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertofi, massa otot jantung bertambah berat terutama sepanjang sektum. Terjadi peningkatan ukuran sektum yang dapat menghambat aliran darah dari atrium ke ventrikel; selanjutnya, katagori ini di bagi menjadi jenis opstruktif dan non opstruktif.Kardiomiopati restriktif adalah jenis terakhir dan kategori yang jarang terjadi.Bentuk ini di tandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat di hubungkan denganamyloidosis (dimana amiloit, suatu protein, tertimbun dalam sel ) dan penyakit insfilteratif lain. Tanpa memperhatikan pembedaannya masing-masing, fisiologi kardiomiopati merupakan urutan kejadian yang progrsif yang di akhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan ventrikel kiri.Karena volume sekuncup makin lama makin bekurang, maka terjadi stimulasi saraf simpatif.Mengakibatkan peningkatkan tahanan faskuler sistemik. Seperti patofisiolgi pada gagal jantung dengan berbagi penyebab, ventrikel kiri akan membesar untuk meng akomodasi kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami kegagalan ( Menurut Brunner & Suddarth).

C.    Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung kardiomiopati, menurut muttaqin, Arif sebagai berikut:
a.       Kardiomiopati Dilatasi
Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan beberapa hal seperti pemakaian alkohol berlebihan, graviditas, hipertensi sistemik, infeksi virus, kelainan autoimun, bahan kimia dan fisik. Individu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar lebih dari beberapa tahun dapat mengalami gambaran klinis yang identik dengan kardiomiopati dilatasi. Alkoholik dengan gagal jantung yang lanjut mempunyai prognosis buruk, terutama bila mereka meneruskan minum alkohol. Kurang dari ¼ pasien yang dapat bertahan hidup sampai 3 tahun. Penyebab kardiomiopati dilatasi lain adalah  kardiomiopati peripatum, dilatasi jantung dan gagal jantung kongesti tanpa penyebab yang pasti serta dapat timbul selama bulan akhir kehamilan atau dalam beberapa bulan setelah melahirkan. Penyakit neuromuskuler juga merupakan penyebab kardiomiopati dilatasi. Keterlibatan jantung biasa didapatkan pada banyak penyakit distrofi muskular yang ditunjukkan dengan adanya EKG yang berbeda dan unik, ini terdiri dari gelombang R yang tinggi di daerah prekordial kanan dengan rasio R / S lebih dari 1,0 dan sering disertai dengan gelombang Q yang dalam di daerah ekstremitas dan perikardial lateral dan tidak ditemukan ada bentuk distrofi muskular lainnya. Pengobatan juga dapat mengakibatkan kardiomiopati dilatasi seperti derivat antrasiklin, khususnya doksorubisin (adriamnyan) yang diberikan dalam dosis tinggi (lebih dari 550 mg / m2 untuk doksorubisin) dapat menimbulkan gagal jantung yang fatal. Siklofosfamid dosis tinggi dapat menimbulkan gagal jantung kongestif secara akut.
b.      Kardiomiopati Restriktif
Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati sering ditemukan pada amiloidosis, hemokromatis, defosit glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia, fibro-elastosis dan fibrosis miokard dengan penyebab yang berbeda. Fibrosis endomiokard merupakan penyakit progresif dengan penyebab yang tidak diketahui yang sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, ditandai dengan lesi fibrosis endokard pada bagian aliran masuk dari ventrikel
c.       Kardiomiopati hipertrofik
Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan oleh faktor genetik, familiar, rangsangan katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner kecil. Kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikuler dan kelainan kolagen

D.    Patofisiologi

Pada kardiomiopati kongestif terjadi kehilangan fungsi miosit yang menyebabkan menurunya daya kontraksi dan bertambahnya dilatasi jantung. Dilatasi menyebabkan menurunnya daya kontraksi sehingga curah jantung makin menurun. Siklus antara mengurangnya curah jantung dengan meningginya resistensi vaskular sistemik, pada gilirannya menyebabkan bertambahnya resistensi ejeksi sehingga menurunkan lagi curah jantung.

Kardiomiopati kongesti

kardiomiopati hypertrofik

kardiomiopati restriktif

Gangguan injeksi ventrikel kiri
Statis darah dalam vertikel dan di atrium
Peningkatan preload dan afterload
               




Gagal jantung kongestif
 





Peningkatan beban volume atrium kiri
Kongesti paru
Edema paru
Sesak napas


Curah jantung

·         kondisi Prognosis penyakit
·         Adanya program terapi
                                                                                                                                                                     

Penurunan suplai ke jaringan

1.       Kecemasan
2.       Pemenuhan pendidikan kesehatan


·         Penurunan
·         prefusi perifer
·         Intoleransi aktivitas

Pola napas tidak efektif
 







                                                                                                                  



Figur7.7 Patopisiologi kardiomiopati dalam keperawatan ( Muttaqin, Arif )

E.     Manifestasi Klinis
Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun wanita. Kebanyakan dengan kardiomiopati kongestif, kardiomiopati hipertropi dan kardiomiopati restriktif, yaitu: Injeksi ventrikel kiri terganggu, statis darah dalam ventrikel dan kemudian dalam atrium,peningkatan preload dan menjadi gagal jantung kongestif. Kardiomiopati pertama kali datang dengan gejala dan gagal jantung. Dipsnu saat beraktivitas, paroksismal nocturnal dipsnu (PND), batuk, dan mudah lelah adalah gejala yang pertama kali timbul. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran hepar dan takikardia. Gejala penyakit jantung coroner akan timbul apabila terjadi penyempitan sebesar 75% atau lebih dari lumen arteri coroner.

F.     Pemeriksaan Penunjang Menurut (Doenges Marilynn E, dkk)
1.      Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura

2.      Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi intraventrikular.  Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.

3.      Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri, dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan pengisian yang abnormal. Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF) mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini.

4.      Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai fungsinya yang berkurang.

5.      Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan tekanan atrium meningkat. Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.

G.    Penatalaksanaan ( Menurut Muttaqin, Arif)
a.       Pembatasan garam dan pemberian diuretic untuk kardiomiopati dilatasi untuk menguranggi volume diastolic akhir. Mungkin diperlukan obat – obat untuk gagal janjtung.
b.      Diberikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan embolus.
c.       Penyekat/beta diberikan untuk kardiomiopati hipertropik untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga waktu pengisian diastolok meningkat. Obat – obat ini juga menguranggi kekakuan ventrikel.
d.      Data diusahakan reseksi bedah pada bagian – bagian miokardium yang mengalami hipertropi.
e.       Penyekat saluran kalsium tidak digunakan karena dapat semakin menurunkan kontraktilitas jantung.

Penatalaksanaan medis dilaksanakan untuk mengoreksi gagal jantung. Apabila volume jantung telah berkembang sampai titik dimana penatalaksanaaan medis sudah tidak efektif lagi, maka satu-satunya harapan agar pasien bisa bertahan hanyalah transplatasi jantung. Pada beberapa kasus alat bantu ventrikel mungkin diperlukan untuk mendukung gagal jantung sampai ditemukan donor yang sesuai.
Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan kardiomiopati adalah sebagai berikut:
1.      Penatalaksanaan pada Kardiomiopati Dilatasi/Kongestif.
Tidak ada pengobatan spesifik. Bila diketahui etiologinya diberikan terapi sesuai penyebab. Namun jika idiopatik, dilakukan terapi sesuai gagal jantung kongestif Yang terbaik adalah transplantasi jantung.
2.      Penatalaksanaan pada Kardiomiopati Hipertrofik
Yang utama adalah penggunaan penghambat beta adrenergik, misalnya propanolol, yang memiliki efek menurunkan kekuatan kontraksi ventrikel dan mencegah aritmia. Golongan antagonis kalsium, seperti verapamil, dapat pula dipakai meski harus berhati – hati pada pasien gagal jantung kongestif.
Dapat pula dilakukan miomektomi, penggantian katup mitral, dan pemasangan peace-maker. Digitalis, diuretic, nitrat, dan agonis beta adrenergik harus dihindari pemakaiannya, terutama pada pasien dengan perbedaan tekanan alur keluar ventrikel kiri karena dapat meningkatkan obstruksi alur keluar.

3.      Penatalaksanaan pada Kardiomiopati Restriktif
Sulit diobati, tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Dapat diberikan obat sistematik berupa diuretik untuk mengurangi kongesti. Bila terdapat gangguan irama diberikan obat anti aritmia

H.    Faktor resiko (Menurut Sumiati, dkk)

Berdasarkan survey lembaga JNC 7 dan NCEPATPIII (dalam T. Bahri Anwar, 2004) tentang PJK, terdapat 2 faktor resiko PJK, yaitu factor yang bisa di ubah dan factor yang tidak bisa di ubah.
Factor yang tidak bisa di ubah :
1.      Umur atau usia. Seperti halnya dengn penyakit lain, maka Penyakit Jantung Koroner akan semakin beresiko seiring bertambah usia. Idi inggris misalnya, separuh dari jumlah serangan jantung terjadi pada mereka yang berusia di atas 56 tahun, dan jumlahnya bertambah sesuai rata-rata pertambahan usia. Semakin tua usia seseorang, maka akan semakin mudah utuk penyakit jantung kronil (Anglo Scandinavian Cardiac Outcames Trial/ ASCOT). Hal ini bukan berarti bahwa Penyakit Jantung Koroner tidak akan menyerang usia muda karena pada saat inipu ini usia muda ada yang terserang Penyakit Jantung Koroner.Telah dibuktikan ada hubungan antara umur dan kematian akibat Penyakit Jantung Koroner. Sebagia besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun pun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan kadar kolestrol yaitu kadar kolestrol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di America serikat kadar kolestrol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur 20tahun. Pada laki-laki kadar kolestrol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolestrol perempuan sebelum menopaus (45-60 tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah minopaus kadar kolestrol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki

2.      Gender atau jenis kelamin
Penyakit Jantung Koroner banyak menyerang pada pria dari pada wanita.Penyebab pasti belum diketahui. Di amerika serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki ,mempunyai resiko Penyakit Jantung Koroner 2–3 kali lebih besar dari pada perempuan. Wanita yang masih mengalami menstruasi lebih terlindungi dari penyakit jantung disbanding pria.Ini karena pengaruh hormone ekstrogen pada wanita.Pada beberapa perempuan pemakaian oral konstrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatan kadar kolestrol pada wanita hamil kadar kolestrol nya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki di dapatkan lebih tnggi dari pada perempuan dimana ketingglan waktu10 tahun kebelakang akan tetapi setelah , menopaus hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki

3.      Riwayat keluarga atau factor genitik
Selain umur, riwayat keluarga dan jenis kelamin juga merupakan factor yang tidak bisa berubah.Anak dari orang tua yang menderita PJK mempunyai kemungkinan besar terserang penyakit.Sedangkan kaum pria lebih gampang terkena penyakit ini disbanding wanita.Factor yang bisa di ubah adalah kolestrol tinggi kebiasaan merokok, hipertensi, obesitas (terutama di perut), kurang aktvitas fisik, dan diabetes.Pria yang lingkar perutnya diatas 90 cm dan wanita lebih dari 80 cm mempuyai kecendrungan kuat terkena penyakit ini. “Penyakit Jantung Koroner lebih banyak menyerang penduduk di asia pasifik jika di bandingkan kawasan lain. Ini karena penduduk Negara-negara asia pasifik kurang berolahraga,” papar Djoko.
Factor yang dapat diubah atau dikendalikan :
1.      Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Hipertensi merupakan salah satu factor resiko utama untuk terjadinya Penyakit Jantung Koroner  penelitian diberbagai tempat di Indonesia ( 1978) mendapatkan prefalensi hipertensi untuk Indonesia berkisar antara 6-15%, sedangkan Negara-negara maju seperti misalnya, Amerika National Health Survey menemukan prefekuensi yang lebih tinggi yaitu mencapai 15-20%. Lebih kurang 60% penderita hipertensi tidak terdeteksi, 20 % dapat di ketahui tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol tidak baik sedangkan hanya 20% dapat di obati dengan baik.tekanan darah tinggi menyebabkan tekanan pada jantung dan sirkulasi dan hal ini menimbulkan struk. Namun sering kali tekanan darah tinggi menimbulkan serangan jantung pada orang yang tingkat kolestronya tinggi. Tekanan darah tinggi di pembuluh nadi akan merusak dinding pembuluh darah dan merangsang timbulnya atheroma. Jantung juga harus berkerja lebih keras untu memompa darah yang bertekanan tinggi tampak suplai oksigen yang mencukupi. Hal ini meningkatkan kemungkinan orang terkena amina ( serangan jantung). Factor ini bisa dikendalikan dengan pengobatan untuk menurunkan tekanana darah.

2.      Penyakit diabetes meletus atau kencing manis.
Diabetes adalah suatu kondisi umum sepertinya suatu kondisi umum yang menimpah sekitar 3-100 orang di inggris.Penybabnya adalah kekurangan atau resistensi terhadap hormone insulin yang mengontrol penyebaran glukosa ke sel-sel di seluruh tubuh melalui aliran darah. Diabetes dapat meningkatkan resiko gangguan dalam peredaran darah, termasuk, bagi wanita hal ini sangat penting karena penyakit ini dapat melawan daya perlindungan dari hormone-hormon wanita dan hampir sama dan banyak nya wanita dan pria penderita diabetes megalami Penyakit Jantung Koroner. Control yang baik terhadap diabetes dengan diet, tablet atau insulin dapat mengurai timbulnya masalah pada aliran darah dan jantung sebaliknya jika tidak terkontrol, diabetes dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah, termasuk kolestrol tinggi. Penyakit diabetes meletus dapat menyababkan resiko terserang penyakit jantung coroner 3 kali lebih banyak dibandingkan orang yang kadar gula darahnya dalam batas normal pada diabetes militus tumbul proses penebalan membra basalis ari kapiler dan pembuluh darah arteri koronalia, sehingga, terjadi penyempitan aliran darah ke jantung. Penyait ini dapat dikendalikan, menjaga kadar gula darah dengan menjaga kadar gula darah agar tetap normal.


3.      Merokok
Merokok sigaret berkaitan erat dengan resiko Penyakit Jantung Koroner. Zat-zat kimia dalam asam sigaret terserat ke dalam aliran darah dari paru-paru, lalu beredar keseeluruh tubuh, dan mempengaruhi setiap sel keseluruh tubuh.Zat-zat dikimia ini sering membuat pembuluh darah menyempit dan membuat sel-sel darah yang disebut platelet menjadi lebih lengket, sehingga mudah membentu gumpalan.

4.      Kolestrol atau kadar lemak dalam darah lebih dari normal
Kolestrol sebenenya diperlukan oleh tubuh kita, namun jikaberlebihan dapat menimbulkan penyakit jantung koronel. Tingginya kadar kolestrol sangat erat kandungannya dengan kebiasaan makan, keturunan dan social ekonomi seseorang. Peningkatan kadar kolestrol, terutama kolestrol yang “Jahat”, menyebabakan resiko terserang penyakit jantung koronil 3,5 kali lebih tinggi di bandingkan dengan yang kadar kolestrolnya dalam batas normal.

5.      Kegemukan
Kegemukan merupakan keadaan dimana berat badan melebihi 20% dari berat badan ideal. Kegemukana akan menambah kerja jantung. Keadaan ini meningkatkan resiko terjadinya tekanan darah tingi, kencing manis dan kolestrol kegemukan bisa dicegah dengan olah raga dan diet untuk menurunkan. Indeks Massa Tubuh (IMT) bisa digunakan untuk mengukur apakah berat badan anda termasuk kegemukan.Yaitu dengan rumus berat badan dalam kilo di bagi tinggi badan dan diameter dikuardratkan.
IMT= Berat Badan : Tinggi Badan X Tinggi Badan.
Misalnya Tinggi 1,65 meter dan berat badan 50 kg, maka IMT = 18, 36 ITM. Adapun IMT normal adalah 15,5-25,5. Dikatakan seseorang kegemukan berdasarkan berat badan ideal lebih dari 110% (TB cm-100), sedangkan berdasarkan IMT, jika berat badan lebih dari 23, pra obesitas 23-24,9, obesitas I 25-29,9 dan obesitas II lebih dari 30. Berdasarkan lingkar pinggang, perempuan lebih dari 80 cm dan pria lebih dari 90 cm. kadar kolestrol yang normal bisa di jaga dengan makanan seimbang dan menghindari makanan berkolestrol tinggi. Kolestrol tinggi baik bisa di tingkatkan dengan olah raga dan berhenti merokok.

6.      Stress
Banyak orang yang mendapatkan serangan jantung menyatakan bahwa stress adalah penyebabnya, secara ilmiah hal ini sebenernya sulit di buktikan. Jenis kepribadian tertentuk beresiko lebih tinggi dari pada seranbgan jantung. Teknologi modern memungkinkan orang melakukan sesuatu dalam beberapa jam dibandingkan masa premitif yang mungkin memerlukan waktu berhari-hari. Stress karena ingin sesuatu diluar kemampuan, ingin mencapai sesuatu ynag tidak realitis, digolongkan dalam kepribadian tipe A. penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara factor stress psikologi dengan kejadian penyakit jantung secara tioritis, stress yang terus menerus/berlangsung lama akan meninggikan kadar katekolamin dan tekanan darah, sehingga mengakibatkan penyempitan pembuluh darah koronil.

7.      Kurangnya aktivitas fisik.
Orang yang kurang bergerak (olahraga) cenderung menjadi gemuk, yang berarti berpotensi menjadi kencing manis, tekanan darah tinggi dan naiknya kolestrol. Keaaan ini meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.Data menunjukan bahwa pada orang yang bergerak, pembuluh darah korateral dari artri koronalia juga kurang, sehingga aliran darah ke jantung.










BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Kardiomiopati kongestif pada fase lanjut terjadi gagal jantung akibat kegagalan ventrikel kiri dengan manifestasi penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, dan pada kompensasi akhir bisa mengganggu ventrikel kanan dengan manifestasi emboli sistemik ini dan paru ( Muttaqin, Arif). Pengkajian keperawatan untuk pasien dengan kardiomiopati dimulai dengan riwayat yang lengkap sehubungan dengan tanda dan gejala yang ada. Karena masalahnya bersifat kronis, maka riwayat psikososial amat penting. Sistem dukungan kelaurga harus diidentifikasi sedini mungkin dan dilibatkan dalam penatalaksanaan pasien. Pengkajian fisikyang dilakukan harus ditunjukan untuk gejala dan tanda gagal jantung kongestif. Evaluasi status volume cairan yang cermat, tanda vital (mencangkup perhitungan tekanan nadi), dan auskultasi suara jantung S3 sangat penting sebagai dasar pengkajian.

Dokter mungkin menempatkan pasien diruangan monitor jantung, namun diagnosa sudah ditegakkan atau disritmia yang terjadi tidak terlalu berat maka pasien tidak perlu dipantau. Beratnya gagal jantung akan menentukan apakah pasien perlu dirawat diunit perawatan kritis ( Brubber & Suddarth). Proses keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis dan sistematis, dinamis, dan teratur yang memerlukan pendekatan, perencanaan, dan pelaksanan asuhan keperawatan yang metodis dan teratur dengan mempertimbangkan ciri-ciri pasien yang bersifat bio-psiko-sosial-spiritual maupun masalah kesehatannya. (Depkes R.I, 1994:22). Perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan klien harus melalui proses keperawatan sesuai dengan teori dan konsep keperawatan dan diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan yang terorganisir meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi.
a.       Pengumpulan Data
1)    Data Demografi
Angka kejadian kardiomiopati dilatasi adalah  2 X terjadi pada laki-laki dan terjadi pada usia pertengahan. (Ignatavicius et al, 1995:919)

2) Riwayat Kesehatan
a)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Umumnya klien datang dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang dirasakan bertambah bila dilakukan aktivitas dan tidur terlentang dan berkurang bila diistirahatkan dan memakai 2-3 bantal. Sesak dirasakan pada daerah dada dan seperti tertindih benda berat. Skala sesak 0-4  dan dirasakan sering pada siang dan malam hari.
b)      Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun, Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaituantimyocardial antibodies, Proses infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan metabolik (defisiensi thiamine dan scurvy), gangguan imunitas (leukimia), Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses (alkohol dan chemoterapi), proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
c)      Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular infeksi seperti TB dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung dan diabetes melitus di keluarga, bila ada cantumkan dalam genogram.

3)    Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi klien dikaji adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan jenis makanan. Klien mungkin akan merasa haus dan minum berlebihan (4000-5000 mL) akibat sekresi aldosteron. Adanya penurunan aktivitas dan aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya lemah, letih dan adanya dispneu. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun pada malam hari untuk eliminasi BAK.

4)    Pemeriksaan Fisik
a)      Sistem Pernafasan
Dispneu saat beraktivitas, Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bnatal, Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan (oksigen dan medikasi), nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot aksesori pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar dan mengi.
b)      Sistem Kardiovaskular
Distensi vena jugularis, pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3 dan s4 pada auskultasi jantung ,tekanan darah normal/turun, takikardi, disritmia (fibril atrium, blok jnatung dll)nadi perifer mungkin berkurang,;perubahan denyutan dapat terjadi;nadi sentral mungkin kuat, punggung kuku pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat
c)      Sistem Pencernaan
Kaji adanya peningkatan berat badan secara signifikan, mual dan muntah, anorexia, adanya nyeri abdomen kanan atas, hepatomegali dan asites
d)     Sistem Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus otot.
e)      Sistem Persyarafan
Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan disorientasi
f)       Sistem Perkemihan
Kaji adanya nokturia dan penurunanan berkemih, urine berwarna gelap, penggunaan dan keadaan kateterisasi .
g)      Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba dingin, adanya kebiruan, pucat, abu-abu dan sianotik , dan adanya kulit yang lecet.

5)    Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah  dan konsep diri dan koping klien  akibat penyakit, keprihatinan finansial dan hospitalisasi.

6)    Data social
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan.

7)    Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya dihubungkan dengan agama yang dianutnya.. Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.



8)    Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat terhadap data senjang yang ditemukan sehingga diketahui permasalahan klien.

B.     Diagnosa Keperawatan ( Muttaqin, Arif)

Berdasarkan patofisiologi di atas dan dari data pengkajian, diagnosis keperawatan utama untuk klien ini adalah :
1.      Aktual/risisko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan diparu.
2.      Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung.
3.      Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik.
4.      Cemas yang berhuubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis ancaman, atau perubahan kesehatan.
5.      Resiko ketidak patuhan terhadap aturan terapeutik yang berhubungan dengan tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
6.      Masalah Kolaborasi, Komplikasi Potensial.
Berdasarkan pada data pengkajian, maka komplikasi potensial yang mungkin timbul adalah gagal jantung.

C.    Rencana/intervensi Keperawatan ( Menurut Muttaqin, Arif)

Tujuan utama mencakup mencegah mengurangi resiko penurunan curah jantung, meningkatkan kemampuan perawatan diri, mengurangi cemas, menghindari salah paham terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberikan, mematuhi program perawatan dini dan mencegah komplikasi
1.      Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder akibat edema paru akut.
Tujuan      : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria    : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal16-20 kali/menit, respon batuk berkurang
Intervensi
Rasional
1.  Auskultasi bunyi napas (kreakles)
Indikasi udema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
2. Kaji adanya udema
Curiga gagal kongestif/ kelebihan volume cairan
3. Ukur intake dan output
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan pengeluaran urine
4. Timbang berat badan
Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukan gangguan keseimbangan cairan
5.  Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam intoleransi kardiovaskuler
6. Kolaborasi:
a. Berikan diet tanpa garam
Memenuhi kebutuhan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung
Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium meningkat
b. Berikan diuretic, Contoh;furosemide, sprinolakton, hidronolakton.
Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan resiko terjadinya udema paru
c.  Pantau data laboratorium elektrolit kalium
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi

2.      Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung
Tujuan       : Dalam waktu 2x24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria      : Klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT<3 detik, urine > 600 ml/ hari
Intervensi
Rasional
1. Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila memungkinkan
Hipotensi dapat terjadi karena disfungsi ventrikel. Hipertensi juga fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri cemas, sehingga terjadi pengeluaran katekolamin
2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.
Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.
3. Kaji kualitas peristaltik, jika diperlukan pasang sonde
Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak penurunan elektrolit.
4. Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas
Sebagai dampak gagal jantung kanan. Jika berat, akan ditemukan adanya tanda kongestif
5. Pantau urine output
Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine, pemantauan yang ketat pada produksi urine  < 600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik
6.Catat murmur
Menunjukan gangguan aliran darah dalam jantung, kelainan katub, kerusakan septum, atau fibrasi otot  papilar.
7.Pantau frekuensi jantung dan irama
Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukan komplikasi distritmia
8. Berikan makanan kecil /mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
makanan besar dapat meningkatkan kerja miokard. Kafein dapat merangsang langsung ke jantung, sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
9.Kolaborasi:
   Pertahankan cara masuk heparin ( IV) sesuai indikasi.
Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat.

3.       Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuha sekunder akibat penurunan curah jantung.
Tujuan       : Aktivitas sehari-hari klian terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
Kriteria      : Klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur.
Intervensi
Rasional
1.  Catat frekuensi jatung, irama; serta perunahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
Respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokard.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
Menurunkan kerja miokard / konsumsi oksigen
3.  Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya: mengejan saat defekasi.
Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung takikardi, serta peningkatan TD
4.   Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas. Contoh: Bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi,dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
Aktivitas yang maju memberikan control jantung, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan.
5.   Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut.
Untuk mengurangi beban jantung.
6.   Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien
Untuk meningkatkan aliran vena balik
7.  Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran vena balik.
8.  Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.
mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan aktivitas.
9.  Berikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas
Mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.
1   Pertahankan penambahan O2 sesuai.
Untuk meningkatkan oksigen jaringan.
11 Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta keluhan subyektif
Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.
12 Berikan diet sesuai kebutuhan ( pembatasan air dan Na)
Untuk mencegah retensi cairan dan udema akibat penurunan kontraktilitas jantung
13 Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan karena iskemia.

4.      Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
Tujuan       : Dalam waktu 1x24 jam  kecemasan klien berkurang
Kriteria      : Klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks.
Intervensi
Rasional
1.      Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.
Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.
2.Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, damping klien, dan lakukan tindakan bila menunjukan perilaku merusak.
Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah, dan gelisah.
3.Hindari konfrontasi
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama dan mungkin memperlambat penyembuhan.
4.Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
5.Tingkatkan control sensasi klien
Kontrol sensasi klien (dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping ( pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta memberikan respon umpan balik yang positif
6.Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Orientasi dapat emnurunkan kecemasan
7.Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.
Dapat menghilangkan keteganggan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
8.Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat
Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.
9.Kolaborasi:
·         Berikan anti cemas sesuai indikasi: Diazepam

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan

5.      Resiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan aturan terapeutik, tidak mau menerima pola hidup yang sesuai.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam klien mengenal fakto-faktor yang menyebabkan peningkatan resiko kekambuhan.
Kriteria: Klien secara subyektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan aturan terapeutik jangka panjang dan mau menerima perubahan pola hidup yang evektif, klien mampu mengulangi factor-faktor resiko kekambuhan
Intervensi     Intervensi 
Rasional
1. Identifikasi factor yang mendukung pelaksanaan terapeutik
Keluarga terdekat apakah suami/istri atau anak yang mampu mendapat penjelasan dan menjadi pengawas klien dalam menjalankan pola hidup yang efektif  selama klien di rumah dan memiliki waktu yang optimal dalam menjaga klien
2.  Berikanpenjelasan penatalaksanaan  terapeutik lanjutan
Setelah mengalami serangan akut, perawat perlu menjelaskan penatalaksanaan lanjutan dengan tujuan dapat: Membatasi progresivitas kegagalan jantung, Meningkatkan perawatan diri, Menurunkan kecemasan, Mencegah aritmia dan komplikasi.
3.   Menyarankan kepada keluarga agar memanfaatkan sarana kesehatan di masyarakat
Memudahkan klien dalam memonitor  status kesehatannya
4.  Ajarkan strategi menolong diri sendiri
·     Anjurkan untuk memantau berat badan pada saat bangun tidur sebelum makan pagi,dengan pakaian yang sama dan dengan timbangan yang sama.
·     Melaporkan peningkatan berat badan yang melebihi 1,5 kg dalam 1 minggu ( tanpa perubahan pola makan)
Peningkatan berat badan merupakan factor yang meningkatkan beban  jantung dalam melakukan kontrasi
5.  Mengikuti latihan fisik rutin
Latihan fisik rutin secara bertahap memberikan adaptasi pada ventrikel kiri dalam melakukan kompensasi kebutuhan suplai darah otot rangka.
Exertion. Aktivitas yang berlebihan dapat menjadi presipitasi serangan angina kembali. Klien dianjurkan untuk megurangi kualitas dan kuantitas kegiatan fisik dari yang biasa klien lakukan sebelum keluhan gagal jantung.
6.  Beri penjelasan tentang
·    Pemakaian obat nitrogliserin

Minum obat nitrogliserin( venodilatasi perifer dan koroner) 0,4-0,6 mg tablet secara sublingual 3-5 menit sebelum melakukan aktivitas dengan tujuan untuk mengantisipasi serangan angina. Klien dianjurkan untuk selalu membawa obat tersebut setiap keluar rumah walaupun klien tidak merasakan gejala dari angina.
·    Hindari merokok
·         Merokok akan meningkatkan adhesi trombosit yang merangsang pembentukan thrombus pada arteri koroner.
·         Hemoglobin lebih mudah berikatan dengan karbonmonoksida dibandingkan dengan oksigen, sehingga akan menurunkan asupan oksigen secara umum.
·         Nikotin dan tar mempunyai respon terhadap sekresi hormone vasokonstriktor, sehingga akan meningkatkan beban kerja jantung
·    Pendidikan kesehatan diet
Konsumsi banyak makan garam merupakan salah satu factor presipitasi serangan sesak napas dan edema ekstremitas.
Aktivitas yang dilakukan setelah makan yang cukup banyak dapat meningkatkan resiko angina. Klien dianjurkan agar beraktifitas setelah paling kurang 1 jam setelah makan. Pemberian makan sedikit tapi sering akan mempermudah saluran pencernaan dalam mencerna makanan sangat dianjurkan pada klien setelah mengalami serangan angina
·   Manuver dinamik
Klien dianjurkan untuk menghindari manuver dinamik seperti: berjongkok, mengejan, dan terlalu lama menahan napas yang merupakan factor presipitasi timbulnya angina. Dalam melakukan defekasi klien dianjurkan pemberian laxantia agar dapat mempermudah pola defekasi klien.
·    Pendidikan kesehatan sex
Jika berhubungan sex merupakan salah satu factor presipitasi angina pada klien,maka sebelum amlakukan aktivitas seksual klien dianjurkan untuk meminum obat nitrogliserin atau sedative atau keduanya. Pengaturan sedikit aktivitas fisik pada klien dalam melakukan aktifitas seksual dapat dijelaskan pada pasangannya.
·   Stres emosional
Serangan sesak napas dari gagal jantung kiri lebih sering terjadi pada klien yang mengalami kecemasan, ketegangan,serta eforia atau kegembiraan yang berlebihan. Pemberian obat sedatif ringan seperti diazepin dapat mengurangi respon lingkungan yang member dampak stress emosional. Klien dianjurkan untuk melakukan curah pendapat dengan perawat dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
7.  Beri dukungan secara psikologis
Dapat membantu meningkatkan motivasi klien dalam mematuhi apa yang telah diberikan penjelasan.


D.    Implementasi

1.      Mengatasi Kesulitan Napas
Karena kebanyakan gejala dan tanda dapat dikoreksi dengan bahan farmakologis, maka perhatian harus dipusatkan pada ketepatan waktu pemberian obat yang diresepkan. Dokumentasi respons pasien yang cermat sangat penting.batuan napas dengan tambahan oksigen melalui hidung juga diperlukan. Pasien akan terasa nyaman bila diperbolehkan duduk dikursi disamping tempat tidur. Posisi ini sangat membantu mengumpulkan darah vena ke perifer dan mengurai preload membantu pasien agar tetap hangat dan mengganti posisi sesering mungkin akan menstimulasi stimulus dan mengurangi kepentingan kerusakan kulit. Menjaga lingkungan bebas dari debu, sampah, bunga, dan parfum juga akan membantu pernapasan
2.      Peningkatan Toleransi Aktivitas
Merencanakan asuhan keperawatan sehungga pasien dapat berpartisipasi sesering mungkin dalam aktivitas meski dalam waktu yang pendek sangat penting. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencapai tujuan, meskipun kecil, juga dapat meningkatkan perasaan sehat. Misalnya bekerja sama dengan pasien pada sat mandi dalam menentukan baagian yang tidak perlu mendapat bantuan, dan kemudian memberikan waktu istrahat sebelum menyelesaikan mandinya, dapat membantu pasien menghemat energiny. Aktivitas yang dapat menghabiskan energy sebaiknya dihindari.

3.      Mengurangi Kecemasan
Pasien diberi informasi yang penting mengenai tanda dan gejala kardiomiopati dan didorong untuk menyelesaikan berbagai aktivitas perawatan diri. Ciptakan suasana agar pasien merasa bebas untuk mengungkapkan ketakutannya, seperti misalnya memberikan keyakinan agar pasien merasa aman. Bila pasien sedang mengahadapi kematian atau menunggu operasi transplantasi, harus diberiakn waktu untuk mendiskusikan masalah tersebut. Dukungan spiritual, psikologis dan emosional perlu diberikan kepada pasien atau orang-orang terdekat.

4.      Penyuluhan Pasien dan Pertimbangan Perawatan Dirumah
Pasien dengan kardiomiopati perlu beralajr aktivitas perawatan diri yang diperlukan dan bagaimana melaksanakannya dirumah. Bagi pasien yang direncanakan menjalani transplantasi, maka status kesehatan yang obtimal sangat penting. Perkembangan yang memuaskan dapat dicapai melalui program pengobatan yang telitii, yang biasanya terjadi dari berbagai macam obat yang berbeda untuk mempertahankan keadaan bebas dari gagal jantung. Perawat merupakan bagian integral dalam proses saat ia mengkaji ulang gaya hidup dan bekerjasama melaksanakan aktivitas terapi diatas dengan keluhan seminamal mungkin. Membantu menerima status penyakit membuat pasien mudah mengikuti program perawatan diri dirumah.

E.     Evaluasi ( Menurut Muttaqin, Arif)

Hasil yang Diharapkan
1.      Menunjukan perbaikan fungsi pernapasan
a.       Kecepatan pernapasan dalam batas normal
b.      Gas darah normal
c.       Melaporkan berkurangnya dipsnu dan bertambahnya rasa nyaman
d.      Mengguankan terapi oksigen seperti yang disampaikan
2.      Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas
a.       Melakukan aktifitas hidup sehari-harinya (menggosok gigi, makan sendiri).
b.      Berpindah dari kursi ketempat
c.        tidur sendiri
d.      Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
3.      Mengalami berkurangnya kecemasan
a.       Mendiskusikan prognosis dengan bebas
b.      Mengungkapkan kecemasan dan keprihatinannya
c.       Berpartisipasi dalam kelompok pendukung
4.      Mematuhi program perawatan diri
a.       Minum obat jadwal yang diresepkan
b.      Melakukan penyesuaian gaya hidup untuk mengakomodasi keterbatsana aktivitas
c.       Mengidentifikasi tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada tenaga kesehatan professional.

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya d atas dan puncaknya di bawah.Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri.Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.Jantung dibentk oleh organ-organ muskuler, Apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta vertikl kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm.berat jantung sekitar 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa priode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 darah.Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tenagah-tengah dada, berumpu pada digraphraghma thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas processus ximphoideus. Pada tepi kanan cranial berada di tepi cranialis pars cartilaginis costa IIIdextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang inter costalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea midiocelavicularus .selaput yang membungkus jantung di sebut prikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavung pericardii berisis 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium

B.     Saran

Dalam hal ini perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit kardiomiopati karena akan menjadi fatal jika terlambat menaganinya. Selain itu perawat juga memberi health ducation kepada klien dan keluarga agar mereka paham dengan kardiomiopati dn bagaimana pengobatan nya.


DAFTAR PUSTAKA


Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 2. EGC, Jakarta.
Doenges Marilynn E, dkk. 2000.Rencana Asuhan Keperawatn. EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta. Buku Kedokteran. EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculapius FKUI, Jakarta
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta. Salmba Medika
Smeltzer, Suzanne C, 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Buku Kedokteran. EGC
Sumiati. 2010. Penanganan stress pada penyakit jantung koroner. Jakarta. CP.Trans Info Media

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Jantung merupakan organ paling penting dalam tubuh, jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh,oleh karena itu kita harus senantiasa memperhatikan kesehatan jantung kita, selain itu penyakit jantung merupaka penyakit maut yang mematikan diseluruh dunia. Salah satunya yaitu kardiomiopati, yang akhir-akhir ini semakin meningkat freuensinya. Dibeberapa Negara, meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan Negara Eropa Timur.  Kardiomiopati merupakan penyebab kematian sampai sebesar 30%. Kardiomiopati merupakan suatu kelompok penyakit yang langsung mengenai otot jantung (miokard) yang menyebabkan otot jantung menjadi lemah.

Kardiomiopati  pada anak masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Konsekuensi jangka panjang utama miokarditis adalah terjadinya kardiomiopati dilatasi/Dilated Cardiomyopathies dengan gagal jantung. Insidensi kardiomiopati dilatasi diperkirakan 2 – 8 kasus per 100.000 anak, dengan prevalensi 36 per 100.000. Hampir separuh dari kasus kardiomiopati dilatasi pada anak disebabkan oleh miokarditis. Setiap tahun di Amerika Serikat lebih dari 750.000 kasus gagal jantung yang dilaporkan, dengan kematian 250.000, miokarditis dan kardiomiopati dilatasi merupakan penyebab 25%kasus ini. Insidensi miokarditis pada anak tidak diketahui pasti karena banyak kasus miokarditis pada anak tidak menunjukkan gejala. Gejala penyakit juga menunjukkan variasi yang luas, mulai dari gagal jantung kongestif yang timbul perlahan sampai syok kardiogenik. Selain itu, diagnosis miokarditis seringkali sulit karena gambaran klinisnya tidak jelas, dapat menyerupai gejala penyakit lain. Kardiomiopati atau lemah jantung dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera didiagnosis dan ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat timbul, di antaranya penggumpalan darah hingga terhambatnya aliran ke organ tubuh lain,katup jantung yang tidak menutup sempurna hingga berisiko menjadi penyebab aliran darah mengarah kembali ke jantung, atau gagal jantung yang dapat berujung kepada kematian mendadak. Segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan sebelum kondisi kesehatan bertambah parah dan memicu penyakit komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu pasien dengan penyakit jantung kardiomiopati yaitu perawat dapat melakukan penyuluhan mengenai bagaimana cara menghindari penyakit kardiomiopati dengan cara menjaga gaya hidup, pola makan dan lain – lain, perawat juga dapat memberitahu klien atau pasien bagaimana cara mencegah atau mengobati penyakit kardiomiopati, perawat juga dapat berperan sebagai pengobatan dengan cara melkukan tindakan pemberian obat yang telah diberi dokter untuk klien dengan penyakit kardiomiopati disini perawat dapat mengontol apakah obat yang diberikan diminum sesuai dengan instruksi yang diberi kan okter dan yang terakhir perawat berperan sebagai rehabilitative agar pengobatan ini berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan dan proses penyembuhan dapat lebih cepat. Dan disini juga kelompok memiliki alasan kenapa membahas penyakit ini. Alasan nya membahas penyakit jantung kardiomiopati yaitu tidak lain untuk mengetahui apa penyebab penyakit kardiomioapti, kenapa bisa terjadi, apa saja komplikasi nya bagaimana cara penanganan nya dan pengobatan bila penyakit ini sudah berkelanjutan. Dan apakah penyakit ini disebabkn oleh factor genetic atau bukan, ini lah alasan kelompok mengangkat masalah penyakit kardiomiopati.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi kardiomiopati?
2.      Apa etiologi dan faktor resiko kardiomiopati?
3.      Bagaimana patofisiologi kardiomiopati?
4.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kardiomiopati?

C.    Tujuan Penulisan
a.       Tujuan Umum
1.      Menjelaskan definisi kardiomiopati
2.      Menjelaskan etiologi dan faktor resiko penyakit kardiomiopati
3.      Menjelaskan patofisiologi serta gejala manifestasi klinis kardiomiopati
4.      Menjelaskan asuhan eperawatan pada pasien kardiomiopati
b.      Tujuan Khusus
1.      Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor resiko serta patifiologi   kardiomiopati
2.      Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawtan dapat memahami asuhan keperawtan terhadap pasien kardiomiopati
3.      Perawat daat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat terhadap pasien dengan kardiomiopati

D.    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
a.       Bab I : Berisi  Latar Belakang, Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan
b.      Bab II : Berisi Konsep Dasar, Patofisiologi, Manifestasi klinis, Factor resiko, Evaluasi Diagnostik, Penatalaksanaan, Proses Keperawatan
c.      Bab III : Berisi Kesimpulan dan saran
d.      Daftar Pustaka


















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Anatomi Fisiologi

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di atas dan puncaknya di bawah.Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri.Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.Jantung dibentk oleh organ-organ muskuler, Apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta vertikl kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm.berat jantung sekitar 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa priode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 darah.Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tenagah-tengah dada, berumpu pada digraphraghma thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas processus ximphoideus. Pada tepi kanan cranial berada di tepi cranialis pars cartilaginis costa IIIdextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang inter costalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea midiocelavicularus .selaput yang membungkus jantung di sebut prikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavung pericardii berisis 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium ( Menurut Suamiati, dkk)

Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan myocardium dimana lapisa ini adalah lapisan yang paling tebal.Lapisan terakhir adalah lapisan endocardium. Ada 4 ruangan dalam jantung di mana 2 dari ruang itu disebut atrium dan sisa nya ventrikel apa orang awam atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dengan bilik.Diantra atrium kanan dan ventrkel kanan nada katuk yang memisahkan keduanya yaitu katup tricuspid, sedangkan apa atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.  Jatung kiri berfungsi untuk memompa daral bersih yang kaya akan oksigen/zat keseluruh tubuh sedangkan jantung kanan berfungsi nemampung darah kotor yang rendah oksigen, kaya karbondioksida/zat atau zat asam arang, yang kemudian di alirkan ke paru-paru untuk dibersihkan. Jantung normal besar nya segenggam tangan kiri pemiliknya. Jantung berdenyut 60-80 kalipermenit, denyutan bertambah cepat pada saat aktivitas atau emosi, agar kebutuhan tubuh akan energy dan terpenuhi. Andaikan bdenyutan jantung 70 kali per menit, aka dala 1 jam jantung terdenyut 4200 kali atau 100.800 kali sehari semalam. Tiap kali berdenyut dipompakan darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah sebanyak kira-kira 7000 liter. Untuk memenuhi kebutuhan energy otot jantung, tersedia pembuluh darah/arteri koroner yang mengalirkan darah sarat nutrisi pembuluh darah ini keluar dari pangkal pembuluh darah utama/aorta, ada dua yakni arteri coroner kiri (LCA) dan arteri koroner kanan (RCA). Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah. Arteri coroner  itu lebih spesifiknya memberikan oksigen-oksigen yang terdapat di dalam ke otot-otot jantung yang terdapat di dinding jantung. Hal ini sangat perlu dipertahankan agar seseorang dapat bertahan hidup karena oksigen-oksigen ini akan digunakan untuk respirasi otot jantung agar jantung dapat terus memompa darah ke seluruh tubuh. Jika oksigen-oksigen ini tidak dapat disalurkan denagn baik ke otot –otot jantung, maka jantung akan menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah keseluruh tubuh. Hasilnya, orang tersebut akan meninggalkan karena proses-proses biologis di dalam dirinya tidak apat dilalukan karena oran-organ tubuh tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen dari darah ( Menurut Sumiati, dkk).

B.     Pengertian Kardiomiopati

Miopati merupakan penyakit otot, kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium.Kardiomiopati digolongkan berdasar patologi, fisiologi dan tanda klinisnya, penyakit ini dikelompokkan menjadi (1) kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif ; (2) kardimiopati hiprtrofik ; (3) kardiomiopati restriktif. Tanpa memperhatikan kategori dan penyebabnya, penyakit ini dapat meyebabkan gagal jantung berat dan menyebabkan kematian.Kardimiopati dilatasi atau kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang paling sering terjadi.Ditandai dengan adanya dilasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan enipisan dinding otot, pembesaran arium kiri, dan stasis darah dalam ventrikel.pada pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah elemen kontraktil serat otot.Konsumsi alkohol yang berlebihan sering berakibat kardiomiopati jenis ini. Kardiomiopati hipertrofi jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertofi, massa otot jantung bertambah berat terutama sepanjang sektum. Terjadi peningkatan ukuran sektum yang dapat menghambat aliran darah dari atrium ke ventrikel; selanjutnya, katagori ini di bagi menjadi jenis opstruktif dan non opstruktif.Kardiomiopati restriktif adalah jenis terakhir dan kategori yang jarang terjadi.Bentuk ini di tandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat di hubungkan denganamyloidosis (dimana amiloit, suatu protein, tertimbun dalam sel ) dan penyakit insfilteratif lain. Tanpa memperhatikan pembedaannya masing-masing, fisiologi kardiomiopati merupakan urutan kejadian yang progrsif yang di akhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan ventrikel kiri.Karena volume sekuncup makin lama makin bekurang, maka terjadi stimulasi saraf simpatif.Mengakibatkan peningkatkan tahanan faskuler sistemik. Seperti patofisiolgi pada gagal jantung dengan berbagi penyebab, ventrikel kiri akan membesar untuk meng akomodasi kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami kegagalan ( Menurut Brunner & Suddarth).

C.    Etiologi

Penyebab terjadinya penyakit jantung kardiomiopati, menurut muttaqin, Arif sebagai berikut:
a.       Kardiomiopati Dilatasi
Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan beberapa hal seperti pemakaian alkohol berlebihan, graviditas, hipertensi sistemik, infeksi virus, kelainan autoimun, bahan kimia dan fisik. Individu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar lebih dari beberapa tahun dapat mengalami gambaran klinis yang identik dengan kardiomiopati dilatasi. Alkoholik dengan gagal jantung yang lanjut mempunyai prognosis buruk, terutama bila mereka meneruskan minum alkohol. Kurang dari ¼ pasien yang dapat bertahan hidup sampai 3 tahun. Penyebab kardiomiopati dilatasi lain adalah  kardiomiopati peripatum, dilatasi jantung dan gagal jantung kongesti tanpa penyebab yang pasti serta dapat timbul selama bulan akhir kehamilan atau dalam beberapa bulan setelah melahirkan. Penyakit neuromuskuler juga merupakan penyebab kardiomiopati dilatasi. Keterlibatan jantung biasa didapatkan pada banyak penyakit distrofi muskular yang ditunjukkan dengan adanya EKG yang berbeda dan unik, ini terdiri dari gelombang R yang tinggi di daerah prekordial kanan dengan rasio R / S lebih dari 1,0 dan sering disertai dengan gelombang Q yang dalam di daerah ekstremitas dan perikardial lateral dan tidak ditemukan ada bentuk distrofi muskular lainnya. Pengobatan juga dapat mengakibatkan kardiomiopati dilatasi seperti derivat antrasiklin, khususnya doksorubisin (adriamnyan) yang diberikan dalam dosis tinggi (lebih dari 550 mg / m2 untuk doksorubisin) dapat menimbulkan gagal jantung yang fatal. Siklofosfamid dosis tinggi dapat menimbulkan gagal jantung kongestif secara akut.
b.      Kardiomiopati Restriktif
Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati sering ditemukan pada amiloidosis, hemokromatis, defosit glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia, fibro-elastosis dan fibrosis miokard dengan penyebab yang berbeda. Fibrosis endomiokard merupakan penyakit progresif dengan penyebab yang tidak diketahui yang sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, ditandai dengan lesi fibrosis endokard pada bagian aliran masuk dari ventrikel
c.       Kardiomiopati hipertrofik
Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan oleh faktor genetik, familiar, rangsangan katekolamin, kelainan pembuluh darah koroner kecil. Kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi atrioventrikuler dan kelainan kolagen

D.    Patofisiologi

Pada kardiomiopati kongestif terjadi kehilangan fungsi miosit yang menyebabkan menurunya daya kontraksi dan bertambahnya dilatasi jantung. Dilatasi menyebabkan menurunnya daya kontraksi sehingga curah jantung makin menurun. Siklus antara mengurangnya curah jantung dengan meningginya resistensi vaskular sistemik, pada gilirannya menyebabkan bertambahnya resistensi ejeksi sehingga menurunkan lagi curah jantung.

Kardiomiopati kongesti

kardiomiopati hypertrofik

kardiomiopati restriktif

Gangguan injeksi ventrikel kiri
Statis darah dalam vertikel dan di atrium
Peningkatan preload dan afterload
               




Gagal jantung kongestif
 




Peningkatan beban volume atrium kiri
Kongesti paru
Edema paru
Sesak napas


Curah jantung

·         kondisi Prognosis penyakit
·         Adanya program terapi
                                                                                                                                                                     

Penurunan suplai ke jaringan

1.       Kecemasan
2.       Pemenuhan pendidikan kesehatan


·         Penurunan
·         prefusi perifer
·         Intoleransi aktivitas

Pola napas tidak efektif
 






                                                                                                                  



Figur7.7 Patopisiologi kardiomiopati dalam keperawatan ( Muttaqin, Arif )

E.     Manifestasi Klinis
Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun wanita. Kebanyakan dengan kardiomiopati kongestif, kardiomiopati hipertropi dan kardiomiopati restriktif, yaitu: Injeksi ventrikel kiri terganggu, statis darah dalam ventrikel dan kemudian dalam atrium,peningkatan preload dan menjadi gagal jantung kongestif. Kardiomiopati pertama kali datang dengan gejala dan gagal jantung. Dipsnu saat beraktivitas, paroksismal nocturnal dipsnu (PND), batuk, dan mudah lelah adalah gejala yang pertama kali timbul. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting edema pada bagian tubuh bawah, pembesaran hepar dan takikardia. Gejala penyakit jantung coroner akan timbul apabila terjadi penyempitan sebesar 75% atau lebih dari lumen arteri coroner.

F.     Pemeriksaan Penunjang Menurut (Doenges Marilynn E, dkk)
1.      Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura

2.      Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi intraventrikular.  Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.

3.      Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri, dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan pengisian yang abnormal. Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF) mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini.

4.      Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai fungsinya yang berkurang.

5.      Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan tekanan atrium meningkat. Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.

G.    Penatalaksanaan ( Menurut Muttaqin, Arif)
a.       Pembatasan garam dan pemberian diuretic untuk kardiomiopati dilatasi untuk menguranggi volume diastolic akhir. Mungkin diperlukan obat – obat untuk gagal janjtung.
b.      Diberikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan embolus.
c.       Penyekat/beta diberikan untuk kardiomiopati hipertropik untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga waktu pengisian diastolok meningkat. Obat – obat ini juga menguranggi kekakuan ventrikel.
d.      Data diusahakan reseksi bedah pada bagian – bagian miokardium yang mengalami hipertropi.
e.       Penyekat saluran kalsium tidak digunakan karena dapat semakin menurunkan kontraktilitas jantung.

Penatalaksanaan medis dilaksanakan untuk mengoreksi gagal jantung. Apabila volume jantung telah berkembang sampai titik dimana penatalaksanaaan medis sudah tidak efektif lagi, maka satu-satunya harapan agar pasien bisa bertahan hanyalah transplatasi jantung. Pada beberapa kasus alat bantu ventrikel mungkin diperlukan untuk mendukung gagal jantung sampai ditemukan donor yang sesuai.
Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan kardiomiopati adalah sebagai berikut:
1.      Penatalaksanaan pada Kardiomiopati Dilatasi/Kongestif.
Tidak ada pengobatan spesifik. Bila diketahui etiologinya diberikan terapi sesuai penyebab. Namun jika idiopatik, dilakukan terapi sesuai gagal jantung kongestif Yang terbaik adalah transplantasi jantung.
2.      Penatalaksanaan pada Kardiomiopati Hipertrofik
Yang utama adalah penggunaan penghambat beta adrenergik, misalnya propanolol, yang memiliki efek menurunkan kekuatan kontraksi ventrikel dan mencegah aritmia. Golongan antagonis kalsium, seperti verapamil, dapat pula dipakai meski harus berhati – hati pada pasien gagal jantung kongestif.
Dapat pula dilakukan miomektomi, penggantian katup mitral, dan pemasangan peace-maker. Digitalis, diuretic, nitrat, dan agonis beta adrenergik harus dihindari pemakaiannya, terutama pada pasien dengan perbedaan tekanan alur keluar ventrikel kiri karena dapat meningkatkan obstruksi alur keluar.

3.      Penatalaksanaan pada Kardiomiopati Restriktif
Sulit diobati, tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Dapat diberikan obat sistematik berupa diuretik untuk mengurangi kongesti. Bila terdapat gangguan irama diberikan obat anti aritmia

H.    Faktor resiko (Menurut Sumiati, dkk)

Berdasarkan survey lembaga JNC 7 dan NCEPATPIII (dalam T. Bahri Anwar, 2004) tentang PJK, terdapat 2 faktor resiko PJK, yaitu factor yang bisa di ubah dan factor yang tidak bisa di ubah.
Factor yang tidak bisa di ubah :
1.      Umur atau usia. Seperti halnya dengn penyakit lain, maka Penyakit Jantung Koroner akan semakin beresiko seiring bertambah usia. Idi inggris misalnya, separuh dari jumlah serangan jantung terjadi pada mereka yang berusia di atas 56 tahun, dan jumlahnya bertambah sesuai rata-rata pertambahan usia. Semakin tua usia seseorang, maka akan semakin mudah utuk penyakit jantung kronil (Anglo Scandinavian Cardiac Outcames Trial/ ASCOT). Hal ini bukan berarti bahwa Penyakit Jantung Koroner tidak akan menyerang usia muda karena pada saat inipu ini usia muda ada yang terserang Penyakit Jantung Koroner.Telah dibuktikan ada hubungan antara umur dan kematian akibat Penyakit Jantung Koroner. Sebagia besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun pun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan kadar kolestrol yaitu kadar kolestrol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di America serikat kadar kolestrol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur 20tahun. Pada laki-laki kadar kolestrol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolestrol perempuan sebelum menopaus (45-60 tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah minopaus kadar kolestrol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki

2.      Gender atau jenis kelamin
Penyakit Jantung Koroner banyak menyerang pada pria dari pada wanita.Penyebab pasti belum diketahui. Di amerika serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki ,mempunyai resiko Penyakit Jantung Koroner 2–3 kali lebih besar dari pada perempuan. Wanita yang masih mengalami menstruasi lebih terlindungi dari penyakit jantung disbanding pria.Ini karena pengaruh hormone ekstrogen pada wanita.Pada beberapa perempuan pemakaian oral konstrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatan kadar kolestrol pada wanita hamil kadar kolestrol nya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki di dapatkan lebih tnggi dari pada perempuan dimana ketingglan waktu10 tahun kebelakang akan tetapi setelah , menopaus hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki

3.      Riwayat keluarga atau factor genitik
Selain umur, riwayat keluarga dan jenis kelamin juga merupakan factor yang tidak bisa berubah.Anak dari orang tua yang menderita PJK mempunyai kemungkinan besar terserang penyakit.Sedangkan kaum pria lebih gampang terkena penyakit ini disbanding wanita.Factor yang bisa di ubah adalah kolestrol tinggi kebiasaan merokok, hipertensi, obesitas (terutama di perut), kurang aktvitas fisik, dan diabetes.Pria yang lingkar perutnya diatas 90 cm dan wanita lebih dari 80 cm mempuyai kecendrungan kuat terkena penyakit ini. “Penyakit Jantung Koroner lebih banyak menyerang penduduk di asia pasifik jika di bandingkan kawasan lain. Ini karena penduduk Negara-negara asia pasifik kurang berolahraga,” papar Djoko.
Factor yang dapat diubah atau dikendalikan :
1.      Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Hipertensi merupakan salah satu factor resiko utama untuk terjadinya Penyakit Jantung Koroner  penelitian diberbagai tempat di Indonesia ( 1978) mendapatkan prefalensi hipertensi untuk Indonesia berkisar antara 6-15%, sedangkan Negara-negara maju seperti misalnya, Amerika National Health Survey menemukan prefekuensi yang lebih tinggi yaitu mencapai 15-20%. Lebih kurang 60% penderita hipertensi tidak terdeteksi, 20 % dapat di ketahui tetapi tidak diobati atau tidak terkontrol tidak baik sedangkan hanya 20% dapat di obati dengan baik.tekanan darah tinggi menyebabkan tekanan pada jantung dan sirkulasi dan hal ini menimbulkan struk. Namun sering kali tekanan darah tinggi menimbulkan serangan jantung pada orang yang tingkat kolestronya tinggi. Tekanan darah tinggi di pembuluh nadi akan merusak dinding pembuluh darah dan merangsang timbulnya atheroma. Jantung juga harus berkerja lebih keras untu memompa darah yang bertekanan tinggi tampak suplai oksigen yang mencukupi. Hal ini meningkatkan kemungkinan orang terkena amina ( serangan jantung). Factor ini bisa dikendalikan dengan pengobatan untuk menurunkan tekanana darah.

2.      Penyakit diabetes meletus atau kencing manis.
Diabetes adalah suatu kondisi umum sepertinya suatu kondisi umum yang menimpah sekitar 3-100 orang di inggris.Penybabnya adalah kekurangan atau resistensi terhadap hormone insulin yang mengontrol penyebaran glukosa ke sel-sel di seluruh tubuh melalui aliran darah. Diabetes dapat meningkatkan resiko gangguan dalam peredaran darah, termasuk, bagi wanita hal ini sangat penting karena penyakit ini dapat melawan daya perlindungan dari hormone-hormon wanita dan hampir sama dan banyak nya wanita dan pria penderita diabetes megalami Penyakit Jantung Koroner. Control yang baik terhadap diabetes dengan diet, tablet atau insulin dapat mengurai timbulnya masalah pada aliran darah dan jantung sebaliknya jika tidak terkontrol, diabetes dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah, termasuk kolestrol tinggi. Penyakit diabetes meletus dapat menyababkan resiko terserang penyakit jantung coroner 3 kali lebih banyak dibandingkan orang yang kadar gula darahnya dalam batas normal pada diabetes militus tumbul proses penebalan membra basalis ari kapiler dan pembuluh darah arteri koronalia, sehingga, terjadi penyempitan aliran darah ke jantung. Penyait ini dapat dikendalikan, menjaga kadar gula darah dengan menjaga kadar gula darah agar tetap normal.


3.      Merokok
Merokok sigaret berkaitan erat dengan resiko Penyakit Jantung Koroner. Zat-zat kimia dalam asam sigaret terserat ke dalam aliran darah dari paru-paru, lalu beredar keseeluruh tubuh, dan mempengaruhi setiap sel keseluruh tubuh.Zat-zat dikimia ini sering membuat pembuluh darah menyempit dan membuat sel-sel darah yang disebut platelet menjadi lebih lengket, sehingga mudah membentu gumpalan.

4.      Kolestrol atau kadar lemak dalam darah lebih dari normal
Kolestrol sebenenya diperlukan oleh tubuh kita, namun jikaberlebihan dapat menimbulkan penyakit jantung koronel. Tingginya kadar kolestrol sangat erat kandungannya dengan kebiasaan makan, keturunan dan social ekonomi seseorang. Peningkatan kadar kolestrol, terutama kolestrol yang “Jahat”, menyebabakan resiko terserang penyakit jantung koronil 3,5 kali lebih tinggi di bandingkan dengan yang kadar kolestrolnya dalam batas normal.

5.      Kegemukan
Kegemukan merupakan keadaan dimana berat badan melebihi 20% dari berat badan ideal. Kegemukana akan menambah kerja jantung. Keadaan ini meningkatkan resiko terjadinya tekanan darah tingi, kencing manis dan kolestrol kegemukan bisa dicegah dengan olah raga dan diet untuk menurunkan. Indeks Massa Tubuh (IMT) bisa digunakan untuk mengukur apakah berat badan anda termasuk kegemukan.Yaitu dengan rumus berat badan dalam kilo di bagi tinggi badan dan diameter dikuardratkan.
IMT= Berat Badan : Tinggi Badan X Tinggi Badan.
Misalnya Tinggi 1,65 meter dan berat badan 50 kg, maka IMT = 18, 36 ITM. Adapun IMT normal adalah 15,5-25,5. Dikatakan seseorang kegemukan berdasarkan berat badan ideal lebih dari 110% (TB cm-100), sedangkan berdasarkan IMT, jika berat badan lebih dari 23, pra obesitas 23-24,9, obesitas I 25-29,9 dan obesitas II lebih dari 30. Berdasarkan lingkar pinggang, perempuan lebih dari 80 cm dan pria lebih dari 90 cm. kadar kolestrol yang normal bisa di jaga dengan makanan seimbang dan menghindari makanan berkolestrol tinggi. Kolestrol tinggi baik bisa di tingkatkan dengan olah raga dan berhenti merokok.

6.      Stress
Banyak orang yang mendapatkan serangan jantung menyatakan bahwa stress adalah penyebabnya, secara ilmiah hal ini sebenernya sulit di buktikan. Jenis kepribadian tertentuk beresiko lebih tinggi dari pada seranbgan jantung. Teknologi modern memungkinkan orang melakukan sesuatu dalam beberapa jam dibandingkan masa premitif yang mungkin memerlukan waktu berhari-hari. Stress karena ingin sesuatu diluar kemampuan, ingin mencapai sesuatu ynag tidak realitis, digolongkan dalam kepribadian tipe A. penelitian membuktikan bahwa ada hubungan antara factor stress psikologi dengan kejadian penyakit jantung secara tioritis, stress yang terus menerus/berlangsung lama akan meninggikan kadar katekolamin dan tekanan darah, sehingga mengakibatkan penyempitan pembuluh darah koronil.

7.      Kurangnya aktivitas fisik.
Orang yang kurang bergerak (olahraga) cenderung menjadi gemuk, yang berarti berpotensi menjadi kencing manis, tekanan darah tinggi dan naiknya kolestrol. Keaaan ini meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.Data menunjukan bahwa pada orang yang bergerak, pembuluh darah korateral dari artri koronalia juga kurang, sehingga aliran darah ke jantung.










BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Kardiomiopati kongestif pada fase lanjut terjadi gagal jantung akibat kegagalan ventrikel kiri dengan manifestasi penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, dan pada kompensasi akhir bisa mengganggu ventrikel kanan dengan manifestasi emboli sistemik ini dan paru ( Muttaqin, Arif). Pengkajian keperawatan untuk pasien dengan kardiomiopati dimulai dengan riwayat yang lengkap sehubungan dengan tanda dan gejala yang ada. Karena masalahnya bersifat kronis, maka riwayat psikososial amat penting. Sistem dukungan kelaurga harus diidentifikasi sedini mungkin dan dilibatkan dalam penatalaksanaan pasien. Pengkajian fisikyang dilakukan harus ditunjukan untuk gejala dan tanda gagal jantung kongestif. Evaluasi status volume cairan yang cermat, tanda vital (mencangkup perhitungan tekanan nadi), dan auskultasi suara jantung S3 sangat penting sebagai dasar pengkajian.

Dokter mungkin menempatkan pasien diruangan monitor jantung, namun diagnosa sudah ditegakkan atau disritmia yang terjadi tidak terlalu berat maka pasien tidak perlu dipantau. Beratnya gagal jantung akan menentukan apakah pasien perlu dirawat diunit perawatan kritis ( Brubber & Suddarth). Proses keperawatan adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis dan sistematis, dinamis, dan teratur yang memerlukan pendekatan, perencanaan, dan pelaksanan asuhan keperawatan yang metodis dan teratur dengan mempertimbangkan ciri-ciri pasien yang bersifat bio-psiko-sosial-spiritual maupun masalah kesehatannya. (Depkes R.I, 1994:22). Perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan klien harus melalui proses keperawatan sesuai dengan teori dan konsep keperawatan dan diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan yang terorganisir meliputi pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi.
a.       Pengumpulan Data
1)    Data Demografi
Angka kejadian kardiomiopati dilatasi adalah  2 X terjadi pada laki-laki dan terjadi pada usia pertengahan. (Ignatavicius et al, 1995:919)

2) Riwayat Kesehatan
a)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Umumnya klien datang dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang dirasakan bertambah bila dilakukan aktivitas dan tidur terlentang dan berkurang bila diistirahatkan dan memakai 2-3 bantal. Sesak dirasakan pada daerah dada dan seperti tertindih benda berat. Skala sesak 0-4  dan dirasakan sering pada siang dan malam hari.
b)      Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun, Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaituantimyocardial antibodies, Proses infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan metabolik (defisiensi thiamine dan scurvy), gangguan imunitas (leukimia), Kehamilan dan kelainan post partum, toxic proses (alkohol dan chemoterapi), proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)
c)      Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular infeksi seperti TB dan hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung dan diabetes melitus di keluarga, bila ada cantumkan dalam genogram.

3)    Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi klien dikaji adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan jenis makanan. Klien mungkin akan merasa haus dan minum berlebihan (4000-5000 mL) akibat sekresi aldosteron. Adanya penurunan aktivitas dan aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya lemah, letih dan adanya dispneu. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun pada malam hari untuk eliminasi BAK.

4)    Pemeriksaan Fisik
a)      Sistem Pernafasan
Dispneu saat beraktivitas, Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bnatal, Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat paru kronis, penggunaan bantuan pernafasan (oksigen dan medikasi), nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot aksesori pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar dan mengi.
b)      Sistem Kardiovaskular
Distensi vena jugularis, pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3 dan s4 pada auskultasi jantung ,tekanan darah normal/turun, takikardi, disritmia (fibril atrium, blok jnatung dll)nadi perifer mungkin berkurang,;perubahan denyutan dapat terjadi;nadi sentral mungkin kuat, punggung kuku pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat
c)      Sistem Pencernaan
Kaji adanya peningkatan berat badan secara signifikan, mual dan muntah, anorexia, adanya nyeri abdomen kanan atas, hepatomegali dan asites
d)     Sistem Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan, sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus otot.
e)      Sistem Persyarafan
Kaji adanya rasa pening, perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan disorientasi
f)       Sistem Perkemihan
Kaji adanya nokturia dan penurunanan berkemih, urine berwarna gelap, penggunaan dan keadaan kateterisasi .
g)      Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, dan kulit teraba dingin, adanya kebiruan, pucat, abu-abu dan sianotik , dan adanya kulit yang lecet.

5)    Data psikologis
Kaji adanya kecemasan, gelisah  dan konsep diri dan koping klien  akibat penyakit, keprihatinan finansial dan hospitalisasi.

6)    Data social
Perlu dikaji tentang persepsi klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien dengan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas sosial atau menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan.

7)    Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya dihubungkan dengan agama yang dianutnya.. Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.



8)    Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat terhadap data senjang yang ditemukan sehingga diketahui permasalahan klien.

B.     Diagnosa Keperawatan ( Muttaqin, Arif)

Berdasarkan patofisiologi di atas dan dari data pengkajian, diagnosis keperawatan utama untuk klien ini adalah :
1.      Aktual/risisko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan diparu.
2.      Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung.
3.      Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik.
4.      Cemas yang berhuubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis ancaman, atau perubahan kesehatan.
5.      Resiko ketidak patuhan terhadap aturan terapeutik yang berhubungan dengan tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
6.      Masalah Kolaborasi, Komplikasi Potensial.
Berdasarkan pada data pengkajian, maka komplikasi potensial yang mungkin timbul adalah gagal jantung.

C.    Rencana/intervensi Keperawatan ( Menurut Muttaqin, Arif)

Tujuan utama mencakup mencegah mengurangi resiko penurunan curah jantung, meningkatkan kemampuan perawatan diri, mengurangi cemas, menghindari salah paham terhadap sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberikan, mematuhi program perawatan dini dan mencegah komplikasi
1.      Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru sekunder akibat edema paru akut.
Tujuan      : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria    : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal16-20 kali/menit, respon batuk berkurang
Intervensi
Rasional
1.  Auskultasi bunyi napas (kreakles)
Indikasi udema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
2. Kaji adanya udema
Curiga gagal kongestif/ kelebihan volume cairan
3. Ukur intake dan output
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan pengeluaran urine
4. Timbang berat badan
Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukan gangguan keseimbangan cairan
5.  Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam intoleransi kardiovaskuler
6. Kolaborasi:
a. Berikan diet tanpa garam
Memenuhi kebutuhan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung
Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium meningkat
b. Berikan diuretic, Contoh;furosemide, sprinolakton, hidronolakton.
Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan resiko terjadinya udema paru
c.  Pantau data laboratorium elektrolit kalium
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi

2.      Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung
Tujuan       : Dalam waktu 2x24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria      : Klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT<3 detik, urine > 600 ml/ hari
Intervensi
Rasional
1. Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila memungkinkan
Hipotensi dapat terjadi karena disfungsi ventrikel. Hipertensi juga fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri cemas, sehingga terjadi pengeluaran katekolamin
2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.
Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer.
3. Kaji kualitas peristaltik, jika diperlukan pasang sonde
Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna serta dampak penurunan elektrolit.
4. Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas
Sebagai dampak gagal jantung kanan. Jika berat, akan ditemukan adanya tanda kongestif
5. Pantau urine output
Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi urine, pemantauan yang ketat pada produksi urine  < 600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik
6.Catat murmur
Menunjukan gangguan aliran darah dalam jantung, kelainan katub, kerusakan septum, atau fibrasi otot  papilar.
7.Pantau frekuensi jantung dan irama
Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukan komplikasi distritmia
8. Berikan makanan kecil /mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
makanan besar dapat meningkatkan kerja miokard. Kafein dapat merangsang langsung ke jantung, sehingga meningkatkan frekuensi jantung.
9.Kolaborasi:
   Pertahankan cara masuk heparin ( IV) sesuai indikasi.
Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat.

3.       Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuha sekunder akibat penurunan curah jantung.
Tujuan       : Aktivitas sehari-hari klian terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
Kriteria      : Klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur.
Intervensi
Rasional
1.  Catat frekuensi jatung, irama; serta perunahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
Respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokard.
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.
Menurunkan kerja miokard / konsumsi oksigen
3.  Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya: mengejan saat defekasi.
Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung takikardi, serta peningkatan TD
4.   Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas. Contoh: Bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi,dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
Aktivitas yang maju memberikan control jantung, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan.
5.   Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut.
Untuk mengurangi beban jantung.
6.   Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien
Untuk meningkatkan aliran vena balik
7.  Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis
Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran vena balik.
8.  Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.
mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan aktivitas.
9.  Berikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas
Mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.
1   Pertahankan penambahan O2 sesuai.
Untuk meningkatkan oksigen jaringan.
11 Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta keluhan subyektif
Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.
12 Berikan diet sesuai kebutuhan ( pembatasan air dan Na)
Untuk mencegah retensi cairan dan udema akibat penurunan kontraktilitas jantung
13 Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan karena iskemia.

4.      Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
Tujuan       : Dalam waktu 1x24 jam  kecemasan klien berkurang
Kriteria      : Klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, wajah rileks.
Intervensi
Rasional
1.      Bantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan, dan takut.
Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya.
2.Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, damping klien, dan lakukan tindakan bila menunjukan perilaku merusak.
Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukan rasa agitasi, marah, dan gelisah.
3.Hindari konfrontasi
Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama dan mungkin memperlambat penyembuhan.
4.Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu.
5.Tingkatkan control sensasi klien
Kontrol sensasi klien (dalam menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping ( pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta memberikan respon umpan balik yang positif
6.Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
Orientasi dapat emnurunkan kecemasan
7.Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.
Dapat menghilangkan keteganggan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
8.Berikan privasi untuk klien dan orang terdekat
Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.
9.Kolaborasi:
·         Berikan anti cemas sesuai indikasi: Diazepam

Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan

5.      Resiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan aturan terapeutik, tidak mau menerima pola hidup yang sesuai.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam klien mengenal fakto-faktor yang menyebabkan peningkatan resiko kekambuhan.
Kriteria: Klien secara subyektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan aturan terapeutik jangka panjang dan mau menerima perubahan pola hidup yang evektif, klien mampu mengulangi factor-faktor resiko kekambuhan
Intervensi     Intervensi 
Rasional
1. Identifikasi factor yang mendukung pelaksanaan terapeutik
Keluarga terdekat apakah suami/istri atau anak yang mampu mendapat penjelasan dan menjadi pengawas klien dalam menjalankan pola hidup yang efektif  selama klien di rumah dan memiliki waktu yang optimal dalam menjaga klien
2.  Berikanpenjelasan penatalaksanaan  terapeutik lanjutan
Setelah mengalami serangan akut, perawat perlu menjelaskan penatalaksanaan lanjutan dengan tujuan dapat: Membatasi progresivitas kegagalan jantung, Meningkatkan perawatan diri, Menurunkan kecemasan, Mencegah aritmia dan komplikasi.
3.   Menyarankan kepada keluarga agar memanfaatkan sarana kesehatan di masyarakat
Memudahkan klien dalam memonitor  status kesehatannya
4.  Ajarkan strategi menolong diri sendiri
·     Anjurkan untuk memantau berat badan pada saat bangun tidur sebelum makan pagi,dengan pakaian yang sama dan dengan timbangan yang sama.
·     Melaporkan peningkatan berat badan yang melebihi 1,5 kg dalam 1 minggu ( tanpa perubahan pola makan)
Peningkatan berat badan merupakan factor yang meningkatkan beban  jantung dalam melakukan kontrasi
5.  Mengikuti latihan fisik rutin
Latihan fisik rutin secara bertahap memberikan adaptasi pada ventrikel kiri dalam melakukan kompensasi kebutuhan suplai darah otot rangka.
Exertion. Aktivitas yang berlebihan dapat menjadi presipitasi serangan angina kembali. Klien dianjurkan untuk megurangi kualitas dan kuantitas kegiatan fisik dari yang biasa klien lakukan sebelum keluhan gagal jantung.
6.  Beri penjelasan tentang
·    Pemakaian obat nitrogliserin

Minum obat nitrogliserin( venodilatasi perifer dan koroner) 0,4-0,6 mg tablet secara sublingual 3-5 menit sebelum melakukan aktivitas dengan tujuan untuk mengantisipasi serangan angina. Klien dianjurkan untuk selalu membawa obat tersebut setiap keluar rumah walaupun klien tidak merasakan gejala dari angina.
·    Hindari merokok
·         Merokok akan meningkatkan adhesi trombosit yang merangsang pembentukan thrombus pada arteri koroner.
·         Hemoglobin lebih mudah berikatan dengan karbonmonoksida dibandingkan dengan oksigen, sehingga akan menurunkan asupan oksigen secara umum.
·         Nikotin dan tar mempunyai respon terhadap sekresi hormone vasokonstriktor, sehingga akan meningkatkan beban kerja jantung
·    Pendidikan kesehatan diet
Konsumsi banyak makan garam merupakan salah satu factor presipitasi serangan sesak napas dan edema ekstremitas.
Aktivitas yang dilakukan setelah makan yang cukup banyak dapat meningkatkan resiko angina. Klien dianjurkan agar beraktifitas setelah paling kurang 1 jam setelah makan. Pemberian makan sedikit tapi sering akan mempermudah saluran pencernaan dalam mencerna makanan sangat dianjurkan pada klien setelah mengalami serangan angina
·   Manuver dinamik
Klien dianjurkan untuk menghindari manuver dinamik seperti: berjongkok, mengejan, dan terlalu lama menahan napas yang merupakan factor presipitasi timbulnya angina. Dalam melakukan defekasi klien dianjurkan pemberian laxantia agar dapat mempermudah pola defekasi klien.
·    Pendidikan kesehatan sex
Jika berhubungan sex merupakan salah satu factor presipitasi angina pada klien,maka sebelum amlakukan aktivitas seksual klien dianjurkan untuk meminum obat nitrogliserin atau sedative atau keduanya. Pengaturan sedikit aktivitas fisik pada klien dalam melakukan aktifitas seksual dapat dijelaskan pada pasangannya.
·   Stres emosional
Serangan sesak napas dari gagal jantung kiri lebih sering terjadi pada klien yang mengalami kecemasan, ketegangan,serta eforia atau kegembiraan yang berlebihan. Pemberian obat sedatif ringan seperti diazepin dapat mengurangi respon lingkungan yang member dampak stress emosional. Klien dianjurkan untuk melakukan curah pendapat dengan perawat dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
7.  Beri dukungan secara psikologis
Dapat membantu meningkatkan motivasi klien dalam mematuhi apa yang telah diberikan penjelasan.


D.    Implementasi

1.      Mengatasi Kesulitan Napas
Karena kebanyakan gejala dan tanda dapat dikoreksi dengan bahan farmakologis, maka perhatian harus dipusatkan pada ketepatan waktu pemberian obat yang diresepkan. Dokumentasi respons pasien yang cermat sangat penting.batuan napas dengan tambahan oksigen melalui hidung juga diperlukan. Pasien akan terasa nyaman bila diperbolehkan duduk dikursi disamping tempat tidur. Posisi ini sangat membantu mengumpulkan darah vena ke perifer dan mengurai preload membantu pasien agar tetap hangat dan mengganti posisi sesering mungkin akan menstimulasi stimulus dan mengurangi kepentingan kerusakan kulit. Menjaga lingkungan bebas dari debu, sampah, bunga, dan parfum juga akan membantu pernapasan
2.      Peningkatan Toleransi Aktivitas
Merencanakan asuhan keperawatan sehungga pasien dapat berpartisipasi sesering mungkin dalam aktivitas meski dalam waktu yang pendek sangat penting. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencapai tujuan, meskipun kecil, juga dapat meningkatkan perasaan sehat. Misalnya bekerja sama dengan pasien pada sat mandi dalam menentukan baagian yang tidak perlu mendapat bantuan, dan kemudian memberikan waktu istrahat sebelum menyelesaikan mandinya, dapat membantu pasien menghemat energiny. Aktivitas yang dapat menghabiskan energy sebaiknya dihindari.

3.      Mengurangi Kecemasan
Pasien diberi informasi yang penting mengenai tanda dan gejala kardiomiopati dan didorong untuk menyelesaikan berbagai aktivitas perawatan diri. Ciptakan suasana agar pasien merasa bebas untuk mengungkapkan ketakutannya, seperti misalnya memberikan keyakinan agar pasien merasa aman. Bila pasien sedang mengahadapi kematian atau menunggu operasi transplantasi, harus diberiakn waktu untuk mendiskusikan masalah tersebut. Dukungan spiritual, psikologis dan emosional perlu diberikan kepada pasien atau orang-orang terdekat.

4.      Penyuluhan Pasien dan Pertimbangan Perawatan Dirumah
Pasien dengan kardiomiopati perlu beralajr aktivitas perawatan diri yang diperlukan dan bagaimana melaksanakannya dirumah. Bagi pasien yang direncanakan menjalani transplantasi, maka status kesehatan yang obtimal sangat penting. Perkembangan yang memuaskan dapat dicapai melalui program pengobatan yang telitii, yang biasanya terjadi dari berbagai macam obat yang berbeda untuk mempertahankan keadaan bebas dari gagal jantung. Perawat merupakan bagian integral dalam proses saat ia mengkaji ulang gaya hidup dan bekerjasama melaksanakan aktivitas terapi diatas dengan keluhan seminamal mungkin. Membantu menerima status penyakit membuat pasien mudah mengikuti program perawatan diri dirumah.

E.     Evaluasi ( Menurut Muttaqin, Arif)

Hasil yang Diharapkan
1.      Menunjukan perbaikan fungsi pernapasan
a.       Kecepatan pernapasan dalam batas normal
b.      Gas darah normal
c.       Melaporkan berkurangnya dipsnu dan bertambahnya rasa nyaman
d.      Mengguankan terapi oksigen seperti yang disampaikan
2.      Meningkatnya toleransi terhadap aktivitas
a.       Melakukan aktifitas hidup sehari-harinya (menggosok gigi, makan sendiri).
b.      Berpindah dari kursi ketempat
c.        tidur sendiri
d.      Melaporkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
3.      Mengalami berkurangnya kecemasan
a.       Mendiskusikan prognosis dengan bebas
b.      Mengungkapkan kecemasan dan keprihatinannya
c.       Berpartisipasi dalam kelompok pendukung
4.      Mematuhi program perawatan diri
a.       Minum obat jadwal yang diresepkan
b.      Melakukan penyesuaian gaya hidup untuk mengakomodasi keterbatsana aktivitas
c.       Mengidentifikasi tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada tenaga kesehatan professional.

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya d atas dan puncaknya di bawah.Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri.Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.Jantung dibentk oleh organ-organ muskuler, Apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta vertikl kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm.berat jantung sekitar 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa priode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 darah.Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tenagah-tengah dada, berumpu pada digraphraghma thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas processus ximphoideus. Pada tepi kanan cranial berada di tepi cranialis pars cartilaginis costa IIIdextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang inter costalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea midiocelavicularus .selaput yang membungkus jantung di sebut prikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavung pericardii berisis 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium

B.     Saran

Dalam hal ini perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit kardiomiopati karena akan menjadi fatal jika terlambat menaganinya. Selain itu perawat juga memberi health ducation kepada klien dan keluarga agar mereka paham dengan kardiomiopati dn bagaimana pengobatan nya.


DAFTAR PUSTAKA


Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 2. EGC, Jakarta.
Doenges Marilynn E, dkk. 2000.Rencana Asuhan Keperawatn. EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta. Buku Kedokteran. EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculapius FKUI, Jakarta
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta. Salmba Medika
Smeltzer, Suzanne C, 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Buku Kedokteran. EGC
Sumiati. 2010. Penanganan stress pada penyakit jantung koroner. Jakarta. CP.Trans Info Media

0 komentar:

Posting Komentar