BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jantung merupakan organ paling penting dalam tubuh, jantung
berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh,oleh karena itu kita harus
senantiasa memperhatikan kesehatan jantung kita, selain itu penyakit jantung
merupaka penyakit maut yang mematikan diseluruh dunia. Salah satunya yaitu
kardiomiopati, yang akhir-akhir ini semakin meningkat freuensinya. Dibeberapa Negara,
meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia.
Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit
kardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan Negara Eropa Timur.
Kardiomiopati merupakan penyebab kematian
sampai sebesar 30%. Kardiomiopati merupakan suatu kelompok penyakit yang
langsung mengenai otot jantung (miokard) yang menyebabkan otot jantung menjadi
lemah.
Kardiomiopati pada anak masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Konsekuensi jangka panjang utama
miokarditis adalah terjadinya kardiomiopati dilatasi/Dilated
Cardiomyopathies dengan gagal jantung. Insidensi kardiomiopati dilatasi
diperkirakan 2 – 8 kasus per 100.000 anak, dengan prevalensi 36 per 100.000.
Hampir separuh dari kasus kardiomiopati dilatasi pada anak disebabkan oleh
miokarditis. Setiap tahun di Amerika Serikat lebih dari 750.000 kasus gagal
jantung yang dilaporkan, dengan kematian 250.000, miokarditis dan kardiomiopati
dilatasi merupakan penyebab 25%kasus ini. Insidensi miokarditis pada anak tidak
diketahui pasti karena banyak kasus miokarditis pada anak tidak menunjukkan
gejala. Gejala penyakit juga menunjukkan variasi yang luas, mulai dari gagal
jantung kongestif yang timbul perlahan sampai syok kardiogenik. Selain itu,
diagnosis miokarditis seringkali sulit karena gambaran klinisnya tidak jelas,
dapat menyerupai gejala penyakit lain. Kardiomiopati
atau lemah jantung dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera
didiagnosis dan ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat timbul,
di antaranya penggumpalan darah hingga terhambatnya aliran ke organ tubuh
lain,katup jantung yang tidak menutup sempurna hingga berisiko menjadi penyebab
aliran darah mengarah kembali ke jantung, atau gagal jantung yang dapat
berujung kepada kematian mendadak. Segera hubungi dokter untuk mendapatkan
penanganan sebelum kondisi kesehatan bertambah parah dan memicu penyakit
komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu pasien dengan
penyakit jantung kardiomiopati yaitu perawat dapat melakukan penyuluhan
mengenai bagaimana cara menghindari penyakit kardiomiopati dengan cara menjaga
gaya hidup, pola makan dan lain – lain, perawat juga dapat memberitahu klien
atau pasien bagaimana cara mencegah atau mengobati penyakit kardiomiopati,
perawat juga dapat berperan sebagai pengobatan dengan cara melkukan tindakan
pemberian obat yang telah diberi dokter untuk klien dengan penyakit
kardiomiopati disini perawat dapat mengontol apakah obat yang diberikan diminum
sesuai dengan instruksi yang diberi kan okter dan yang terakhir perawat
berperan sebagai rehabilitative agar pengobatan ini berjalan dengan baik sesuai yang
diharapkan dan proses penyembuhan dapat lebih cepat. Dan disini juga kelompok
memiliki alasan kenapa membahas penyakit ini. Alasan
nya membahas penyakit jantung kardiomiopati yaitu tidak lain untuk mengetahui
apa penyebab penyakit kardiomioapti, kenapa bisa terjadi, apa saja komplikasi
nya bagaimana cara penanganan nya dan pengobatan bila penyakit ini sudah berkelanjutan.
Dan apakah penyakit ini disebabkn oleh factor genetic atau bukan, ini lah
alasan kelompok mengangkat masalah penyakit kardiomiopati.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi kardiomiopati?
2.
Apa etiologi dan faktor resiko kardiomiopati?
3.
Bagaimana patofisiologi kardiomiopati?
4.
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
kardiomiopati?
C.
Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
1. Menjelaskan definisi kardiomiopati
2. Menjelaskan etiologi dan faktor
resiko penyakit kardiomiopati
3. Menjelaskan patofisiologi serta gejala
manifestasi klinis kardiomiopati
4. Menjelaskan asuhan eperawatan pada
pasien kardiomiopati
b. Tujuan Khusus
1.
Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor resiko
serta patifiologi kardiomiopati
2.
Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawtan dapat memahami
asuhan keperawtan terhadap pasien kardiomiopati
3.
Perawat daat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
terhadap pasien dengan kardiomiopati
D.
Sistematika
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
a. Bab
I : Berisi Latar Belakang, Rumusan
Masalah dan Tujuan Penulisan
b. Bab
II : Berisi Konsep Dasar, Patofisiologi, Manifestasi klinis, Factor resiko, Evaluasi
Diagnostik, Penatalaksanaan, Proses Keperawatan
c. Bab
III : Berisi Kesimpulan dan saran
d. Daftar
Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Fisiologi
Jantung
adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di
atas dan puncaknya di bawah.Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri.Jantung
merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.Jantung dibentk oleh organ-organ
muskuler, Apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta vertikl kanan dan
kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal
kira-kira 6 cm.berat jantung sekitar 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih
besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan
dalam masa priode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571
darah.Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tenagah-tengah
dada, berumpu pada digraphraghma thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas
processus ximphoideus. Pada tepi kanan cranial berada di tepi cranialis pars
cartilaginis costa IIIdextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan
caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari
tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars
cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada
pada ruang inter costalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea midiocelavicularus
.selaput yang membungkus jantung di sebut prikardium dimana terdiri antara
lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavung pericardii berisis 50 cc yang
berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan
epicardium ( Menurut Suamiati, dkk)
Epicardium
adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan
myocardium dimana lapisa ini adalah lapisan yang paling tebal.Lapisan terakhir
adalah lapisan endocardium. Ada 4 ruangan dalam jantung di mana 2 dari ruang
itu disebut atrium dan sisa nya ventrikel apa orang awam atrium dikenal dengan
serambi dan ventrikel dengan bilik.Diantra atrium kanan dan ventrkel kanan nada
katuk yang memisahkan keduanya yaitu katup tricuspid, sedangkan apa atrium kiri
dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral. Kedua
katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat
darah masuk dari atrium ke ventrikel. Jatung
kiri berfungsi untuk memompa daral bersih yang kaya akan oksigen/zat keseluruh
tubuh sedangkan jantung kanan berfungsi nemampung darah kotor yang rendah
oksigen, kaya karbondioksida/zat atau zat asam arang, yang kemudian di alirkan
ke paru-paru untuk dibersihkan. Jantung normal besar nya segenggam tangan kiri
pemiliknya. Jantung berdenyut 60-80 kalipermenit, denyutan bertambah cepat pada
saat aktivitas atau emosi, agar kebutuhan tubuh akan energy dan terpenuhi.
Andaikan bdenyutan jantung 70 kali per menit, aka dala 1 jam jantung terdenyut
4200 kali atau 100.800 kali sehari semalam. Tiap kali berdenyut dipompakan
darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah sebanyak
kira-kira 7000 liter. Untuk memenuhi kebutuhan energy otot jantung, tersedia
pembuluh darah/arteri koroner yang mengalirkan darah sarat nutrisi pembuluh
darah ini keluar dari pangkal pembuluh darah utama/aorta, ada dua yakni arteri
coroner kiri (LCA) dan arteri koroner kanan (RCA). Arteri koroner merupakan
pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah. Arteri coroner itu lebih spesifiknya memberikan
oksigen-oksigen yang terdapat di dalam ke otot-otot jantung yang terdapat di
dinding jantung. Hal ini sangat perlu dipertahankan agar seseorang dapat
bertahan hidup karena oksigen-oksigen ini akan digunakan untuk respirasi otot
jantung agar jantung dapat terus memompa darah ke seluruh tubuh. Jika
oksigen-oksigen ini tidak dapat disalurkan denagn baik ke otot –otot jantung,
maka jantung akan menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah keseluruh tubuh.
Hasilnya, orang tersebut akan meninggalkan karena proses-proses biologis di
dalam dirinya tidak apat dilalukan karena oran-organ tubuh tidak mendapatkan nutrisi
dan oksigen dari darah ( Menurut Sumiati, dkk).
B. Pengertian
Kardiomiopati
Miopati
merupakan penyakit otot, kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit yang mempengaruhi
struktur dan fungsi miokardium.Kardiomiopati digolongkan berdasar patologi,
fisiologi dan tanda klinisnya, penyakit ini dikelompokkan menjadi (1)
kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif ; (2) kardimiopati hiprtrofik
; (3) kardiomiopati restriktif. Tanpa memperhatikan kategori dan penyebabnya,
penyakit ini dapat meyebabkan gagal jantung berat dan menyebabkan
kematian.Kardimiopati dilatasi atau kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang
paling sering terjadi.Ditandai dengan adanya dilasi atau pembesaran rongga
ventrikel bersama dengan enipisan dinding otot, pembesaran arium kiri, dan
stasis darah dalam ventrikel.pada pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan
berkurangnya jumlah elemen kontraktil serat otot.Konsumsi alkohol yang berlebihan
sering berakibat kardiomiopati jenis ini. Kardiomiopati hipertrofi jarang
terjadi. Pada kardiomiopati hipertofi, massa otot jantung bertambah berat
terutama sepanjang sektum. Terjadi peningkatan ukuran sektum yang dapat
menghambat aliran darah dari atrium ke ventrikel; selanjutnya, katagori ini di
bagi menjadi jenis opstruktif dan non opstruktif.Kardiomiopati restriktif
adalah jenis terakhir dan kategori yang jarang terjadi.Bentuk ini di tandai
dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja volumenya. Kardiomiopati
restriktif dapat di hubungkan denganamyloidosis (dimana amiloit, suatu protein,
tertimbun dalam sel ) dan penyakit insfilteratif lain. Tanpa memperhatikan
pembedaannya masing-masing, fisiologi kardiomiopati merupakan urutan kejadian
yang progrsif yang di akhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan ventrikel
kiri.Karena volume sekuncup makin lama makin bekurang, maka terjadi stimulasi
saraf simpatif.Mengakibatkan peningkatkan tahanan faskuler sistemik. Seperti
patofisiolgi pada gagal jantung dengan berbagi penyebab, ventrikel kiri akan
membesar untuk meng akomodasi kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami
kegagalan ( Menurut Brunner & Suddarth).
C. Etiologi
Penyebab
terjadinya penyakit jantung kardiomiopati, menurut muttaqin, Arif sebagai
berikut:
a.
Kardiomiopati Dilatasi
Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak
diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan beberapa hal
seperti pemakaian alkohol berlebihan, graviditas, hipertensi sistemik, infeksi
virus, kelainan autoimun, bahan kimia dan fisik. Individu yang mengkonsumsi
alkohol dalam jumlah besar lebih dari beberapa tahun dapat mengalami gambaran
klinis yang identik dengan kardiomiopati dilatasi. Alkoholik dengan gagal
jantung yang lanjut mempunyai prognosis buruk, terutama bila mereka meneruskan
minum alkohol. Kurang dari ¼ pasien yang dapat bertahan hidup sampai 3 tahun.
Penyebab kardiomiopati dilatasi lain adalah kardiomiopati peripatum,
dilatasi jantung dan gagal jantung kongesti tanpa penyebab yang pasti serta
dapat timbul selama bulan akhir kehamilan atau dalam beberapa bulan setelah
melahirkan. Penyakit neuromuskuler juga merupakan penyebab kardiomiopati
dilatasi. Keterlibatan jantung biasa didapatkan pada banyak penyakit distrofi
muskular yang ditunjukkan dengan adanya EKG yang berbeda dan unik, ini terdiri
dari gelombang R yang tinggi di daerah prekordial kanan dengan rasio R / S
lebih dari 1,0 dan sering disertai dengan gelombang Q yang dalam di daerah
ekstremitas dan perikardial lateral dan tidak ditemukan ada bentuk distrofi
muskular lainnya. Pengobatan juga dapat mengakibatkan kardiomiopati dilatasi
seperti derivat antrasiklin, khususnya doksorubisin (adriamnyan) yang diberikan
dalam dosis tinggi (lebih dari 550 mg / m2 untuk doksorubisin)
dapat menimbulkan gagal jantung yang fatal. Siklofosfamid dosis tinggi dapat
menimbulkan gagal jantung kongestif secara akut.
b.
Kardiomiopati Restriktif
Etiologi penyakit ini tidak diketahui.
Kardiomiopati sering ditemukan pada amiloidosis, hemokromatis, defosit
glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia, fibro-elastosis dan fibrosis
miokard dengan penyebab yang berbeda. Fibrosis endomiokard merupakan penyakit progresif dengan
penyebab yang tidak diketahui yang sering terjadi pada anak-anak dan orang
dewasa muda, ditandai dengan lesi fibrosis endokard pada bagian aliran masuk
dari ventrikel
c. Kardiomiopati
hipertrofik
Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan
oleh faktor genetik, familiar, rangsangan katekolamin, kelainan pembuluh darah
koroner kecil. Kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi
atrioventrikuler dan kelainan kolagen
D.
Patofisiologi
Pada kardiomiopati kongestif terjadi
kehilangan fungsi miosit yang menyebabkan menurunya daya kontraksi dan
bertambahnya dilatasi jantung. Dilatasi menyebabkan menurunnya daya kontraksi sehingga
curah jantung makin menurun. Siklus antara mengurangnya curah jantung dengan
meningginya resistensi vaskular sistemik, pada gilirannya menyebabkan
bertambahnya resistensi ejeksi sehingga menurunkan lagi curah jantung.
Kardiomiopati
kongesti
|
kardiomiopati
restriktif
|
Gangguan injeksi ventrikel kiri
Statis
darah dalam vertikel dan di atrium
Peningkatan
preload dan afterload
|
Gagal
jantung kongestif
|
Peningkatan beban volume atrium
kiri
Kongesti paru
Edema paru
Sesak napas
|
Curah jantung
|
·
kondisi Prognosis
penyakit
·
Adanya program terapi
|
Penurunan suplai ke jaringan
|
1. Kecemasan
2. Pemenuhan pendidikan
kesehatan
|
·
Penurunan
·
prefusi perifer
·
Intoleransi aktivitas
|
Pola napas tidak efektif
|
Figur7.7
Patopisiologi kardiomiopati dalam keperawatan ( Muttaqin, Arif )
E.
Manifestasi
Klinis
Kardiomiopati
dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun wanita. Kebanyakan
dengan kardiomiopati kongestif, kardiomiopati hipertropi dan kardiomiopati
restriktif, yaitu: Injeksi ventrikel kiri terganggu, statis darah dalam
ventrikel dan kemudian dalam atrium,peningkatan preload dan menjadi gagal jantung
kongestif. Kardiomiopati pertama kali datang dengan gejala dan gagal jantung.
Dipsnu saat beraktivitas, paroksismal nocturnal dipsnu (PND), batuk, dan mudah
lelah adalah gejala yang pertama kali timbul. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting edema pada
bagian tubuh bawah, pembesaran hepar dan takikardia. Gejala penyakit jantung
coroner akan timbul apabila terjadi penyempitan sebesar 75% atau lebih dari
lumen arteri coroner.
F. Pemeriksaan Penunjang Menurut
(Doenges Marilynn E, dkk)
1. Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali,
terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura
2.
Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi
intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau
gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
3.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel
kiri, dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan
pengisian yang abnormal. Bila
terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume
akhir diastolik dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa
ventrikel, fraksi ejeksi (EF) mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan
penutupan katup aorta bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel
kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma
ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
4.
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri
disertai fungsinya yang berkurang.
5.
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar
serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung
berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan tekanan atrium
meningkat. Bila
terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan,
atrium kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi
ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma ventrikel sebagai penyebab
gagal jantung.
G. Penatalaksanaan (
Menurut Muttaqin, Arif)
a.
Pembatasan garam dan
pemberian diuretic untuk kardiomiopati dilatasi untuk menguranggi volume
diastolic akhir. Mungkin diperlukan obat – obat untuk gagal janjtung.
b.
Diberikan antikoagulan
untuk mencegah pembentukan embolus.
c.
Penyekat/beta diberikan
untuk kardiomiopati hipertropik untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga
waktu pengisian diastolok meningkat. Obat – obat ini juga menguranggi kekakuan
ventrikel.
d.
Data diusahakan reseksi
bedah pada bagian – bagian miokardium yang mengalami hipertropi.
e.
Penyekat saluran
kalsium tidak digunakan karena dapat semakin menurunkan kontraktilitas jantung.
Penatalaksanaan medis dilaksanakan untuk mengoreksi
gagal jantung. Apabila volume jantung telah berkembang sampai titik dimana
penatalaksanaaan medis sudah tidak efektif lagi, maka satu-satunya harapan agar
pasien bisa bertahan hanyalah transplatasi jantung. Pada beberapa kasus alat
bantu ventrikel mungkin diperlukan untuk mendukung gagal jantung sampai
ditemukan donor yang sesuai.
Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan
kardiomiopati adalah sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan pada Kardiomiopati
Dilatasi/Kongestif.
Tidak ada pengobatan
spesifik. Bila diketahui etiologinya diberikan terapi sesuai penyebab. Namun
jika idiopatik, dilakukan terapi sesuai gagal jantung kongestif Yang terbaik
adalah transplantasi jantung.
2. Penatalaksanaan pada Kardiomiopati
Hipertrofik
Yang utama adalah
penggunaan penghambat beta adrenergik, misalnya propanolol, yang memiliki efek
menurunkan kekuatan kontraksi ventrikel dan mencegah aritmia. Golongan
antagonis kalsium, seperti verapamil, dapat pula dipakai meski harus berhati –
hati pada pasien gagal jantung kongestif.
Dapat pula dilakukan miomektomi, penggantian katup mitral, dan pemasangan peace-maker. Digitalis, diuretic, nitrat, dan agonis beta adrenergik harus dihindari pemakaiannya, terutama pada pasien dengan perbedaan tekanan alur keluar ventrikel kiri karena dapat meningkatkan obstruksi alur keluar.
Dapat pula dilakukan miomektomi, penggantian katup mitral, dan pemasangan peace-maker. Digitalis, diuretic, nitrat, dan agonis beta adrenergik harus dihindari pemakaiannya, terutama pada pasien dengan perbedaan tekanan alur keluar ventrikel kiri karena dapat meningkatkan obstruksi alur keluar.
3. Penatalaksanaan pada Kardiomiopati
Restriktif
Sulit diobati,
tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Dapat diberikan obat sistematik
berupa diuretik untuk mengurangi kongesti. Bila terdapat gangguan irama
diberikan obat anti aritmia
H.
Faktor
resiko (Menurut Sumiati, dkk)
Berdasarkan
survey lembaga JNC 7 dan NCEPATPIII (dalam T. Bahri Anwar, 2004) tentang PJK,
terdapat 2 faktor resiko PJK, yaitu factor yang bisa di ubah dan factor yang
tidak bisa di ubah.
Factor yang tidak bisa di ubah :
1.
Umur atau usia. Seperti
halnya dengn penyakit lain, maka Penyakit Jantung Koroner akan semakin beresiko
seiring bertambah usia. Idi inggris misalnya, separuh dari jumlah serangan
jantung terjadi pada mereka yang berusia di atas 56 tahun, dan jumlahnya
bertambah sesuai rata-rata pertambahan usia. Semakin tua usia seseorang, maka
akan semakin mudah utuk penyakit jantung kronil (Anglo Scandinavian Cardiac
Outcames Trial/ ASCOT). Hal ini bukan berarti bahwa Penyakit Jantung Koroner
tidak akan menyerang usia muda karena pada saat inipu ini usia muda ada yang
terserang Penyakit Jantung Koroner.Telah dibuktikan ada hubungan antara umur
dan kematian akibat Penyakit Jantung Koroner. Sebagia besar kasus kematian
terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun pun dan meningkat dengan bertambahnya
umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan kadar kolestrol yaitu kadar
kolestrol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di America serikat
kadar kolestrol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur
20tahun. Pada laki-laki kadar kolestrol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan
akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolestrol perempuan
sebelum menopaus (45-60 tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur
yang sama. Setelah minopaus kadar kolestrol perempuan biasanya akan meningkat
menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki
2.
Gender atau jenis
kelamin
Penyakit
Jantung Koroner banyak menyerang pada pria dari pada wanita.Penyebab pasti
belum diketahui. Di amerika serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan
pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki
,mempunyai resiko Penyakit Jantung Koroner 2–3 kali lebih besar dari pada
perempuan. Wanita yang masih mengalami menstruasi lebih terlindungi dari
penyakit jantung disbanding pria.Ini karena pengaruh hormone ekstrogen pada
wanita.Pada beberapa perempuan pemakaian oral konstrasepsi dan selama kehamilan
akan meningkatan kadar kolestrol pada wanita hamil kadar kolestrol nya akan
kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki di
dapatkan lebih tnggi dari pada perempuan dimana ketingglan waktu10 tahun
kebelakang akan tetapi setelah , menopaus hampir tidak didapatkan perbedaan
dengan laki-laki
3.
Riwayat keluarga atau
factor genitik
Selain
umur, riwayat keluarga dan jenis kelamin juga merupakan factor yang tidak bisa
berubah.Anak dari orang tua yang menderita PJK mempunyai kemungkinan besar
terserang penyakit.Sedangkan kaum pria lebih gampang terkena penyakit ini
disbanding wanita.Factor yang bisa di ubah adalah kolestrol tinggi kebiasaan
merokok, hipertensi, obesitas (terutama di perut), kurang aktvitas fisik, dan
diabetes.Pria yang lingkar perutnya diatas 90 cm dan wanita lebih dari 80 cm
mempuyai kecendrungan kuat terkena penyakit ini. “Penyakit Jantung Koroner
lebih banyak menyerang penduduk di asia pasifik jika di bandingkan kawasan
lain. Ini karena penduduk Negara-negara asia pasifik kurang berolahraga,” papar
Djoko.
Factor yang dapat diubah atau dikendalikan
:
1.
Hipertensi atau tekanan
darah tinggi
Hipertensi
merupakan salah satu factor resiko utama untuk terjadinya Penyakit Jantung Koroner
penelitian diberbagai tempat di Indonesia
( 1978) mendapatkan prefalensi hipertensi untuk Indonesia berkisar antara
6-15%, sedangkan Negara-negara maju seperti misalnya, Amerika National Health
Survey menemukan prefekuensi yang lebih tinggi yaitu mencapai 15-20%. Lebih
kurang 60% penderita hipertensi tidak terdeteksi, 20 % dapat di ketahui tetapi
tidak diobati atau tidak terkontrol tidak baik sedangkan hanya 20% dapat di
obati dengan baik.tekanan darah tinggi menyebabkan tekanan pada jantung dan
sirkulasi dan hal ini menimbulkan struk. Namun sering kali tekanan darah tinggi
menimbulkan serangan jantung pada orang yang tingkat kolestronya tinggi.
Tekanan darah tinggi di pembuluh nadi akan merusak dinding pembuluh darah dan
merangsang timbulnya atheroma. Jantung juga harus berkerja lebih keras untu
memompa darah yang bertekanan tinggi tampak suplai oksigen yang mencukupi. Hal
ini meningkatkan kemungkinan orang terkena amina ( serangan jantung). Factor
ini bisa dikendalikan dengan pengobatan untuk menurunkan tekanana darah.
2.
Penyakit diabetes meletus
atau kencing manis.
Diabetes
adalah suatu kondisi umum sepertinya suatu kondisi umum yang menimpah sekitar
3-100 orang di inggris.Penybabnya adalah kekurangan atau resistensi terhadap
hormone insulin yang mengontrol penyebaran glukosa ke sel-sel di seluruh tubuh
melalui aliran darah. Diabetes dapat meningkatkan resiko gangguan dalam
peredaran darah, termasuk, bagi wanita hal ini sangat penting karena penyakit
ini dapat melawan daya perlindungan dari hormone-hormon wanita dan hampir sama
dan banyak nya wanita dan pria penderita diabetes megalami Penyakit Jantung Koroner.
Control yang baik terhadap diabetes dengan diet, tablet atau insulin dapat
mengurai timbulnya masalah pada aliran darah dan jantung sebaliknya jika tidak
terkontrol, diabetes dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah, termasuk
kolestrol tinggi. Penyakit diabetes meletus dapat menyababkan resiko terserang
penyakit jantung coroner 3 kali lebih banyak dibandingkan orang yang kadar gula
darahnya dalam batas normal pada diabetes militus tumbul proses penebalan
membra basalis ari kapiler dan pembuluh darah arteri koronalia, sehingga,
terjadi penyempitan aliran darah ke jantung. Penyait ini dapat dikendalikan,
menjaga kadar gula darah dengan menjaga kadar gula darah agar tetap normal.
3.
Merokok
Merokok
sigaret berkaitan erat dengan resiko Penyakit Jantung Koroner. Zat-zat kimia
dalam asam sigaret terserat ke dalam aliran darah dari paru-paru, lalu beredar
keseeluruh tubuh, dan mempengaruhi setiap sel keseluruh tubuh.Zat-zat dikimia
ini sering membuat pembuluh darah menyempit dan membuat sel-sel darah yang
disebut platelet menjadi lebih lengket, sehingga mudah membentu gumpalan.
4.
Kolestrol atau kadar
lemak dalam darah lebih dari normal
Kolestrol
sebenenya diperlukan oleh tubuh kita, namun jikaberlebihan dapat menimbulkan
penyakit jantung koronel. Tingginya kadar kolestrol sangat erat kandungannya
dengan kebiasaan makan, keturunan dan social ekonomi seseorang. Peningkatan
kadar kolestrol, terutama kolestrol yang “Jahat”, menyebabakan resiko terserang
penyakit jantung koronil 3,5 kali lebih tinggi di bandingkan dengan yang kadar
kolestrolnya dalam batas normal.
5.
Kegemukan
Kegemukan
merupakan keadaan dimana berat badan melebihi 20% dari berat badan ideal.
Kegemukana akan menambah kerja jantung. Keadaan ini meningkatkan resiko
terjadinya tekanan darah tingi, kencing manis dan kolestrol kegemukan bisa
dicegah dengan olah raga dan diet untuk menurunkan. Indeks Massa Tubuh (IMT)
bisa digunakan untuk mengukur apakah berat badan anda termasuk kegemukan.Yaitu
dengan rumus berat badan dalam kilo di bagi tinggi badan dan diameter
dikuardratkan.
IMT=
Berat Badan : Tinggi Badan X Tinggi Badan.
Misalnya
Tinggi 1,65 meter dan berat badan 50 kg, maka IMT = 18, 36 ITM. Adapun IMT
normal adalah 15,5-25,5. Dikatakan seseorang kegemukan berdasarkan berat badan
ideal lebih dari 110% (TB cm-100), sedangkan berdasarkan IMT, jika berat badan
lebih dari 23, pra obesitas 23-24,9, obesitas I 25-29,9 dan obesitas II lebih
dari 30. Berdasarkan lingkar pinggang, perempuan lebih dari 80 cm dan pria
lebih dari 90 cm. kadar kolestrol yang normal bisa di jaga dengan makanan
seimbang dan menghindari makanan berkolestrol tinggi. Kolestrol tinggi baik
bisa di tingkatkan dengan olah raga dan berhenti merokok.
6.
Stress
Banyak
orang yang mendapatkan serangan jantung menyatakan bahwa stress adalah
penyebabnya, secara ilmiah hal ini sebenernya sulit di buktikan. Jenis
kepribadian tertentuk beresiko lebih tinggi dari pada seranbgan jantung.
Teknologi modern memungkinkan orang melakukan sesuatu dalam beberapa jam
dibandingkan masa premitif yang mungkin memerlukan waktu berhari-hari. Stress
karena ingin sesuatu diluar kemampuan, ingin mencapai sesuatu ynag tidak
realitis, digolongkan dalam kepribadian tipe A. penelitian membuktikan bahwa ada
hubungan antara factor stress psikologi dengan kejadian penyakit jantung secara
tioritis, stress yang terus menerus/berlangsung lama akan meninggikan kadar
katekolamin dan tekanan darah, sehingga mengakibatkan penyempitan pembuluh
darah koronil.
7.
Kurangnya aktivitas
fisik.
Orang
yang kurang bergerak (olahraga) cenderung menjadi gemuk, yang berarti
berpotensi menjadi kencing manis, tekanan darah tinggi dan naiknya kolestrol.
Keaaan ini meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.Data menunjukan
bahwa pada orang yang bergerak, pembuluh darah korateral dari artri koronalia
juga kurang, sehingga aliran darah ke jantung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Kardiomiopati kongestif pada fase lanjut terjadi
gagal jantung akibat kegagalan ventrikel kiri dengan manifestasi penurunan
curah jantung, penurunan perfusi jaringan, dan pada kompensasi akhir bisa
mengganggu ventrikel kanan dengan manifestasi emboli sistemik ini dan paru (
Muttaqin, Arif). Pengkajian keperawatan untuk pasien dengan kardiomiopati
dimulai dengan riwayat yang lengkap sehubungan dengan tanda dan gejala yang
ada. Karena masalahnya bersifat kronis, maka riwayat psikososial amat penting.
Sistem dukungan kelaurga harus diidentifikasi sedini mungkin dan dilibatkan
dalam penatalaksanaan pasien. Pengkajian fisikyang dilakukan harus ditunjukan
untuk gejala dan tanda gagal jantung kongestif. Evaluasi status volume cairan
yang cermat, tanda vital (mencangkup perhitungan tekanan nadi), dan auskultasi
suara jantung S3 sangat penting sebagai dasar pengkajian.
Dokter mungkin menempatkan pasien diruangan monitor
jantung, namun diagnosa sudah ditegakkan atau disritmia yang terjadi tidak
terlalu berat maka pasien tidak perlu dipantau. Beratnya gagal jantung akan
menentukan apakah pasien perlu dirawat diunit perawatan kritis ( Brubber &
Suddarth). Proses keperawatan adalah suatu metode
pemberian asuhan keperawatan yang logis dan sistematis, dinamis, dan teratur
yang memerlukan pendekatan, perencanaan, dan pelaksanan asuhan keperawatan yang
metodis dan teratur dengan mempertimbangkan ciri-ciri pasien yang bersifat
bio-psiko-sosial-spiritual maupun masalah kesehatannya. (Depkes R.I, 1994:22). Perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan klien harus
melalui proses keperawatan sesuai dengan teori dan konsep keperawatan dan
diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan yang terorganisir meliputi
pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi.
a.
Pengumpulan Data
1)
Data Demografi
Angka kejadian
kardiomiopati dilatasi adalah 2 X terjadi pada laki-laki dan terjadi pada
usia pertengahan. (Ignatavicius et al, 1995:919)
2) Riwayat Kesehatan
a)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Umumnya klien datang
dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang dirasakan bertambah bila dilakukan
aktivitas dan tidur terlentang dan berkurang bila diistirahatkan dan memakai
2-3 bantal. Sesak dirasakan pada daerah dada dan seperti tertindih benda berat.
Skala sesak 0-4 dan dirasakan sering pada siang dan malam hari.
b)
Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun,
Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaituantimyocardial antibodies, Proses
infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan metabolik (defisiensi thiamine dan
scurvy), gangguan imunitas (leukimia), Kehamilan dan kelainan post partum,
toxic proses (alkohol dan chemoterapi), proses infiltrasi (amyloidosis dan
kanker)
c)
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota
keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular infeksi seperti TB dan
hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung dan diabetes
melitus di keluarga, bila ada cantumkan dalam genogram.
3)
Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi klien dikaji
adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan jenis makanan. Klien mungkin
akan merasa haus dan minum berlebihan (4000-5000 mL) akibat sekresi aldosteron.
Adanya penurunan aktivitas dan aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya
lemah, letih dan adanya dispneu. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering
terbangun pada malam hari untuk eliminasi BAK.
4)
Pemeriksaan Fisik
a)
Sistem Pernafasan
Dispneu saat beraktivitas,
Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bnatal,
Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat paru kronis, penggunaan bantuan
pernafasan (oksigen dan medikasi), nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot
aksesori pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar
dan mengi.
b)
Sistem Kardiovaskular
Distensi vena jugularis,
pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3 dan s4 pada auskultasi jantung
,tekanan darah normal/turun, takikardi, disritmia (fibril atrium, blok jnatung
dll)nadi perifer mungkin berkurang,;perubahan denyutan dapat terjadi;nadi
sentral mungkin kuat, punggung kuku pucat atau sianotik dengan pengisian
kapiler lambat
c)
Sistem Pencernaan
Kaji adanya peningkatan
berat badan secara signifikan, mual dan muntah, anorexia, adanya nyeri abdomen
kanan atas, hepatomegali dan asites
d)
Sistem Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan,
sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus otot.
e)
Sistem Persyarafan
Kaji adanya rasa pening,
perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan disorientasi
f)
Sistem Perkemihan
Kaji adanya nokturia dan
penurunanan berkemih, urine berwarna gelap, penggunaan dan keadaan kateterisasi
.
g)
Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian
tubuh bawah, dan kulit teraba dingin, adanya kebiruan, pucat, abu-abu dan
sianotik , dan adanya kulit yang lecet.
5)
Data psikologis
Kaji adanya kecemasan,
gelisah dan konsep diri dan koping klien akibat penyakit,
keprihatinan finansial dan hospitalisasi.
6)
Data social
Perlu dikaji tentang persepsi
klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien
dengan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut
serta dalam aktivitas sosial atau menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan
dan kelelahan.
7)
Data spiritual
Kaji tentang keyakinan
atau persepsi klien terhadap penyakitnya dihubungkan dengan agama yang
dianutnya.. Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.
8)
Analisa Data
Analisa data adalah
kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat terhadap data senjang yang
ditemukan sehingga diketahui permasalahan klien.
B.
Diagnosa
Keperawatan ( Muttaqin, Arif)
Berdasarkan patofisiologi di atas dan dari data
pengkajian, diagnosis keperawatan utama untuk klien ini adalah :
1. Aktual/risisko
tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan diparu.
2. Aktual/risiko
tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah
jantung.
3. Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik.
4. Cemas
yang berhuubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan,
situasi krisis ancaman, atau perubahan kesehatan.
5. Resiko
ketidak patuhan terhadap aturan terapeutik yang berhubungan dengan tidak mau
menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
6. Masalah
Kolaborasi, Komplikasi Potensial.
Berdasarkan pada data pengkajian, maka komplikasi
potensial yang mungkin timbul adalah gagal jantung.
C.
Rencana/intervensi
Keperawatan
( Menurut Muttaqin, Arif)
Tujuan
utama mencakup mencegah mengurangi resiko penurunan curah jantung, meningkatkan
kemampuan perawatan diri, mengurangi cemas, menghindari salah paham terhadap
sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberikan, mematuhi program perawatan
dini dan mencegah komplikasi
1.
Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif
yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di
paru sekunder akibat edema paru akut.
Tujuan :
Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria :
Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal16-20 kali/menit, respon batuk
berkurang
Intervensi
|
Rasional
|
1. Auskultasi bunyi
napas (kreakles)
|
Indikasi udema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
|
2. Kaji adanya udema
|
Curiga gagal kongestif/ kelebihan volume cairan
|
3. Ukur intake dan output
|
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan pengeluaran urine
|
4. Timbang berat badan
|
Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukan gangguan keseimbangan
cairan
|
5. Pertahankan
pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam intoleransi kardiovaskuler
6. Kolaborasi:
a. Berikan diet tanpa garam
|
Memenuhi kebutuhan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan
pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung
Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan
volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan
akan membuat kebutuhan miokardium meningkat
|
b. Berikan diuretic, Contoh;furosemide, sprinolakton,
hidronolakton.
|
Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan resiko terjadinya
udema paru
|
c. Pantau data
laboratorium elektrolit kalium
|
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi
|
2.
Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer
yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria :
Klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT<3 detik, urine >
600 ml/ hari
Intervensi
|
Rasional
|
1. Auskultasi TD. Bandingkan
kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila
memungkinkan
|
Hipotensi dapat terjadi karena disfungsi ventrikel.
Hipertensi juga fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri cemas, sehingga
terjadi pengeluaran katekolamin
|
2. Kaji warna kulit, suhu,
sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.
|
Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan
perifer.
|
3. Kaji kualitas peristaltik,
jika diperlukan pasang sonde
|
Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna
serta dampak penurunan elektrolit.
|
4. Kaji adanya kongesti hepar
pada abdomen kanan atas
|
Sebagai dampak gagal jantung kanan. Jika berat, akan
ditemukan adanya tanda kongestif
|
5. Pantau urine output
|
Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi
urine, pemantauan yang ketat pada produksi urine < 600 ml/hari
merupakan tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik
|
6.Catat murmur
|
Menunjukan gangguan aliran darah dalam jantung, kelainan
katub, kerusakan septum, atau fibrasi otot papilar.
|
7.Pantau frekuensi jantung dan
irama
|
Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukan
komplikasi distritmia
|
8. Berikan makanan kecil
/mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
|
makanan besar dapat meningkatkan kerja miokard. Kafein
dapat merangsang langsung ke jantung, sehingga meningkatkan frekuensi
jantung.
|
9.Kolaborasi:
Pertahankan cara masuk heparin ( IV) sesuai indikasi.
|
Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat.
|
3.
Intoleransi aktivitas yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan
kebutuha sekunder akibat penurunan curah jantung.
Tujuan :
Aktivitas sehari-hari klian terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
Kriteria :
Klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,
terutama mobilisasi di tempat tidur.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Catat frekuensi
jatung, irama; serta perunahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
|
Respon klien terhadap aktivitas
dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokard.
|
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan
aktivitas senggang yang tidak berat.
|
Menurunkan kerja miokard /
konsumsi oksigen
|
3. Anjurkan klien untuk
menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya: mengejan saat defekasi.
|
Dengan mengejan dapat
mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung takikardi, serta
peningkatan TD
|
4. Jelaskan pola
peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas. Contoh: Bangun dari kursi bila
tak ada nyeri, ambulasi,dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
|
Aktivitas yang maju memberikan
control jantung, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan.
|
5. Pertahankan
klien tirah baring sementara sakit akut.
|
Untuk mengurangi beban jantung.
|
6. Tingkatkan
klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien
|
Untuk meningkatkan aliran vena
balik
|
7. Pertahankan rentang
gerak pasif selama sakit kritis
|
Meningkatkan kontraksi otot
sehingga membantu aliran vena balik.
|
8. Evaluasi tanda vital
saat kemajuan aktivitas terjadi.
|
mengetahui fungsi jantung bila
dikaitkan dengan aktivitas.
|
9. Berikan waktu
istirahat diantara waktu aktivitas
|
Mendapatkan cukup waktu resolusi
bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.
|
1
Pertahankan penambahan O2 sesuai.
|
Untuk meningkatkan oksigen
jaringan.
|
11 Selama aktivitas kaji EKG,
dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta keluhan subyektif
|
Melihat dampak dari aktivitas
terhadap fungsi jantung.
|
12 Berikan diet sesuai kebutuhan (
pembatasan air dan Na)
|
Untuk mencegah retensi cairan dan
udema akibat penurunan kontraktilitas jantung
|
13 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
|
Meningkatkan jumlah oksigen yang
ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan
karena iskemia.
|
4.
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan
kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
Tujuan :
Dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang
Kriteria :
Klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap
tindakan, wajah rileks.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Bantu klien mengekspresikan
perasaan marah, kehilangan, dan takut.
|
Cemas berkelanjutan memberikan
dampak serangan jantung selanjutnya.
|
2.Kaji
tanda verbal dan non verbal kecemasan, damping klien, dan lakukan tindakan
bila menunjukan perilaku merusak.
|
Reaksi verbal/non verbal dapat
menunjukan rasa agitasi, marah, dan gelisah.
|
3.Hindari
konfrontasi
|
Konfrontasi dapat meningkatkan
rasa marah, menurunkan kerjasama dan mungkin memperlambat penyembuhan.
|
4.Mulai
melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang
dan suasana penuh istirahat.
|
Mengurangi rangsangan eksternal
yang tidak perlu.
|
5.Tingkatkan
control sensasi klien
|
Kontrol sensasi klien (dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien,
menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping ( pertahanan diri)
yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta
memberikan respon umpan balik yang positif
|
6.Orientasikan
klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
|
Orientasi dapat emnurunkan
kecemasan
|
7.Beri
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.
|
Dapat menghilangkan keteganggan
terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
|
8.Berikan
privasi untuk klien dan orang terdekat
|
Memberi waktu untuk
mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. Adanya
keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan
(misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.
|
9.Kolaborasi:
· Berikan
anti cemas sesuai indikasi: Diazepam
|
Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan kecemasan
|
5.
Resiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan
aturan terapeutik, tidak mau menerima pola hidup yang sesuai.
Tujuan: Dalam waktu
1x24 jam klien mengenal fakto-faktor yang menyebabkan peningkatan resiko
kekambuhan.
Kriteria: Klien secara
subyektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan aturan terapeutik
jangka panjang dan mau menerima perubahan pola hidup yang evektif, klien mampu
mengulangi factor-faktor resiko kekambuhan
Intervensi Intervensi
|
Rasional
|
1. Identifikasi factor yang
mendukung pelaksanaan terapeutik
|
Keluarga terdekat apakah
suami/istri atau anak yang mampu mendapat penjelasan dan menjadi pengawas
klien dalam menjalankan pola hidup yang efektif selama klien di
rumah dan memiliki waktu yang optimal dalam menjaga klien
|
2. Berikanpenjelasan penatalaksanaan terapeutik
lanjutan
|
Setelah mengalami serangan akut,
perawat perlu menjelaskan penatalaksanaan lanjutan dengan tujuan dapat: Membatasi
progresivitas kegagalan jantung, Meningkatkan perawatan diri, Menurunkan
kecemasan, Mencegah aritmia dan komplikasi.
|
3. Menyarankan
kepada keluarga agar memanfaatkan sarana kesehatan di masyarakat
|
Memudahkan klien dalam memonitor status
kesehatannya
|
4. Ajarkan strategi
menolong diri sendiri
· Anjurkan
untuk memantau berat badan pada saat bangun tidur sebelum makan pagi,dengan
pakaian yang sama dan dengan timbangan yang sama.
· Melaporkan
peningkatan berat badan yang melebihi 1,5 kg dalam 1 minggu ( tanpa perubahan
pola makan)
|
Peningkatan berat badan merupakan factor yang meningkatkan
beban jantung dalam melakukan kontrasi
|
5. Mengikuti latihan
fisik rutin
|
Latihan fisik rutin secara bertahap memberikan adaptasi
pada ventrikel kiri dalam melakukan kompensasi kebutuhan suplai darah otot
rangka.
Exertion. Aktivitas yang berlebihan dapat menjadi
presipitasi serangan angina kembali. Klien dianjurkan untuk megurangi
kualitas dan kuantitas kegiatan fisik dari yang biasa klien lakukan sebelum
keluhan gagal jantung.
|
6. Beri penjelasan
tentang
· Pemakaian
obat nitrogliserin
|
Minum obat nitrogliserin( venodilatasi perifer dan
koroner) 0,4-0,6 mg tablet secara sublingual 3-5 menit sebelum melakukan
aktivitas dengan tujuan untuk mengantisipasi serangan angina. Klien
dianjurkan untuk selalu membawa obat tersebut setiap keluar rumah walaupun
klien tidak merasakan gejala dari angina.
|
· Hindari
merokok
|
· Merokok
akan meningkatkan adhesi trombosit yang merangsang pembentukan thrombus pada
arteri koroner.
· Hemoglobin
lebih mudah berikatan dengan karbonmonoksida dibandingkan dengan oksigen,
sehingga akan menurunkan asupan oksigen secara umum.
· Nikotin
dan tar mempunyai respon terhadap sekresi hormone vasokonstriktor, sehingga
akan meningkatkan beban kerja jantung
|
· Pendidikan
kesehatan diet
|
Konsumsi banyak makan garam merupakan salah satu factor
presipitasi serangan sesak napas dan edema ekstremitas.
Aktivitas yang dilakukan setelah makan yang cukup banyak
dapat meningkatkan resiko angina. Klien dianjurkan agar beraktifitas setelah
paling kurang 1 jam setelah makan. Pemberian makan sedikit tapi sering akan
mempermudah saluran pencernaan dalam mencerna makanan sangat dianjurkan pada
klien setelah mengalami serangan angina
|
· Manuver dinamik
|
Klien dianjurkan untuk menghindari manuver dinamik
seperti: berjongkok, mengejan, dan terlalu lama menahan napas yang merupakan
factor presipitasi timbulnya angina. Dalam melakukan defekasi klien
dianjurkan pemberian laxantia agar dapat mempermudah pola defekasi klien.
|
· Pendidikan
kesehatan sex
|
Jika berhubungan sex merupakan salah satu factor presipitasi
angina pada klien,maka sebelum amlakukan aktivitas seksual klien dianjurkan
untuk meminum obat nitrogliserin atau sedative atau keduanya. Pengaturan
sedikit aktivitas fisik pada klien dalam melakukan aktifitas seksual dapat
dijelaskan pada pasangannya.
|
· Stres emosional
|
Serangan sesak napas dari gagal jantung kiri lebih sering
terjadi pada klien yang mengalami kecemasan, ketegangan,serta eforia atau
kegembiraan yang berlebihan. Pemberian obat sedatif ringan seperti diazepin
dapat mengurangi respon lingkungan yang member dampak stress emosional. Klien
dianjurkan untuk melakukan curah pendapat dengan perawat dengan
tujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
|
7. Beri dukungan secara
psikologis
|
Dapat membantu meningkatkan motivasi klien dalam mematuhi
apa yang telah diberikan penjelasan.
|
D.
Implementasi
1. Mengatasi
Kesulitan Napas
Karena kebanyakan gejala dan tanda dapat dikoreksi
dengan bahan farmakologis, maka perhatian harus dipusatkan pada ketepatan waktu
pemberian obat yang diresepkan. Dokumentasi respons pasien yang cermat sangat
penting.batuan napas dengan tambahan oksigen melalui hidung juga diperlukan.
Pasien akan terasa nyaman bila diperbolehkan duduk dikursi disamping tempat
tidur. Posisi ini sangat membantu mengumpulkan darah vena ke perifer dan
mengurai preload membantu pasien agar tetap hangat dan mengganti posisi
sesering mungkin akan menstimulasi stimulus dan mengurangi kepentingan
kerusakan kulit. Menjaga lingkungan bebas dari debu, sampah, bunga, dan parfum
juga akan membantu pernapasan
2. Peningkatan
Toleransi Aktivitas
Merencanakan asuhan keperawatan sehungga pasien
dapat berpartisipasi sesering mungkin dalam aktivitas meski dalam waktu yang
pendek sangat penting. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencapai tujuan,
meskipun kecil, juga dapat meningkatkan perasaan sehat. Misalnya bekerja sama
dengan pasien pada sat mandi dalam menentukan baagian yang tidak perlu mendapat
bantuan, dan kemudian memberikan waktu istrahat sebelum menyelesaikan mandinya,
dapat membantu pasien menghemat energiny. Aktivitas yang dapat menghabiskan
energy sebaiknya dihindari.
3. Mengurangi
Kecemasan
Pasien diberi informasi yang penting mengenai tanda
dan gejala kardiomiopati dan didorong untuk menyelesaikan berbagai aktivitas
perawatan diri. Ciptakan suasana agar pasien merasa bebas untuk mengungkapkan
ketakutannya, seperti misalnya memberikan keyakinan agar pasien merasa aman.
Bila pasien sedang mengahadapi kematian atau menunggu operasi transplantasi,
harus diberiakn waktu untuk mendiskusikan masalah tersebut. Dukungan spiritual,
psikologis dan emosional perlu diberikan kepada pasien atau orang-orang
terdekat.
4. Penyuluhan
Pasien dan Pertimbangan Perawatan Dirumah
Pasien dengan kardiomiopati perlu beralajr aktivitas
perawatan diri yang diperlukan dan bagaimana melaksanakannya dirumah. Bagi
pasien yang direncanakan menjalani transplantasi, maka status kesehatan yang
obtimal sangat penting. Perkembangan yang memuaskan dapat dicapai melalui
program pengobatan yang telitii, yang biasanya terjadi dari berbagai macam obat
yang berbeda untuk mempertahankan keadaan bebas dari gagal jantung. Perawat
merupakan bagian integral dalam proses saat ia mengkaji ulang gaya hidup dan
bekerjasama melaksanakan aktivitas terapi diatas dengan keluhan seminamal
mungkin. Membantu menerima status penyakit membuat pasien mudah mengikuti
program perawatan diri dirumah.
E. Evaluasi ( Menurut
Muttaqin, Arif)
Hasil yang Diharapkan
1. Menunjukan
perbaikan fungsi pernapasan
a. Kecepatan
pernapasan dalam batas normal
b. Gas
darah normal
c. Melaporkan
berkurangnya dipsnu dan bertambahnya rasa nyaman
d. Mengguankan
terapi oksigen seperti yang disampaikan
2. Meningkatnya
toleransi terhadap aktivitas
a. Melakukan
aktifitas hidup sehari-harinya (menggosok gigi, makan sendiri).
b. Berpindah
dari kursi ketempat
c. tidur sendiri
d. Melaporkan
peningkatan toleransi terhadap aktifitas
3. Mengalami
berkurangnya kecemasan
a. Mendiskusikan
prognosis dengan bebas
b. Mengungkapkan
kecemasan dan keprihatinannya
c. Berpartisipasi
dalam kelompok pendukung
4. Mematuhi
program perawatan diri
a. Minum
obat jadwal yang diresepkan
b. Melakukan
penyesuaian gaya hidup untuk mengakomodasi keterbatsana aktivitas
c. Mengidentifikasi
tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada tenaga kesehatan professional.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,
berongga dan dengan basisnya d atas dan puncaknya di bawah.Apex-nya (puncak)
miring ke sebelah kiri.Jantung merupakan organ utama dalam system
kardiovaskuler.Jantung dibentk oleh organ-organ muskuler, Apex dan basis
cordis, atrium kanan dan kiri serta vertikl kanan dan kiri. Ukuran jantung
kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm.berat jantung
sekitar 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap
harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa priode itu jantung memompa
2000 galon darah atau setara dengan 7.571 darah.Posisi jantung terletak di
antara kedua paru dan berada di tenagah-tengah dada, berumpu pada digraphraghma
thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas processus ximphoideus. Pada tepi
kanan cranial berada di tepi cranialis pars cartilaginis costa IIIdextra, 1 cm
dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis
pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri
cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di
tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang inter costalis 5,
kira-kira 9 cm di kiri linea midiocelavicularus .selaput yang membungkus jantung
di sebut prikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam
cavung pericardii berisis 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada
gesekan antara pericardium dan epicardium
B.
Saran
Dalam hal ini perawat harus selalu sigap dalam penanganan
penyakit kardiomiopati karena akan menjadi fatal jika terlambat menaganinya.
Selain itu perawat juga memberi health ducation kepada klien dan keluarga agar
mereka paham dengan kardiomiopati dn bagaimana pengobatan nya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 2. EGC, Jakarta.
Doenges
Marilynn E, dkk. 2000.Rencana Asuhan Keperawatn. EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit.
Jakarta. Buku Kedokteran. EGC.
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculapius FKUI, Jakarta
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan System Kardiovaskular dan Hematologi.
Jakarta. Salmba Medika
Smeltzer, Suzanne C, 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. Buku Kedokteran. EGC
Sumiati.
2010. Penanganan stress pada penyakit jantung koroner. Jakarta. CP.Trans Info
Media
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jantung merupakan organ paling penting dalam tubuh, jantung
berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh,oleh karena itu kita harus
senantiasa memperhatikan kesehatan jantung kita, selain itu penyakit jantung
merupaka penyakit maut yang mematikan diseluruh dunia. Salah satunya yaitu
kardiomiopati, yang akhir-akhir ini semakin meningkat freuensinya. Dibeberapa Negara,
meliputi Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia.
Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit
kardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan Negara Eropa Timur.
Kardiomiopati merupakan penyebab kematian
sampai sebesar 30%. Kardiomiopati merupakan suatu kelompok penyakit yang
langsung mengenai otot jantung (miokard) yang menyebabkan otot jantung menjadi
lemah.
Kardiomiopati pada anak masih merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Konsekuensi jangka panjang utama
miokarditis adalah terjadinya kardiomiopati dilatasi/Dilated
Cardiomyopathies dengan gagal jantung. Insidensi kardiomiopati dilatasi
diperkirakan 2 – 8 kasus per 100.000 anak, dengan prevalensi 36 per 100.000.
Hampir separuh dari kasus kardiomiopati dilatasi pada anak disebabkan oleh
miokarditis. Setiap tahun di Amerika Serikat lebih dari 750.000 kasus gagal
jantung yang dilaporkan, dengan kematian 250.000, miokarditis dan kardiomiopati
dilatasi merupakan penyebab 25%kasus ini. Insidensi miokarditis pada anak tidak
diketahui pasti karena banyak kasus miokarditis pada anak tidak menunjukkan
gejala. Gejala penyakit juga menunjukkan variasi yang luas, mulai dari gagal
jantung kongestif yang timbul perlahan sampai syok kardiogenik. Selain itu,
diagnosis miokarditis seringkali sulit karena gambaran klinisnya tidak jelas,
dapat menyerupai gejala penyakit lain. Kardiomiopati
atau lemah jantung dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera
didiagnosis dan ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat timbul,
di antaranya penggumpalan darah hingga terhambatnya aliran ke organ tubuh
lain,katup jantung yang tidak menutup sempurna hingga berisiko menjadi penyebab
aliran darah mengarah kembali ke jantung, atau gagal jantung yang dapat
berujung kepada kematian mendadak. Segera hubungi dokter untuk mendapatkan
penanganan sebelum kondisi kesehatan bertambah parah dan memicu penyakit
komplikasi. Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam membantu pasien dengan
penyakit jantung kardiomiopati yaitu perawat dapat melakukan penyuluhan
mengenai bagaimana cara menghindari penyakit kardiomiopati dengan cara menjaga
gaya hidup, pola makan dan lain – lain, perawat juga dapat memberitahu klien
atau pasien bagaimana cara mencegah atau mengobati penyakit kardiomiopati,
perawat juga dapat berperan sebagai pengobatan dengan cara melkukan tindakan
pemberian obat yang telah diberi dokter untuk klien dengan penyakit
kardiomiopati disini perawat dapat mengontol apakah obat yang diberikan diminum
sesuai dengan instruksi yang diberi kan okter dan yang terakhir perawat
berperan sebagai rehabilitative agar pengobatan ini berjalan dengan baik sesuai yang
diharapkan dan proses penyembuhan dapat lebih cepat. Dan disini juga kelompok
memiliki alasan kenapa membahas penyakit ini. Alasan
nya membahas penyakit jantung kardiomiopati yaitu tidak lain untuk mengetahui
apa penyebab penyakit kardiomioapti, kenapa bisa terjadi, apa saja komplikasi
nya bagaimana cara penanganan nya dan pengobatan bila penyakit ini sudah berkelanjutan.
Dan apakah penyakit ini disebabkn oleh factor genetic atau bukan, ini lah
alasan kelompok mengangkat masalah penyakit kardiomiopati.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi kardiomiopati?
2.
Apa etiologi dan faktor resiko kardiomiopati?
3.
Bagaimana patofisiologi kardiomiopati?
4.
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
kardiomiopati?
C.
Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
1. Menjelaskan definisi kardiomiopati
2. Menjelaskan etiologi dan faktor
resiko penyakit kardiomiopati
3. Menjelaskan patofisiologi serta gejala
manifestasi klinis kardiomiopati
4. Menjelaskan asuhan eperawatan pada
pasien kardiomiopati
b. Tujuan Khusus
1.
Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, faktor resiko
serta patifiologi kardiomiopati
2.
Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawtan dapat memahami
asuhan keperawtan terhadap pasien kardiomiopati
3.
Perawat daat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
terhadap pasien dengan kardiomiopati
D.
Sistematika
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini terdiri dari :
a. Bab
I : Berisi Latar Belakang, Rumusan
Masalah dan Tujuan Penulisan
b. Bab
II : Berisi Konsep Dasar, Patofisiologi, Manifestasi klinis, Factor resiko, Evaluasi
Diagnostik, Penatalaksanaan, Proses Keperawatan
c. Bab
III : Berisi Kesimpulan dan saran
d. Daftar
Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi Fisiologi
Jantung
adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di
atas dan puncaknya di bawah.Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri.Jantung
merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler.Jantung dibentk oleh organ-organ
muskuler, Apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta vertikl kanan dan
kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal
kira-kira 6 cm.berat jantung sekitar 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih
besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan
dalam masa priode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571
darah.Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tenagah-tengah
dada, berumpu pada digraphraghma thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas
processus ximphoideus. Pada tepi kanan cranial berada di tepi cranialis pars
cartilaginis costa IIIdextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan
caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari
tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars
cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada
pada ruang inter costalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea midiocelavicularus
.selaput yang membungkus jantung di sebut prikardium dimana terdiri antara
lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavung pericardii berisis 50 cc yang
berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan
epicardium ( Menurut Suamiati, dkk)
Epicardium
adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan
myocardium dimana lapisa ini adalah lapisan yang paling tebal.Lapisan terakhir
adalah lapisan endocardium. Ada 4 ruangan dalam jantung di mana 2 dari ruang
itu disebut atrium dan sisa nya ventrikel apa orang awam atrium dikenal dengan
serambi dan ventrikel dengan bilik.Diantra atrium kanan dan ventrkel kanan nada
katuk yang memisahkan keduanya yaitu katup tricuspid, sedangkan apa atrium kiri
dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral. Kedua
katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat
darah masuk dari atrium ke ventrikel. Jatung
kiri berfungsi untuk memompa daral bersih yang kaya akan oksigen/zat keseluruh
tubuh sedangkan jantung kanan berfungsi nemampung darah kotor yang rendah
oksigen, kaya karbondioksida/zat atau zat asam arang, yang kemudian di alirkan
ke paru-paru untuk dibersihkan. Jantung normal besar nya segenggam tangan kiri
pemiliknya. Jantung berdenyut 60-80 kalipermenit, denyutan bertambah cepat pada
saat aktivitas atau emosi, agar kebutuhan tubuh akan energy dan terpenuhi.
Andaikan bdenyutan jantung 70 kali per menit, aka dala 1 jam jantung terdenyut
4200 kali atau 100.800 kali sehari semalam. Tiap kali berdenyut dipompakan
darah sekitar 70 cc, jadi dalam 24 jam jantung memompakan darah sebanyak
kira-kira 7000 liter. Untuk memenuhi kebutuhan energy otot jantung, tersedia
pembuluh darah/arteri koroner yang mengalirkan darah sarat nutrisi pembuluh
darah ini keluar dari pangkal pembuluh darah utama/aorta, ada dua yakni arteri
coroner kiri (LCA) dan arteri koroner kanan (RCA). Arteri koroner merupakan
pembuluh darah yang mensuplai jantung dengan darah. Arteri coroner itu lebih spesifiknya memberikan
oksigen-oksigen yang terdapat di dalam ke otot-otot jantung yang terdapat di
dinding jantung. Hal ini sangat perlu dipertahankan agar seseorang dapat
bertahan hidup karena oksigen-oksigen ini akan digunakan untuk respirasi otot
jantung agar jantung dapat terus memompa darah ke seluruh tubuh. Jika
oksigen-oksigen ini tidak dapat disalurkan denagn baik ke otot –otot jantung,
maka jantung akan menjadi lemah dan tidak dapat menyediakan darah keseluruh tubuh.
Hasilnya, orang tersebut akan meninggalkan karena proses-proses biologis di
dalam dirinya tidak apat dilalukan karena oran-organ tubuh tidak mendapatkan nutrisi
dan oksigen dari darah ( Menurut Sumiati, dkk).
B. Pengertian
Kardiomiopati
Miopati
merupakan penyakit otot, kardiomiopati merupakan sekelompok penyakit yang mempengaruhi
struktur dan fungsi miokardium.Kardiomiopati digolongkan berdasar patologi,
fisiologi dan tanda klinisnya, penyakit ini dikelompokkan menjadi (1)
kardiomiopati dilasi atau kardiomiopati kongestif ; (2) kardimiopati hiprtrofik
; (3) kardiomiopati restriktif. Tanpa memperhatikan kategori dan penyebabnya,
penyakit ini dapat meyebabkan gagal jantung berat dan menyebabkan
kematian.Kardimiopati dilatasi atau kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang
paling sering terjadi.Ditandai dengan adanya dilasi atau pembesaran rongga
ventrikel bersama dengan enipisan dinding otot, pembesaran arium kiri, dan
stasis darah dalam ventrikel.pada pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan
berkurangnya jumlah elemen kontraktil serat otot.Konsumsi alkohol yang berlebihan
sering berakibat kardiomiopati jenis ini. Kardiomiopati hipertrofi jarang
terjadi. Pada kardiomiopati hipertofi, massa otot jantung bertambah berat
terutama sepanjang sektum. Terjadi peningkatan ukuran sektum yang dapat
menghambat aliran darah dari atrium ke ventrikel; selanjutnya, katagori ini di
bagi menjadi jenis opstruktif dan non opstruktif.Kardiomiopati restriktif
adalah jenis terakhir dan kategori yang jarang terjadi.Bentuk ini di tandai
dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja volumenya. Kardiomiopati
restriktif dapat di hubungkan denganamyloidosis (dimana amiloit, suatu protein,
tertimbun dalam sel ) dan penyakit insfilteratif lain. Tanpa memperhatikan
pembedaannya masing-masing, fisiologi kardiomiopati merupakan urutan kejadian
yang progrsif yang di akhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan ventrikel
kiri.Karena volume sekuncup makin lama makin bekurang, maka terjadi stimulasi
saraf simpatif.Mengakibatkan peningkatkan tahanan faskuler sistemik. Seperti
patofisiolgi pada gagal jantung dengan berbagi penyebab, ventrikel kiri akan
membesar untuk meng akomodasi kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami
kegagalan ( Menurut Brunner & Suddarth).
C. Etiologi
Penyebab
terjadinya penyakit jantung kardiomiopati, menurut muttaqin, Arif sebagai
berikut:
a.
Kardiomiopati Dilatasi
Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak
diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan ada hubungannya dengan beberapa hal
seperti pemakaian alkohol berlebihan, graviditas, hipertensi sistemik, infeksi
virus, kelainan autoimun, bahan kimia dan fisik. Individu yang mengkonsumsi
alkohol dalam jumlah besar lebih dari beberapa tahun dapat mengalami gambaran
klinis yang identik dengan kardiomiopati dilatasi. Alkoholik dengan gagal
jantung yang lanjut mempunyai prognosis buruk, terutama bila mereka meneruskan
minum alkohol. Kurang dari ¼ pasien yang dapat bertahan hidup sampai 3 tahun.
Penyebab kardiomiopati dilatasi lain adalah kardiomiopati peripatum,
dilatasi jantung dan gagal jantung kongesti tanpa penyebab yang pasti serta
dapat timbul selama bulan akhir kehamilan atau dalam beberapa bulan setelah
melahirkan. Penyakit neuromuskuler juga merupakan penyebab kardiomiopati
dilatasi. Keterlibatan jantung biasa didapatkan pada banyak penyakit distrofi
muskular yang ditunjukkan dengan adanya EKG yang berbeda dan unik, ini terdiri
dari gelombang R yang tinggi di daerah prekordial kanan dengan rasio R / S
lebih dari 1,0 dan sering disertai dengan gelombang Q yang dalam di daerah
ekstremitas dan perikardial lateral dan tidak ditemukan ada bentuk distrofi
muskular lainnya. Pengobatan juga dapat mengakibatkan kardiomiopati dilatasi
seperti derivat antrasiklin, khususnya doksorubisin (adriamnyan) yang diberikan
dalam dosis tinggi (lebih dari 550 mg / m2 untuk doksorubisin)
dapat menimbulkan gagal jantung yang fatal. Siklofosfamid dosis tinggi dapat
menimbulkan gagal jantung kongestif secara akut.
b.
Kardiomiopati Restriktif
Etiologi penyakit ini tidak diketahui.
Kardiomiopati sering ditemukan pada amiloidosis, hemokromatis, defosit
glikogen, fibrosis endomiokardial, eosinofilia, fibro-elastosis dan fibrosis
miokard dengan penyebab yang berbeda. Fibrosis endomiokard merupakan penyakit progresif dengan
penyebab yang tidak diketahui yang sering terjadi pada anak-anak dan orang
dewasa muda, ditandai dengan lesi fibrosis endokard pada bagian aliran masuk
dari ventrikel
c. Kardiomiopati
hipertrofik
Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan
oleh faktor genetik, familiar, rangsangan katekolamin, kelainan pembuluh darah
koroner kecil. Kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan konduksi
atrioventrikuler dan kelainan kolagen
D.
Patofisiologi
Pada kardiomiopati kongestif terjadi
kehilangan fungsi miosit yang menyebabkan menurunya daya kontraksi dan
bertambahnya dilatasi jantung. Dilatasi menyebabkan menurunnya daya kontraksi sehingga
curah jantung makin menurun. Siklus antara mengurangnya curah jantung dengan
meningginya resistensi vaskular sistemik, pada gilirannya menyebabkan
bertambahnya resistensi ejeksi sehingga menurunkan lagi curah jantung.
Kardiomiopati
kongesti
|
kardiomiopati
restriktif
|
Gangguan injeksi ventrikel kiri
Statis
darah dalam vertikel dan di atrium
Peningkatan
preload dan afterload
|
Gagal
jantung kongestif
|
Peningkatan beban volume atrium
kiri
Kongesti paru
Edema paru
Sesak napas
|
Curah jantung
|
·
kondisi Prognosis
penyakit
·
Adanya program terapi
|
Penurunan suplai ke jaringan
|
1. Kecemasan
2. Pemenuhan pendidikan
kesehatan
|
·
Penurunan
·
prefusi perifer
·
Intoleransi aktivitas
|
Pola napas tidak efektif
|
Figur7.7
Patopisiologi kardiomiopati dalam keperawatan ( Muttaqin, Arif )
E.
Manifestasi
Klinis
Kardiomiopati
dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria maupun wanita. Kebanyakan
dengan kardiomiopati kongestif, kardiomiopati hipertropi dan kardiomiopati
restriktif, yaitu: Injeksi ventrikel kiri terganggu, statis darah dalam
ventrikel dan kemudian dalam atrium,peningkatan preload dan menjadi gagal jantung
kongestif. Kardiomiopati pertama kali datang dengan gejala dan gagal jantung.
Dipsnu saat beraktivitas, paroksismal nocturnal dipsnu (PND), batuk, dan mudah
lelah adalah gejala yang pertama kali timbul. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting edema pada
bagian tubuh bawah, pembesaran hepar dan takikardia. Gejala penyakit jantung
coroner akan timbul apabila terjadi penyempitan sebesar 75% atau lebih dari
lumen arteri coroner.
F. Pemeriksaan Penunjang Menurut
(Doenges Marilynn E, dkk)
1. Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali,
terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan adanya bendungan paru dan efusi pleura
2.
Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan
ventrikel, kelainan segmen ST dan gelombang T dan gangguan konduksi
intraventrikular. Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang rendah, atau
gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.
3.
Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel
kiri, dan kelainan katup mitral waktu diastolik, akibat complience dan tekanan
pengisian yang abnormal. Bila
terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume
akhir diastolik dan akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa
ventrikel, fraksi ejeksi (EF) mengurang. Penutupan katup mitral terlambat dan
penutupan katup aorta bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel
kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma
ventrikel kiri dapat disingkirkan dengan pemeriksaan ini.
4.
Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri
disertai fungsinya yang berkurang.
5.
Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar
serta fungsinya berkurang, regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung
berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular meninggi dan tekanan atrium
meningkat. Bila
terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan,
atrium kanan dan desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi
ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma ventrikel sebagai penyebab
gagal jantung.
G. Penatalaksanaan (
Menurut Muttaqin, Arif)
a.
Pembatasan garam dan
pemberian diuretic untuk kardiomiopati dilatasi untuk menguranggi volume
diastolic akhir. Mungkin diperlukan obat – obat untuk gagal janjtung.
b.
Diberikan antikoagulan
untuk mencegah pembentukan embolus.
c.
Penyekat/beta diberikan
untuk kardiomiopati hipertropik untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, sehingga
waktu pengisian diastolok meningkat. Obat – obat ini juga menguranggi kekakuan
ventrikel.
d.
Data diusahakan reseksi
bedah pada bagian – bagian miokardium yang mengalami hipertropi.
e.
Penyekat saluran
kalsium tidak digunakan karena dapat semakin menurunkan kontraktilitas jantung.
Penatalaksanaan medis dilaksanakan untuk mengoreksi
gagal jantung. Apabila volume jantung telah berkembang sampai titik dimana
penatalaksanaaan medis sudah tidak efektif lagi, maka satu-satunya harapan agar
pasien bisa bertahan hanyalah transplatasi jantung. Pada beberapa kasus alat
bantu ventrikel mungkin diperlukan untuk mendukung gagal jantung sampai
ditemukan donor yang sesuai.
Menurut Arif Mansjoer, penatalaksanaan
kardiomiopati adalah sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan pada Kardiomiopati
Dilatasi/Kongestif.
Tidak ada pengobatan
spesifik. Bila diketahui etiologinya diberikan terapi sesuai penyebab. Namun
jika idiopatik, dilakukan terapi sesuai gagal jantung kongestif Yang terbaik
adalah transplantasi jantung.
2. Penatalaksanaan pada Kardiomiopati
Hipertrofik
Yang utama adalah
penggunaan penghambat beta adrenergik, misalnya propanolol, yang memiliki efek
menurunkan kekuatan kontraksi ventrikel dan mencegah aritmia. Golongan
antagonis kalsium, seperti verapamil, dapat pula dipakai meski harus berhati –
hati pada pasien gagal jantung kongestif.
Dapat pula dilakukan miomektomi, penggantian katup mitral, dan pemasangan peace-maker. Digitalis, diuretic, nitrat, dan agonis beta adrenergik harus dihindari pemakaiannya, terutama pada pasien dengan perbedaan tekanan alur keluar ventrikel kiri karena dapat meningkatkan obstruksi alur keluar.
Dapat pula dilakukan miomektomi, penggantian katup mitral, dan pemasangan peace-maker. Digitalis, diuretic, nitrat, dan agonis beta adrenergik harus dihindari pemakaiannya, terutama pada pasien dengan perbedaan tekanan alur keluar ventrikel kiri karena dapat meningkatkan obstruksi alur keluar.
3. Penatalaksanaan pada Kardiomiopati
Restriktif
Sulit diobati,
tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Dapat diberikan obat sistematik
berupa diuretik untuk mengurangi kongesti. Bila terdapat gangguan irama
diberikan obat anti aritmia
H.
Faktor
resiko (Menurut Sumiati, dkk)
Berdasarkan
survey lembaga JNC 7 dan NCEPATPIII (dalam T. Bahri Anwar, 2004) tentang PJK,
terdapat 2 faktor resiko PJK, yaitu factor yang bisa di ubah dan factor yang
tidak bisa di ubah.
Factor yang tidak bisa di ubah :
1.
Umur atau usia. Seperti
halnya dengn penyakit lain, maka Penyakit Jantung Koroner akan semakin beresiko
seiring bertambah usia. Idi inggris misalnya, separuh dari jumlah serangan
jantung terjadi pada mereka yang berusia di atas 56 tahun, dan jumlahnya
bertambah sesuai rata-rata pertambahan usia. Semakin tua usia seseorang, maka
akan semakin mudah utuk penyakit jantung kronil (Anglo Scandinavian Cardiac
Outcames Trial/ ASCOT). Hal ini bukan berarti bahwa Penyakit Jantung Koroner
tidak akan menyerang usia muda karena pada saat inipu ini usia muda ada yang
terserang Penyakit Jantung Koroner.Telah dibuktikan ada hubungan antara umur
dan kematian akibat Penyakit Jantung Koroner. Sebagia besar kasus kematian
terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun pun dan meningkat dengan bertambahnya
umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan kadar kolestrol yaitu kadar
kolestrol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di America serikat
kadar kolestrol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur
20tahun. Pada laki-laki kadar kolestrol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan
akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolestrol perempuan
sebelum menopaus (45-60 tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur
yang sama. Setelah minopaus kadar kolestrol perempuan biasanya akan meningkat
menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki
2.
Gender atau jenis
kelamin
Penyakit
Jantung Koroner banyak menyerang pada pria dari pada wanita.Penyebab pasti
belum diketahui. Di amerika serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan
pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki
,mempunyai resiko Penyakit Jantung Koroner 2–3 kali lebih besar dari pada
perempuan. Wanita yang masih mengalami menstruasi lebih terlindungi dari
penyakit jantung disbanding pria.Ini karena pengaruh hormone ekstrogen pada
wanita.Pada beberapa perempuan pemakaian oral konstrasepsi dan selama kehamilan
akan meningkatan kadar kolestrol pada wanita hamil kadar kolestrol nya akan
kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki di
dapatkan lebih tnggi dari pada perempuan dimana ketingglan waktu10 tahun
kebelakang akan tetapi setelah , menopaus hampir tidak didapatkan perbedaan
dengan laki-laki
3.
Riwayat keluarga atau
factor genitik
Selain
umur, riwayat keluarga dan jenis kelamin juga merupakan factor yang tidak bisa
berubah.Anak dari orang tua yang menderita PJK mempunyai kemungkinan besar
terserang penyakit.Sedangkan kaum pria lebih gampang terkena penyakit ini
disbanding wanita.Factor yang bisa di ubah adalah kolestrol tinggi kebiasaan
merokok, hipertensi, obesitas (terutama di perut), kurang aktvitas fisik, dan
diabetes.Pria yang lingkar perutnya diatas 90 cm dan wanita lebih dari 80 cm
mempuyai kecendrungan kuat terkena penyakit ini. “Penyakit Jantung Koroner
lebih banyak menyerang penduduk di asia pasifik jika di bandingkan kawasan
lain. Ini karena penduduk Negara-negara asia pasifik kurang berolahraga,” papar
Djoko.
Factor yang dapat diubah atau dikendalikan
:
1.
Hipertensi atau tekanan
darah tinggi
Hipertensi
merupakan salah satu factor resiko utama untuk terjadinya Penyakit Jantung Koroner
penelitian diberbagai tempat di Indonesia
( 1978) mendapatkan prefalensi hipertensi untuk Indonesia berkisar antara
6-15%, sedangkan Negara-negara maju seperti misalnya, Amerika National Health
Survey menemukan prefekuensi yang lebih tinggi yaitu mencapai 15-20%. Lebih
kurang 60% penderita hipertensi tidak terdeteksi, 20 % dapat di ketahui tetapi
tidak diobati atau tidak terkontrol tidak baik sedangkan hanya 20% dapat di
obati dengan baik.tekanan darah tinggi menyebabkan tekanan pada jantung dan
sirkulasi dan hal ini menimbulkan struk. Namun sering kali tekanan darah tinggi
menimbulkan serangan jantung pada orang yang tingkat kolestronya tinggi.
Tekanan darah tinggi di pembuluh nadi akan merusak dinding pembuluh darah dan
merangsang timbulnya atheroma. Jantung juga harus berkerja lebih keras untu
memompa darah yang bertekanan tinggi tampak suplai oksigen yang mencukupi. Hal
ini meningkatkan kemungkinan orang terkena amina ( serangan jantung). Factor
ini bisa dikendalikan dengan pengobatan untuk menurunkan tekanana darah.
2.
Penyakit diabetes meletus
atau kencing manis.
Diabetes
adalah suatu kondisi umum sepertinya suatu kondisi umum yang menimpah sekitar
3-100 orang di inggris.Penybabnya adalah kekurangan atau resistensi terhadap
hormone insulin yang mengontrol penyebaran glukosa ke sel-sel di seluruh tubuh
melalui aliran darah. Diabetes dapat meningkatkan resiko gangguan dalam
peredaran darah, termasuk, bagi wanita hal ini sangat penting karena penyakit
ini dapat melawan daya perlindungan dari hormone-hormon wanita dan hampir sama
dan banyak nya wanita dan pria penderita diabetes megalami Penyakit Jantung Koroner.
Control yang baik terhadap diabetes dengan diet, tablet atau insulin dapat
mengurai timbulnya masalah pada aliran darah dan jantung sebaliknya jika tidak
terkontrol, diabetes dapat meningkatkan kadar lemak dalam darah, termasuk
kolestrol tinggi. Penyakit diabetes meletus dapat menyababkan resiko terserang
penyakit jantung coroner 3 kali lebih banyak dibandingkan orang yang kadar gula
darahnya dalam batas normal pada diabetes militus tumbul proses penebalan
membra basalis ari kapiler dan pembuluh darah arteri koronalia, sehingga,
terjadi penyempitan aliran darah ke jantung. Penyait ini dapat dikendalikan,
menjaga kadar gula darah dengan menjaga kadar gula darah agar tetap normal.
3.
Merokok
Merokok
sigaret berkaitan erat dengan resiko Penyakit Jantung Koroner. Zat-zat kimia
dalam asam sigaret terserat ke dalam aliran darah dari paru-paru, lalu beredar
keseeluruh tubuh, dan mempengaruhi setiap sel keseluruh tubuh.Zat-zat dikimia
ini sering membuat pembuluh darah menyempit dan membuat sel-sel darah yang
disebut platelet menjadi lebih lengket, sehingga mudah membentu gumpalan.
4.
Kolestrol atau kadar
lemak dalam darah lebih dari normal
Kolestrol
sebenenya diperlukan oleh tubuh kita, namun jikaberlebihan dapat menimbulkan
penyakit jantung koronel. Tingginya kadar kolestrol sangat erat kandungannya
dengan kebiasaan makan, keturunan dan social ekonomi seseorang. Peningkatan
kadar kolestrol, terutama kolestrol yang “Jahat”, menyebabakan resiko terserang
penyakit jantung koronil 3,5 kali lebih tinggi di bandingkan dengan yang kadar
kolestrolnya dalam batas normal.
5.
Kegemukan
Kegemukan
merupakan keadaan dimana berat badan melebihi 20% dari berat badan ideal.
Kegemukana akan menambah kerja jantung. Keadaan ini meningkatkan resiko
terjadinya tekanan darah tingi, kencing manis dan kolestrol kegemukan bisa
dicegah dengan olah raga dan diet untuk menurunkan. Indeks Massa Tubuh (IMT)
bisa digunakan untuk mengukur apakah berat badan anda termasuk kegemukan.Yaitu
dengan rumus berat badan dalam kilo di bagi tinggi badan dan diameter
dikuardratkan.
IMT=
Berat Badan : Tinggi Badan X Tinggi Badan.
Misalnya
Tinggi 1,65 meter dan berat badan 50 kg, maka IMT = 18, 36 ITM. Adapun IMT
normal adalah 15,5-25,5. Dikatakan seseorang kegemukan berdasarkan berat badan
ideal lebih dari 110% (TB cm-100), sedangkan berdasarkan IMT, jika berat badan
lebih dari 23, pra obesitas 23-24,9, obesitas I 25-29,9 dan obesitas II lebih
dari 30. Berdasarkan lingkar pinggang, perempuan lebih dari 80 cm dan pria
lebih dari 90 cm. kadar kolestrol yang normal bisa di jaga dengan makanan
seimbang dan menghindari makanan berkolestrol tinggi. Kolestrol tinggi baik
bisa di tingkatkan dengan olah raga dan berhenti merokok.
6.
Stress
Banyak
orang yang mendapatkan serangan jantung menyatakan bahwa stress adalah
penyebabnya, secara ilmiah hal ini sebenernya sulit di buktikan. Jenis
kepribadian tertentuk beresiko lebih tinggi dari pada seranbgan jantung.
Teknologi modern memungkinkan orang melakukan sesuatu dalam beberapa jam
dibandingkan masa premitif yang mungkin memerlukan waktu berhari-hari. Stress
karena ingin sesuatu diluar kemampuan, ingin mencapai sesuatu ynag tidak
realitis, digolongkan dalam kepribadian tipe A. penelitian membuktikan bahwa ada
hubungan antara factor stress psikologi dengan kejadian penyakit jantung secara
tioritis, stress yang terus menerus/berlangsung lama akan meninggikan kadar
katekolamin dan tekanan darah, sehingga mengakibatkan penyempitan pembuluh
darah koronil.
7.
Kurangnya aktivitas
fisik.
Orang
yang kurang bergerak (olahraga) cenderung menjadi gemuk, yang berarti
berpotensi menjadi kencing manis, tekanan darah tinggi dan naiknya kolestrol.
Keaaan ini meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.Data menunjukan
bahwa pada orang yang bergerak, pembuluh darah korateral dari artri koronalia
juga kurang, sehingga aliran darah ke jantung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Kardiomiopati kongestif pada fase lanjut terjadi
gagal jantung akibat kegagalan ventrikel kiri dengan manifestasi penurunan
curah jantung, penurunan perfusi jaringan, dan pada kompensasi akhir bisa
mengganggu ventrikel kanan dengan manifestasi emboli sistemik ini dan paru (
Muttaqin, Arif). Pengkajian keperawatan untuk pasien dengan kardiomiopati
dimulai dengan riwayat yang lengkap sehubungan dengan tanda dan gejala yang
ada. Karena masalahnya bersifat kronis, maka riwayat psikososial amat penting.
Sistem dukungan kelaurga harus diidentifikasi sedini mungkin dan dilibatkan
dalam penatalaksanaan pasien. Pengkajian fisikyang dilakukan harus ditunjukan
untuk gejala dan tanda gagal jantung kongestif. Evaluasi status volume cairan
yang cermat, tanda vital (mencangkup perhitungan tekanan nadi), dan auskultasi
suara jantung S3 sangat penting sebagai dasar pengkajian.
Dokter mungkin menempatkan pasien diruangan monitor
jantung, namun diagnosa sudah ditegakkan atau disritmia yang terjadi tidak
terlalu berat maka pasien tidak perlu dipantau. Beratnya gagal jantung akan
menentukan apakah pasien perlu dirawat diunit perawatan kritis ( Brubber &
Suddarth). Proses keperawatan adalah suatu metode
pemberian asuhan keperawatan yang logis dan sistematis, dinamis, dan teratur
yang memerlukan pendekatan, perencanaan, dan pelaksanan asuhan keperawatan yang
metodis dan teratur dengan mempertimbangkan ciri-ciri pasien yang bersifat
bio-psiko-sosial-spiritual maupun masalah kesehatannya. (Depkes R.I, 1994:22). Perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan klien harus
melalui proses keperawatan sesuai dengan teori dan konsep keperawatan dan
diimplementasikan secara terpadu dalam tahapan yang terorganisir meliputi
pengkajian, perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi.
a.
Pengumpulan Data
1)
Data Demografi
Angka kejadian
kardiomiopati dilatasi adalah 2 X terjadi pada laki-laki dan terjadi pada
usia pertengahan. (Ignatavicius et al, 1995:919)
2) Riwayat Kesehatan
a)
Riwayat Kesehatan Sekarang
Umumnya klien datang
dengan keluhan adanya sesak. Sesa yang dirasakan bertambah bila dilakukan
aktivitas dan tidur terlentang dan berkurang bila diistirahatkan dan memakai
2-3 bantal. Sesak dirasakan pada daerah dada dan seperti tertindih benda berat.
Skala sesak 0-4 dan dirasakan sering pada siang dan malam hari.
b)
Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya Kelainan autoimun,
Hipertensi sistemik, Autoantibodi yaituantimyocardial antibodies, Proses
infeksi (infeksi bakteri/virus), Gangguan metabolik (defisiensi thiamine dan
scurvy), gangguan imunitas (leukimia), Kehamilan dan kelainan post partum,
toxic proses (alkohol dan chemoterapi), proses infiltrasi (amyloidosis dan
kanker)
c)
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya anggota
keluarga / lingkungan yang mempunyai penyakit menular infeksi seperti TB dan
hepatitis. Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, jantung dan diabetes
melitus di keluarga, bila ada cantumkan dalam genogram.
3)
Pola Aktivitas Sehari-hari
Nutrisi klien dikaji
adanya konsumsi garam, lemak, gula dan kafein dan jenis makanan. Klien mungkin
akan merasa haus dan minum berlebihan (4000-5000 mL) akibat sekresi aldosteron.
Adanya penurunan aktivitas dan aktivitas sehari-harinya (ADL) akibat adanya
lemah, letih dan adanya dispneu. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering
terbangun pada malam hari untuk eliminasi BAK.
4)
Pemeriksaan Fisik
a)
Sistem Pernafasan
Dispneu saat beraktivitas,
Paroksimal Nokturnal Dispneu, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bnatal,
Batuk dengan/ tanpa pembentukan sputum, riwayat paru kronis, penggunaan bantuan
pernafasan (oksigen dan medikasi), nafas dangkal,takipneu, penggunaan otot
aksesori pernafasan.bunyi nafas mungkin tidak terdengar, dengan krakels basilar
dan mengi.
b)
Sistem Kardiovaskular
Distensi vena jugularis,
pembesaran jantung, adanya nyeri dada, suara s3 dan s4 pada auskultasi jantung
,tekanan darah normal/turun, takikardi, disritmia (fibril atrium, blok jnatung
dll)nadi perifer mungkin berkurang,;perubahan denyutan dapat terjadi;nadi
sentral mungkin kuat, punggung kuku pucat atau sianotik dengan pengisian
kapiler lambat
c)
Sistem Pencernaan
Kaji adanya peningkatan
berat badan secara signifikan, mual dan muntah, anorexia, adanya nyeri abdomen
kanan atas, hepatomegali dan asites
d)
Sistem Muskuloskeletal
Kelelahan, kelemahan,
sakit pada otot dan kehilangan kekuatan/ tonus otot.
e)
Sistem Persyarafan
Kaji adanya rasa pening,
perubahan prilaku, penurunana kesadaran dan disorientasi
f)
Sistem Perkemihan
Kaji adanya nokturia dan
penurunanan berkemih, urine berwarna gelap, penggunaan dan keadaan kateterisasi
.
g)
Sistem Integumen
Pittimg edema pada bagian
tubuh bawah, dan kulit teraba dingin, adanya kebiruan, pucat, abu-abu dan
sianotik , dan adanya kulit yang lecet.
5)
Data psikologis
Kaji adanya kecemasan,
gelisah dan konsep diri dan koping klien akibat penyakit,
keprihatinan finansial dan hospitalisasi.
6)
Data social
Perlu dikaji tentang persepsi
klien terhadap dirinya sehubungan dengan kondisi sekitarnya, hubungan klien
dengan perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya. Biasanya klien akan ikut
serta dalam aktivitas sosial atau menarik diri akibat adanya dispneu, kelemahan
dan kelelahan.
7)
Data spiritual
Kaji tentang keyakinan
atau persepsi klien terhadap penyakitnya dihubungkan dengan agama yang
dianutnya.. Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.
8)
Analisa Data
Analisa data adalah
kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat terhadap data senjang yang
ditemukan sehingga diketahui permasalahan klien.
B.
Diagnosa
Keperawatan ( Muttaqin, Arif)
Berdasarkan patofisiologi di atas dan dari data
pengkajian, diagnosis keperawatan utama untuk klien ini adalah :
1. Aktual/risisko
tinggi pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak
optimal, kelebihan cairan diparu.
2. Aktual/risiko
tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya curah
jantung.
3. Intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, kelemahan fisik.
4. Cemas
yang berhuubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan,
situasi krisis ancaman, atau perubahan kesehatan.
5. Resiko
ketidak patuhan terhadap aturan terapeutik yang berhubungan dengan tidak mau
menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
6. Masalah
Kolaborasi, Komplikasi Potensial.
Berdasarkan pada data pengkajian, maka komplikasi
potensial yang mungkin timbul adalah gagal jantung.
C.
Rencana/intervensi
Keperawatan
( Menurut Muttaqin, Arif)
Tujuan
utama mencakup mencegah mengurangi resiko penurunan curah jantung, meningkatkan
kemampuan perawatan diri, mengurangi cemas, menghindari salah paham terhadap
sifat dasar penyakit dan perawatan yang diberikan, mematuhi program perawatan
dini dan mencegah komplikasi
1.
Aktual/resiko tinggi pola napas tidak efektif
yang berhubungan dengan pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di
paru sekunder akibat edema paru akut.
Tujuan :
Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria :
Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal16-20 kali/menit, respon batuk
berkurang
Intervensi
|
Rasional
|
1. Auskultasi bunyi
napas (kreakles)
|
Indikasi udema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
|
2. Kaji adanya udema
|
Curiga gagal kongestif/ kelebihan volume cairan
|
3. Ukur intake dan output
|
Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan pengeluaran urine
|
4. Timbang berat badan
|
Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukan gangguan keseimbangan
cairan
|
5. Pertahankan
pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam intoleransi kardiovaskuler
6. Kolaborasi:
a. Berikan diet tanpa garam
|
Memenuhi kebutuhan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan
pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung
Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan
volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan
akan membuat kebutuhan miokardium meningkat
|
b. Berikan diuretic, Contoh;furosemide, sprinolakton,
hidronolakton.
|
Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan
menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan resiko terjadinya
udema paru
|
c. Pantau data
laboratorium elektrolit kalium
|
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi
|
2.
Aktual/resiko tinggi gangguan perfusi perifer
yang berhubungan dengan menurunnya curah jantung
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam perfusi perifer meningkat
Kriteria :
Klien tidak mengeluh pusing, TTV dalam batas normal, CRT<3 detik, urine >
600 ml/ hari
Intervensi
|
Rasional
|
1. Auskultasi TD. Bandingkan
kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri bila
memungkinkan
|
Hipotensi dapat terjadi karena disfungsi ventrikel.
Hipertensi juga fenomena umum yang berhubungan dengan nyeri cemas, sehingga
terjadi pengeluaran katekolamin
|
2. Kaji warna kulit, suhu,
sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.
|
Mengetahui derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan
perifer.
|
3. Kaji kualitas peristaltik,
jika diperlukan pasang sonde
|
Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna
serta dampak penurunan elektrolit.
|
4. Kaji adanya kongesti hepar
pada abdomen kanan atas
|
Sebagai dampak gagal jantung kanan. Jika berat, akan
ditemukan adanya tanda kongestif
|
5. Pantau urine output
|
Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya produksi
urine, pemantauan yang ketat pada produksi urine < 600 ml/hari
merupakan tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik
|
6.Catat murmur
|
Menunjukan gangguan aliran darah dalam jantung, kelainan
katub, kerusakan septum, atau fibrasi otot papilar.
|
7.Pantau frekuensi jantung dan
irama
|
Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukan
komplikasi distritmia
|
8. Berikan makanan kecil
/mudah dikunyah, batasi asupan kafein.
|
makanan besar dapat meningkatkan kerja miokard. Kafein
dapat merangsang langsung ke jantung, sehingga meningkatkan frekuensi
jantung.
|
9.Kolaborasi:
Pertahankan cara masuk heparin ( IV) sesuai indikasi.
|
Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat.
|
3.
Intoleransi aktivitas yang
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan
kebutuha sekunder akibat penurunan curah jantung.
Tujuan :
Aktivitas sehari-hari klian terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
Kriteria :
Klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat,
terutama mobilisasi di tempat tidur.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Catat frekuensi
jatung, irama; serta perunahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas
|
Respon klien terhadap aktivitas
dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokard.
|
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan
aktivitas senggang yang tidak berat.
|
Menurunkan kerja miokard /
konsumsi oksigen
|
3. Anjurkan klien untuk
menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya: mengejan saat defekasi.
|
Dengan mengejan dapat
mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung takikardi, serta
peningkatan TD
|
4. Jelaskan pola
peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas. Contoh: Bangun dari kursi bila
tak ada nyeri, ambulasi,dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
|
Aktivitas yang maju memberikan
control jantung, meningkatkan regangan, dan mencegah aktivitas berlebihan.
|
5. Pertahankan
klien tirah baring sementara sakit akut.
|
Untuk mengurangi beban jantung.
|
6. Tingkatkan
klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien
|
Untuk meningkatkan aliran vena
balik
|
7. Pertahankan rentang
gerak pasif selama sakit kritis
|
Meningkatkan kontraksi otot
sehingga membantu aliran vena balik.
|
8. Evaluasi tanda vital
saat kemajuan aktivitas terjadi.
|
mengetahui fungsi jantung bila
dikaitkan dengan aktivitas.
|
9. Berikan waktu
istirahat diantara waktu aktivitas
|
Mendapatkan cukup waktu resolusi
bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.
|
1
Pertahankan penambahan O2 sesuai.
|
Untuk meningkatkan oksigen
jaringan.
|
11 Selama aktivitas kaji EKG,
dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta keluhan subyektif
|
Melihat dampak dari aktivitas
terhadap fungsi jantung.
|
12 Berikan diet sesuai kebutuhan (
pembatasan air dan Na)
|
Untuk mencegah retensi cairan dan
udema akibat penurunan kontraktilitas jantung
|
13 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
|
Meningkatkan jumlah oksigen yang
ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan
karena iskemia.
|
4.
Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan
kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
Tujuan :
Dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang
Kriteria :
Klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat
mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap
tindakan, wajah rileks.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Bantu klien mengekspresikan
perasaan marah, kehilangan, dan takut.
|
Cemas berkelanjutan memberikan
dampak serangan jantung selanjutnya.
|
2.Kaji
tanda verbal dan non verbal kecemasan, damping klien, dan lakukan tindakan
bila menunjukan perilaku merusak.
|
Reaksi verbal/non verbal dapat
menunjukan rasa agitasi, marah, dan gelisah.
|
3.Hindari
konfrontasi
|
Konfrontasi dapat meningkatkan
rasa marah, menurunkan kerjasama dan mungkin memperlambat penyembuhan.
|
4.Mulai
melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan. Beri lingkungan yang tenang
dan suasana penuh istirahat.
|
Mengurangi rangsangan eksternal
yang tidak perlu.
|
5.Tingkatkan
control sensasi klien
|
Kontrol sensasi klien (dalam
menurunkan ketakutan) dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien,
menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping ( pertahanan diri)
yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, serta
memberikan respon umpan balik yang positif
|
6.Orientasikan
klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
|
Orientasi dapat emnurunkan
kecemasan
|
7.Beri
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya.
|
Dapat menghilangkan keteganggan
terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan.
|
8.Berikan
privasi untuk klien dan orang terdekat
|
Memberi waktu untuk
mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas dan perilaku adaptasi. Adanya
keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan
(misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.
|
9.Kolaborasi:
· Berikan
anti cemas sesuai indikasi: Diazepam
|
Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan kecemasan
|
5.
Resiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan
aturan terapeutik, tidak mau menerima pola hidup yang sesuai.
Tujuan: Dalam waktu
1x24 jam klien mengenal fakto-faktor yang menyebabkan peningkatan resiko
kekambuhan.
Kriteria: Klien secara
subyektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk melakukan aturan terapeutik
jangka panjang dan mau menerima perubahan pola hidup yang evektif, klien mampu
mengulangi factor-faktor resiko kekambuhan
Intervensi Intervensi
|
Rasional
|
1. Identifikasi factor yang
mendukung pelaksanaan terapeutik
|
Keluarga terdekat apakah
suami/istri atau anak yang mampu mendapat penjelasan dan menjadi pengawas
klien dalam menjalankan pola hidup yang efektif selama klien di
rumah dan memiliki waktu yang optimal dalam menjaga klien
|
2. Berikanpenjelasan penatalaksanaan terapeutik
lanjutan
|
Setelah mengalami serangan akut,
perawat perlu menjelaskan penatalaksanaan lanjutan dengan tujuan dapat: Membatasi
progresivitas kegagalan jantung, Meningkatkan perawatan diri, Menurunkan
kecemasan, Mencegah aritmia dan komplikasi.
|
3. Menyarankan
kepada keluarga agar memanfaatkan sarana kesehatan di masyarakat
|
Memudahkan klien dalam memonitor status
kesehatannya
|
4. Ajarkan strategi
menolong diri sendiri
· Anjurkan
untuk memantau berat badan pada saat bangun tidur sebelum makan pagi,dengan
pakaian yang sama dan dengan timbangan yang sama.
· Melaporkan
peningkatan berat badan yang melebihi 1,5 kg dalam 1 minggu ( tanpa perubahan
pola makan)
|
Peningkatan berat badan merupakan factor yang meningkatkan
beban jantung dalam melakukan kontrasi
|
5. Mengikuti latihan
fisik rutin
|
Latihan fisik rutin secara bertahap memberikan adaptasi
pada ventrikel kiri dalam melakukan kompensasi kebutuhan suplai darah otot
rangka.
Exertion. Aktivitas yang berlebihan dapat menjadi
presipitasi serangan angina kembali. Klien dianjurkan untuk megurangi
kualitas dan kuantitas kegiatan fisik dari yang biasa klien lakukan sebelum
keluhan gagal jantung.
|
6. Beri penjelasan
tentang
· Pemakaian
obat nitrogliserin
|
Minum obat nitrogliserin( venodilatasi perifer dan
koroner) 0,4-0,6 mg tablet secara sublingual 3-5 menit sebelum melakukan
aktivitas dengan tujuan untuk mengantisipasi serangan angina. Klien
dianjurkan untuk selalu membawa obat tersebut setiap keluar rumah walaupun
klien tidak merasakan gejala dari angina.
|
· Hindari
merokok
|
· Merokok
akan meningkatkan adhesi trombosit yang merangsang pembentukan thrombus pada
arteri koroner.
· Hemoglobin
lebih mudah berikatan dengan karbonmonoksida dibandingkan dengan oksigen,
sehingga akan menurunkan asupan oksigen secara umum.
· Nikotin
dan tar mempunyai respon terhadap sekresi hormone vasokonstriktor, sehingga
akan meningkatkan beban kerja jantung
|
· Pendidikan
kesehatan diet
|
Konsumsi banyak makan garam merupakan salah satu factor
presipitasi serangan sesak napas dan edema ekstremitas.
Aktivitas yang dilakukan setelah makan yang cukup banyak
dapat meningkatkan resiko angina. Klien dianjurkan agar beraktifitas setelah
paling kurang 1 jam setelah makan. Pemberian makan sedikit tapi sering akan
mempermudah saluran pencernaan dalam mencerna makanan sangat dianjurkan pada
klien setelah mengalami serangan angina
|
· Manuver dinamik
|
Klien dianjurkan untuk menghindari manuver dinamik
seperti: berjongkok, mengejan, dan terlalu lama menahan napas yang merupakan
factor presipitasi timbulnya angina. Dalam melakukan defekasi klien
dianjurkan pemberian laxantia agar dapat mempermudah pola defekasi klien.
|
· Pendidikan
kesehatan sex
|
Jika berhubungan sex merupakan salah satu factor presipitasi
angina pada klien,maka sebelum amlakukan aktivitas seksual klien dianjurkan
untuk meminum obat nitrogliserin atau sedative atau keduanya. Pengaturan
sedikit aktivitas fisik pada klien dalam melakukan aktifitas seksual dapat
dijelaskan pada pasangannya.
|
· Stres emosional
|
Serangan sesak napas dari gagal jantung kiri lebih sering
terjadi pada klien yang mengalami kecemasan, ketegangan,serta eforia atau
kegembiraan yang berlebihan. Pemberian obat sedatif ringan seperti diazepin
dapat mengurangi respon lingkungan yang member dampak stress emosional. Klien
dianjurkan untuk melakukan curah pendapat dengan perawat dengan
tujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.
|
7. Beri dukungan secara
psikologis
|
Dapat membantu meningkatkan motivasi klien dalam mematuhi
apa yang telah diberikan penjelasan.
|
D.
Implementasi
1. Mengatasi
Kesulitan Napas
Karena kebanyakan gejala dan tanda dapat dikoreksi
dengan bahan farmakologis, maka perhatian harus dipusatkan pada ketepatan waktu
pemberian obat yang diresepkan. Dokumentasi respons pasien yang cermat sangat
penting.batuan napas dengan tambahan oksigen melalui hidung juga diperlukan.
Pasien akan terasa nyaman bila diperbolehkan duduk dikursi disamping tempat
tidur. Posisi ini sangat membantu mengumpulkan darah vena ke perifer dan
mengurai preload membantu pasien agar tetap hangat dan mengganti posisi
sesering mungkin akan menstimulasi stimulus dan mengurangi kepentingan
kerusakan kulit. Menjaga lingkungan bebas dari debu, sampah, bunga, dan parfum
juga akan membantu pernapasan
2. Peningkatan
Toleransi Aktivitas
Merencanakan asuhan keperawatan sehungga pasien
dapat berpartisipasi sesering mungkin dalam aktivitas meski dalam waktu yang
pendek sangat penting. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencapai tujuan,
meskipun kecil, juga dapat meningkatkan perasaan sehat. Misalnya bekerja sama
dengan pasien pada sat mandi dalam menentukan baagian yang tidak perlu mendapat
bantuan, dan kemudian memberikan waktu istrahat sebelum menyelesaikan mandinya,
dapat membantu pasien menghemat energiny. Aktivitas yang dapat menghabiskan
energy sebaiknya dihindari.
3. Mengurangi
Kecemasan
Pasien diberi informasi yang penting mengenai tanda
dan gejala kardiomiopati dan didorong untuk menyelesaikan berbagai aktivitas
perawatan diri. Ciptakan suasana agar pasien merasa bebas untuk mengungkapkan
ketakutannya, seperti misalnya memberikan keyakinan agar pasien merasa aman.
Bila pasien sedang mengahadapi kematian atau menunggu operasi transplantasi,
harus diberiakn waktu untuk mendiskusikan masalah tersebut. Dukungan spiritual,
psikologis dan emosional perlu diberikan kepada pasien atau orang-orang
terdekat.
4. Penyuluhan
Pasien dan Pertimbangan Perawatan Dirumah
Pasien dengan kardiomiopati perlu beralajr aktivitas
perawatan diri yang diperlukan dan bagaimana melaksanakannya dirumah. Bagi
pasien yang direncanakan menjalani transplantasi, maka status kesehatan yang
obtimal sangat penting. Perkembangan yang memuaskan dapat dicapai melalui
program pengobatan yang telitii, yang biasanya terjadi dari berbagai macam obat
yang berbeda untuk mempertahankan keadaan bebas dari gagal jantung. Perawat
merupakan bagian integral dalam proses saat ia mengkaji ulang gaya hidup dan
bekerjasama melaksanakan aktivitas terapi diatas dengan keluhan seminamal
mungkin. Membantu menerima status penyakit membuat pasien mudah mengikuti
program perawatan diri dirumah.
E. Evaluasi ( Menurut
Muttaqin, Arif)
Hasil yang Diharapkan
1. Menunjukan
perbaikan fungsi pernapasan
a. Kecepatan
pernapasan dalam batas normal
b. Gas
darah normal
c. Melaporkan
berkurangnya dipsnu dan bertambahnya rasa nyaman
d. Mengguankan
terapi oksigen seperti yang disampaikan
2. Meningkatnya
toleransi terhadap aktivitas
a. Melakukan
aktifitas hidup sehari-harinya (menggosok gigi, makan sendiri).
b. Berpindah
dari kursi ketempat
c. tidur sendiri
d. Melaporkan
peningkatan toleransi terhadap aktifitas
3. Mengalami
berkurangnya kecemasan
a. Mendiskusikan
prognosis dengan bebas
b. Mengungkapkan
kecemasan dan keprihatinannya
c. Berpartisipasi
dalam kelompok pendukung
4. Mematuhi
program perawatan diri
a. Minum
obat jadwal yang diresepkan
b. Melakukan
penyesuaian gaya hidup untuk mengakomodasi keterbatsana aktivitas
c. Mengidentifikasi
tanda dan gejala yang harus dilaporkan kepada tenaga kesehatan professional.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,
berongga dan dengan basisnya d atas dan puncaknya di bawah.Apex-nya (puncak)
miring ke sebelah kiri.Jantung merupakan organ utama dalam system
kardiovaskuler.Jantung dibentk oleh organ-organ muskuler, Apex dan basis
cordis, atrium kanan dan kiri serta vertikl kanan dan kiri. Ukuran jantung
kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-kira 6 cm.berat jantung
sekitar 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap
harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa priode itu jantung memompa
2000 galon darah atau setara dengan 7.571 darah.Posisi jantung terletak di
antara kedua paru dan berada di tenagah-tengah dada, berumpu pada digraphraghma
thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas processus ximphoideus. Pada tepi
kanan cranial berada di tepi cranialis pars cartilaginis costa IIIdextra, 1 cm
dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis
pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri
cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di
tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang inter costalis 5,
kira-kira 9 cm di kiri linea midiocelavicularus .selaput yang membungkus jantung
di sebut prikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam
cavung pericardii berisis 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada
gesekan antara pericardium dan epicardium
B.
Saran
Dalam hal ini perawat harus selalu sigap dalam penanganan
penyakit kardiomiopati karena akan menjadi fatal jika terlambat menaganinya.
Selain itu perawat juga memberi health ducation kepada klien dan keluarga agar
mereka paham dengan kardiomiopati dn bagaimana pengobatan nya.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
& Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 2. EGC, Jakarta.
Doenges
Marilynn E, dkk. 2000.Rencana Asuhan Keperawatn. EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit.
Jakarta. Buku Kedokteran. EGC.
Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculapius FKUI, Jakarta
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan System Kardiovaskular dan Hematologi.
Jakarta. Salmba Medika
Smeltzer, Suzanne C, 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta. Buku Kedokteran. EGC
Sumiati.
2010. Penanganan stress pada penyakit jantung koroner. Jakarta. CP.Trans Info
Media
0 komentar:
Posting Komentar